webnovel

1. Kembali Bertemu

Deretan rak buku saling berhadapan, membentuk barisan dengan buku-buku yang memenuhi setiap ruasnya. Namun, ada lapisan transparan yang mengurung setiap buku, melindungi setiap lembarnya dari kehancuran karena usia.

Jelas, keberadaan semua buku hanya dianggap sebagai pajangan. Simbol. Sebuah hiasan semata. Namun hal ini justru menjadi identitas nyata dari sebuah perpustakaan tua yang tidak dapat lagi ditarik untuk dinikmati dunia luar. Karenanya, An Leo tidak repot-repot berdiri mencari. Ia hanya duduk di meja panjang, menelusuri judul dan kategori buku yang berada di dalam database dan mulai membaca.

Begitu memikirkan, remaja kelabu langsung melakukan eksekusi. Namun sayang, membaca 2 buku tidak cukup untuk dilakukan dalam sehari. Karenanya, setelah melakukan kelas Sertifikat di kastilnya, Leo langsung berlari menuju perpustakaan. Mencari dan kembali membaca setiap informasi yang tersedia.

Salahkan kenapa buku elektronik di sini tidak bisa diunduh! Bahkan dikirim meski dirinya adalah pemilik mutlak Planet! Teknologi Offline, memastikan tidak ada jaringan yang akan mencuri satu kata pun dari dalam buku. Bahkan Micro tidak bisa mentransfernya juga! Karena itu, Leo hanya bisa berlari bolak-balik antara Kastil dan Ruang Tertutup setiap hari.

Deg.

Pergerakan menggeser halaman membeku. Dalam Sepersekian detik, jemari bergerak memutar cincin yang berada di jari tengah. Warna pada helai rambut dan mata langsung berubah. Lalu, seolah tidak terjadi apa pun, remaja yang kini memiliki rambut perak dan sepasang iris emas itu melanjutkan untuk membaca.

"Leo?" mendadak, sebuah suara menyapa. Leo menoleh, menatap sosok Naga muda yang baru saja masuk. Sepasang iris emas yang serupa saling memandang dan dengan mudah, mengenali identitas masing-masing. "Kau tidak pergi ke kelas?"

Diandra Merci agak kaget menemukan saudara jauhnya justru berada di Ruang Tertutup. Ini adalah pertemuan kedua mereka, karena Leo tidak berinisiatif mengirimkan pesan, Merci selalu mengira saudara jauhnya sudah terbiasa dengan Academy. Terlebih ternyata sosok perak ini sudah memiliki teman yang cukup akrab. Tugasnya sebagai Kakak yang menjaga adiknya, sudah selesai.

Namun ia tidak menyangka, masih akan menemukan sosok perak ini di sini. Bagaimana pun, hanya dengan melakukan teleportasi lah untuk dapat mencapai tempat ini. Sebagai seorang Penyihir, saudara jauhnya ini benar-benar kuat.

"Aku tidak tertarik memasuki kelas," Leo kembali memalingkan wajah, membaca buku tanpa mau terganggu kembali.

Alis Merci terpaut. Tindakan dan ucapan si perak sangat dingin. Naga Biru itu mengambil tempat duduk tepat di samping sang remaja, mengabaikan ketidakramahan Remaja An.

"Kau tidak akan mengikuti kelas lagi?"

"Um," Leo mengangguk.

"Kenapa?"

"Tidak tertarik."

Jawaban acuh tak acuh itu benar-benar membuat bingung. Sungguh, saudara jauh ini selalu bisa membuatnya merasa aneh. Di pertemuan pertama mereka, remaja ini menipu seolah-olah ia hanya mengerti bahasa Naga dan tidak tahu sama sekali bahasa Persatuan.

Pertemuan pertama mereka juga di Ruang Tertutup.

Lalu sekarang, di pertemuan ke dua mereka, sosok ini mengatakan tidak tertarik lagi memasuki kelas? Apakah karena gagal dalam salah satu kelas, jadi remaja ini tidak mau kembali mengulang? Sekarang si kecil sedang dalam mode merajuk, jadi begitu dingin dan cenderung mengabaikannya?

"Apa yang sedang kau baca?" Merci tidak pandai menghibur, atau memotivasi seseorang untuk menjadi rajin. Namun setidaknya ia tahu bahwa sosok ini sepertinya sangat suka membaca. Dua pertemuan mereka pasti akan selalu di sini. Jadi, saudara jauh ini pasti sebenarnya remaja yang pintar.

Bukankah remaja ini level 3? Itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa kemampuan sihirnya sangat luar biasa. Di usia seperti ini sudah mampu mencapai level 3, Merci masih agak mengagumi.

"Sejarah," jeda beberapa detik, sosok itu menoleh. "Benar, Merci, bukankah kau sudah banyak membaca buku di sini?"

Naga Biru itu mengangguk. "Um."

"Bisa merekomendasikan semua buku sejarah? Terutama pada awal perpecahan Shappire menjadi ketiga negara dan daerah Abu-abu?"

Naga Biru tidak langsung menjawab, sebaliknya, sepasang iris emas itu menatap remaja perak. "Untuk apa? Ada banyak buku tentang sejarah awal berdirinya Kerajaan, tetapi ada beberapa versi. Semua buku yang umum bisa kau cari di Asisten."

Leo cemberut. "Maksudku, sejarah secara detail … bukan hanya kata-kata yang menceritakannya secara singkat seperti itu."

Sudah beberapa hari Leo di Perpustakaan dan ia sudah membaca beberapa buku. Karena ini adalah sekolah khusus Penyihir, semua buku yang ada di sini didominasi oleh berbagai macam jenis hal tentang Alkimia, Bahan dan Alat Sihir. Beberapa buku sejarah hanya menceritakan tentang peristiwa besar yang sempat terjadi dan jumlahnya sangat sedikit.

Totalnya, hanya ada 5 buku sejarah dan sisanya adalah lebih seperti autobiografi semua Penyihir Hebat pada masanya. Sejauh ini, Penyihir Shappire tetap mendapatkan urutan pertama sebagai Penyihir terkuat karena mampu menyatukan berbagai macam jenis ras dan membentuk sebuah kerajaan yang kuat meski hanya bertahan selama beberapa abad.

"Buku seperti itu biasanya hanya ada di Perpustakaan Kerajaan."

Leo berkedip. "Di mana itu?"

"Setiap Negara memiliki Perpustakaan Kerajaan, di sana seharusnya menyimpan masing-masing sejarah keberadaan mereka secara mendetail," jeda beberapa detik, Naga Biru seolah memikirkan sesuatu. "Di Negara Ion, Perpustakaan Kerajaan bisa digunakan untuk umum, jadi … bila kau ingin membaca di sana, kau harus ke Negara Ion."

Leo mendadak ingat bahwa sosok di sebelahnya adalah Pangeran sulung Negara Ion.

"Bagaimana dengan di sini?" Pergi ke Negara Ion terdengar menggiurkan, bila ia hanya sebagai turis, tentu saja tidak akan dicurigai. Namun dengan catatan ia adalah warga sipil biasa, bukan Penyihir kecil bermarga An yang dikabarkan, sebagai satu-satunya putra seorang 'Pangeran Bisnis Wilayah Abu-Abu'.

Oh, terima kasih kepada Naga sialan yang sangat suka pamer, akhirnya Leo tahu bahwa dirinya ikut diseret sebagai bocah paling beruntung. Sebagai satu-satunya putra dari duda terkaya di seluruh galaksi. Satu-satunya keberuntungan, mungkin karena keberadaan Micro yang dengan gesit akan langsung menghapus semua gambar visual dirinya yang tidak sengaja--atau mungkin sengaja--diposting Papa Naganya.

"Tidak lengkap," Merci menjawab dengan cepat. "Semua buku sejarah di Ruang Tertutup, lebih membahas tentang Autobiografi dari beberapa Penyihir terkenal. Seingatku, tidak ada pembahasan tentang awal berdirinya Ketiga Negara."

Tentu saja Leo sudah membaca beberapa Autobiografi, berharap mendapatkan sedikit petunjuk dari perjalanan waktu para Penyihir setelahnya. Namun … selayaknya seorang Penyihir yang terlalu berdedikasi yang hidup di lingkungan damai. Semua cerita di dalamnya tentu saja lebih terfokus tentang ide dan penemuan-penemuan mantra baru mereka.

Helaan napas terlontar.

Semuanya masih terlalu berantakan. Ia belum menemukan garis besar yang diinginkan. Namun, untuk memasuki Negara lain, setiap orang harus memiliki Paspor. Tentu saja mudah membuatnya, Micro bisa saja memberikannya identitas lain dan membuat paspor dengan identitas tersebut, tetapi An Cosmos pasti akan mengamuk.

Pergi sendirian ke negara asing, Leo bisa membayangkan ceramah panjang Papa Naganya perihal tempat asing, orang asing dan … makanan asing. Leo suka mencicipi berbagai macam jenis makanan, ia bahkan kerap keracunan. Itu sebabnya, ketimbang orang dan tempat asing, An Cosmos akan lebih panik perihal makanan asing.

Setidaknya, mengurung diri di Academy Ruby, Naga Perak tidak akan panik bahwa putra sematang wayangnya memakan racun.

"Tetapi mungkin, ada beberapa petunjuk dari Autobiografi mereka," Merci langsung mengubah mulutnya begitu melihat kekecewaan si perak. "Ada apa? Kau terlihat … sangat memerlukannya? Memangnya untuk apa?"

"Aku sangat penasaran," Leo menghela napas. "Katanya, Takahara Rika adalah murid langsung dari Penyihir Agung Shappire, tetapi aku tidak menemukan sejarah tentangnya sama sekali. Pengetahuan kita, bagaimanapun hanya dari mulut ke mulut, generasi ke generasi tanpa ada bukti nyata hitam di atas putih."

Ekspresi wajah Naga Biru berubah serius. "Kau meragukan kita adalah keturunan Rika?"

"Tidak," Leo langsung menyangkal. "Kita semua tahu pasti bahwa Asisten mencatat setiap keturunan Rika dan membedakannya dengan jelas melalui gen. Tetapi … ."

Sepasang iris emas menatap lawan bicaranya.

"Apakah kau tidak penasaran apakah Takahara Rika benar-benar murid langsung Penyihir Agung atau bukan? Meski sejarah tentang Penyihir Agung dikumpulkan dari berbagai macam hal, bukti-bukti keberadaannya memang ada, tetapi bagaimana dengan status Takahara Rika yang sebagai murid langsung? Apakah ada petunjuk bahwa Takahara Rika memang murid dari Penyihir Agung? Bukan … keturunannya?"

Naga Biru itu membeku. Jelas tidak menyangka dengan arah berpikir remaja perak di depannya. Namun beberapa saat kemudian, sosok itu menggelengkan kepala.

"Jangan memikirkan hal-hal yang aneh."

"Aku tidak memikirkan hal yang aneh," Leo tidak setuju. Ia hanya ingin mengarahkan Merci agar mau ikut membantunya mencari perihal muridnya. Mendapatkan sedikit bantuan, siapa yang tidak suka? Lagi pula bocah Naga ini terlihat baik hati. Bahkan di pertemuan pertama mereka, sosok berhelai biru mau begitu saja menemaninya berkeliling Academy Ruby dan memasuki kelas.

"Bila kau benar-benar penasaran, kita bisa bertanya ke Kakek," Merci tanpa ragu mengusulkan cara termudah. Tentu saja bertanya dengan Felix, Kepala Sekolah Academy Ruby adalah pilihan yang tepat. Pria tua itu bisa melakukannya dengan cepat dan tepat. Namun sayangnya, Leo tidak benar-benar bisa mempercayai Diandra Felix. Pria Incubus pasti akan sangat curiga.

Sejarah berdirnya sebuah Negara, tidak mungkin diawali oleh sesuatu yang baik. Akan selalu ada cerita berdarah di belakangnya. Itu sebabnya, mengupas sejarah yang dicoba untuk dikubur, bukan sesuatu yang baik.

"Seperti kataku, pada akhirnya hanya akan menjadi informasi dari mulut ke mulut. Menurutmu, apakah tidak akan ada perubahan di sana-sini hingga menjadi kesalahan yang melenceng jauh?"

Kali ini, Merci yang menghela napas.

"Belum tentu," sangkalnya. "Akses yang dimiliki Kakek lebih baik, dia pasti memiliki lebih banyak informasi yang akurat."

Leo tidak bisa bilang bahwa ia sudah menggunakan Akses kepemilikan Planet dan kepemilikan Academy …

"Apakah Kakek akan mengizinkan?"

"Tentu," Merci tanpa ragu menjawab. Bagaimanapun, Naga Biru sangat tahu dengan karakter Incubus tua itu. Pria itu pasti akan setuju. Saudara jauhnya cukup peduli tentang sejarah Takahara Rika, Kakeknya tidak akan pelit perihal informasi itu.

"Oke," memilih untuk setuju, Leo mengangguk. "Kapan kita bertemu Kakek?"

Kali ini Merci tidak langsung menjawab. Naga Biru itu membuka Asistennya, mengetik beberapa baris kata. "Aku tidak tahu, Kakek biasanya sangat sibuk … dia jarang berada di Academy--oh, dia ada di Academy," Remaja itu langsung mengubah ucapannya. "Kita bisa menemuinya sekarang."

Sepasang netra emas mengerjap. "Sekarang?"

"Ya," Merci langsung mematikan Asistennya dan menatap saudara yang jauh lebih mungil. Entah bagaimana, sepasang iris emas itu terlihat seperti tersenyum. "Kakek sedang berada di Ruang Tertutup."

Haloooo~ siapa yang kangen sama Leo? Ahahaha kita bertemu kembali!

Kali ini, cerita akan menjadi agak serius. Yah, bersiap-siaplah karena Papa gk akan nemenin dedek Leo untuk sementara. Mau bagaimana lagi? Dedek Leo harus belajar lepas dari Papanya, dia harus tumbuh dewasa/plok

Namun, untuk mengobati kerinduan kalian, hari ini aku sengaja uplod 2 chapter! Chapter selanjutnya tidak berhubungan dengan jalan cerita, itu sebabnya tidak diuplod, tetapi ... yah, mungkin kalian akan senang membacanya?

Semoga kalian suka dan sampai jumpa di chpater selanjutnya!

AoiTheCielocreators' thoughts
Next chapter