3 toko furniture

"Yang punya pacar harus pake baju couple,karena ada ajang kecocokan." Awan dan Jingga langsung menatap satu sama lain.

Awan mengangkat tangan untuk bertanya soal pengumuman pentas seni tersebut. "Kembar boleh kan?"

Bu Zahra mengangguk pelan membuat Awan dan Jingga langsung melakukan tos. "Kita beli baju oke?"

"Oke dong," ujar Jingga mengangguk sambil tersenyum senang.

"Jadi intinya pentas seni di gelar tiga minggu lagi,satu minggu sebelum pelaksanaan akan di liburin buat pemasangan properti biar ga kalian gangguin.Untuk OSIS harus datang!" Seluruh siswa di kelas mengangguk paham dan langsung keluar setelah Bu Zahra karena bel pulang sekolah sudah berteriak nyaring.

Awan mengajak Jingga ke kantin dulu karena cacing di perutnya sudah mengadakan demo untuk di berikan makan.Ia memesan siomay dan es teh manis,Jingga pun sama.

"Nanti beli hp dulu," ujar Awan sambil bersandar pada bahu adiknya itu.

"Makanya jangan gegabah,walau menurut lo Gea terbaik tapi gue yakin ada yang lebih baik dari itu.Lo takut ga dapet jodoh buat masa depan? Kita nikah aja."

Awan langsung menoyor kepala Jingga kencang membuatnya sampai terhuyung ke samping. "Lo gila?!"

"Ga lah,lagi juga siapa yang mau nikah sama cowok ga waras kayak lo?!"

Baru ingin membalas ucapan adiknya,tiba tiba ponsel Jingga berdering dan tertera nama neneknya disana.

"Siapa?" tanya Awan penasaran.

"Amma," jawab Jingga.

"Lo ga boong kan? Please dah gue lagi males debat sama Amma."

"Yaudah lo diem,nanti bantu translate bahasa tagalognya."

Awan mengangguk dan membiarkan Jingga menjawab telepon tersebut dengan men loud speaker ponselnya.

"Where's Awan?"

"I'm here,Amma," jawab Awan.

"Wala ka bang balak na pumunta sa Pilipinas muli?" (apa kalian ga ada niatan ke Philipines lagi?)

Jingga memberikan ponselnya karena ia memang tidak terlalu memahami bahasa Philipines. "Hindi po,abala tayo." (ngga,kami sibuk)

"Ano?" (apa?)

"Abala po," jawab Awan sekali lagi. "Pwede ko bang i-off? nasa labas kami." (bisa aku matikan? kami lagi di luar)

"Oo."(iya)

Dengan cepat Awan mematikan ponselnya dengan wajah sebal.Kenapa neneknya yang di Philipines ini selalu bertanya seperti itu? Padahal setiap tahun ia dan Jingga pasti akan ke sana.

"Kenapa?" tanya Jingga sambil menyuap siomaynya yang baru datang.

"Nanyain lagi,kita ga ke sana? Bosen kan  gue ke sana terus.Kalo boleh ke Mindanao gue mau dah ke sana,lah ini di kekang harus di Manila terus.SHE'S MADE ME CRAZY!!"

💎💎💎

"Lo setting dulu nih,biar bisa langsung gue pake." Awan memberikan ponsel barunya agar di setting oleh Jingga.

Jingga mulai men setting ponsel sedangkan Awan mulai melajukan mobilnya untuk segera ke toko furniture sekalian membeli meja rias milik Jingga yang kemarin hancur olehnya.

Kemarin memang bilang untuk membeli hari minggu,tetapi karena Awan memilih istirahat di akhir pekan jadinya ia memutuskan untuk membelinya sekarang.

"Pensi mau pake baju apa?" tanya Jingga setelah selesai men setting ponsel dan sekalian memasang beberapa aplikasi yang Awan perlukan.

"Celana joger cargo atasan oversized t-shirt warna putih." Awan membelokkan mobilnya saat di persimpangan jalan dengan perlahan.

"Lo cargo putih baju hitam,gue cargo hitam baju putih.Gimana?" saran Jingga.

"Not bad."

Jingga tersenyum senang karena tak perlu berdebat panjang masalah baju yang akan mereka kenakan nanti saat pentas seni.

Saat tiba di toko furniture,Jingga langsung bersorak senang dan meninggalkan Awan sendirian di dalam mobil yang sibuk dengan ponselnya.

Awan mendaftarkan nomor ponsel dulu nya di Whatsapp agar dapat menerima langsung informasi informasi dari sekolahnya.

Melihat Jingga tidak ada di sampingnya,ia langsung keluar mobil lalu menyusul adiknya itu.

💎💎💎

avataravatar
Next chapter