webnovel

Bag 22 Ketahuan

Sarapan di pagi itu seharusnya merupakan suasana yang hangat serta dipenuhi tawa ria, namun tidak pada pagi itu.

Stanley yang sedang mengunyah makanannya, berhenti bergerak serta mematung seketika. Sementara Meisya yang sedang menyuap makanan pada Lori kecil yang seperti malaikat kecil juga melongo dan mematung seperti suaminya.

Pasangan suami istri itu melirik ke arah putri bungsu mereka dengan tatapan menuntut penjelasan membuat Harmonie menjadi menciut di tempat duduknya.

Bagaimana suasana kediaman keluarga Stanley bisa menegang seperti ini?

Mari kita kembali ke beberapa menit sebelumnya.

Seperti hari-hari sebelumnya, Loreine telah bangun dan menunggu seseorang datang ke kamarnya dengan sabar. Meisya yang terlebih dulu mendatangi kamar anak kecil itu untuk melihat apakah Lori sudah bangun atau belum.

Meisya semakin jatuh cinta pada anak perempuan manis itu yang sangat mudah dirawat. Berbeda dengan ketiga anaknya dulu yang sering nakal dan susah diatur, Lori kecil ini sangat manis dan sama sekali tidak merepotkan.

Ditambah dengan dua warna mata yang unik membuat siapapun tidak sanggup mengalihkan perhatiannya untuk anak kecil ini.

Stanley serta Meisya langsung jatuh hati pada anak ini begitu melihat kedua matanya serta senyumannya yang sangat terang seperti matahari ditambah suara merdu seperti suara ombak yang meneduhkan.

Harmonie hanya memberitahu mereka bahwa seorang kenalan Richard menitipkan putri mereka pada Richard karena orang jahat mengincar Lori. Mendengar ini, Stanley langsung memperkuat pertahanan sekuriti cyber miliknya untuk memastikan tidak ada siapapun yang bisa melacak Lori di rumahnya.

Dan pagi ini, mereka sarapan bersama dan dengan telaten Meisya menyuap Lori yang masih belajar makan sendiri. Sayangnya, Harmonie melupakan satu hal. Dia lupa untuk memberitahu Lori agar tidak menyebutkan Richard sebagai papanya.

Disaat Lori melihat foto ayahnya bersama keluarganya, dengan ceria tanpa keraguan, Lori memanggil ayahnya.

"Kenapa foto papa ada disini?"

"Papa? Papa siapa?" tanya Stanley penasaran sambil menyuap sarapannya kedalam mulutnya sendiri.

"Papa." jawab Lori kemudian sambil menunjukkan salah satu foto Richard yang terpajang disalah satu dinding ruangan.

Dan anehnya, Lori tepat menunjuk ke foto Richard dan bukannya ke foto Raymond yang ada disebelah foto Richard.

Richard dan Raymond termasuk saudara kembar identik, namun karakter serta sinar mata mereka sangat berbeda. Hanya orang yang memiliki kepekaan luar biasa sanggup membedakan kedua orang itu.

Namun Lori langsung dapat membedakannya dan menunjuk persis ke foto ayahnya.

Hal ini sungguh membuat Harmonie kagum dan ingin sekali memuji bakat keponakannya kalau saja kedua orangtuanya tidak memandangnya dengan tajam.

Saat ini keduanya sudah selesai menduga. Anak ini sangatlah cerdas sehingga tidak mungkin memanggil orang asing dengan sebutan 'papa' kalau memang orang itu bukanlah ayahnya.

Anak ini juga tidak mungkin anak dari Raymond, karena Raymond sudah berbahagia dengan istrinya di Amerika dan tengah menantikan kelahiran anak pertamanya.

Itu berarti, Lori adalah anak dari Richard? Tapi itu tidak mungkin!

Richard tidak pernah mengenalkan wanita manapun pada orangtuanya. Tiap kali Meisya mencoba mengorek mengenai wanita idaman putra sulungnya, Richard selalu mengubah topik pembicaraan mereka.

Ah, mungkin saja Lori telah salah paham dan menganggap Richard yang sudah menyelamatkannya dari penjahat adalah ayahnya. Pikir mereka kemudian.

"Apakah mungkin kalian adalah ayah dan ibu dari papa? Apakah itu berarti kalian adalah kakek dan nenekku?"

"Lori, sayang. Sepertinya ada salah paham. Kami bukan kakek nenekmu." jelas Meisya dengan penuh kesabaran sambil menghapus jejak makanan yang menempel di ujung mulut Lori.

"Tapi bibi Moni memanggil kalian dengan papa mama, bukankah itu berarti bibi Moni adalah anak kalian?"

"Moni memang adalah putri kami."

"Kalau begitu papa Richard adalah putra kalian. Papa Richard bilang bibi Moni adalah adik perempuannya jadi aku harus menuruti bibi Moni."

Klontang.

Saat itulah, Stanley melepaskan sendok makanannya dan terjatuh di atas piringnya. Seketika Stanley serta Meisya diam berubah menjadi patung dan tidak ada tanda kehidupan dari mereka.

Stanley yang terlebih dulu sadar dari rasa syoknya lalu menatap tegas kearah putri bungsunya. Akhirnya dia sadar apa yang berbeda dari putrinya saat pulang kemarin malam diantar oleh Kendrich serta Melodie. Putrinya telah menyembunyikan sesuatu.

Meisya juga telah pulih dari rasa terkejutnya dan melirik ke arah Harmonie yang kini mengambil gelasnya untuk minum dengan canggung.

"Moni, apa ada yang ingin kau bicarakan?"

Harmonie menelan ludah dengan gugup mendengar Stanley mengucapkan pertanyaannya dengan nada berbahaya namun masih mengumbar senyuman ramah. Justru inilah yang sangat menakutkan.

"Tidak ada?"

Stanley masih menatap putrinya tanpa berkedip memberikan tatapan peringatan pada putrinya.

"Itu… itu… Sebaiknya papa bertanya langsung saja pada kak Richard."

"Nenek, apakah kakek marah?"

Stanley terkesiap mendengar suara lembut yang terdengar sedih diseberang meja makan.

Meisya memberi senyum tipis sambil menepuk punggung Lori dengan lembut. Lalu Lori menatap ke arah Stanley yang memandangnya dengan pandangan yang rumit. Sepasang mata hijau ungunya mulai berkaca-kaca menyadari kakeknya tampak tidak menyukainya.

Melihat sepasang mata yang sendu dari anak itu membuat Stanley tidak tega. Pada akhirnya dia bangkit berdiri dan masuk ke dalam ruang kerjanya agar tidak membuat anak… ataukah mungkin cucu… menjadi takut padanya.

Stanley mengaktifkan program digital miliknya untuk mencari tahu darimana Richard menemukan anak perempuan itu dan apakah benar Lori adalah putri dari Richard. Jika Richard sudah menitipkan anak perempuan itu ditempat ini, maka ada kemungkinan Richard sudah mengecek tes DNA dengan anak itu.

Lagipula, ini pertama kalinya Richard membawa seorang anak ke rumahnya dengan alasan demi perlindungan anak itu. Untuk apa Richard menyerahkan anak orang lain ke dalam perlindungannya kalau bukan anak perempuannya sendiri?

Sambil menunggu program ciptaannya mencari informasi yang diinginkannya, Stanley menghubungi putranya.

"Halo papa?"

"Richard Calvins, apa kau ingin kulempar ke Antartica? Apa maksudmu kau memiliki anak diluar nikah, huh?"

"…"

Richard sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan ayahnya.

Apa yang terjadi? Kenapa ayahnya begitu cepat mengetahuinya? Adiknya tidak mungkin memberitahunya secepat ini kan?

Sementara itu, Anxia yang duduk disebelahnya didalam mobil yang dikendarai Richard melirik ke arah pria itu dengan sinis.

Jadi, semalaman ini putrinya berada di BELANDA!?

Kalau tahu begitu, dia akan langsung pergi ke Belanda daripada masuk ke perangkap pria ini!

Eak. Ketahuan deh sama si singa Stanley XD

Happy reading!

VorstinStorycreators' thoughts
Next chapter