7 rindu

Awan memasukkan dua kanvas ke dalam keranjang dan beberapa cat serta kuasnya.Jingga yang sedang ikut di belakangnya juga tak lupa memasukkan buku binder,sticky notes serta satu pack brushpen yang akan ia pakai untuk membuat journal sekolahnya nanti.

Setelah semuanya terasa sudah di masukka ke dalam keranjang,keduanya berjalan ke arah kasir untuk membayar.Antrian yang lumayan panjang membuat keduanya harus menunggu beberapa saat.

"Lo ga jadi hias kamar? Tuh ada wall grid," ujar Awan menunjuk rak yang terdapat wall grid berwarna hitam dan putih.

"Oh iya.Sekalian deh." Jingga berjalan ke arah rak tersebut dan mengambil dua wall grid berwarna putih serta beberapa keranjang yang akan ia pasang nanti.Setelah itu ia berjalan ke arah Awan dan malah menariknya ke rak rak berisi dekorasi kamar. "Lo liat deh,art semua gila.Lo ga beli? Kita kan jarang ke sini."

"Lo tanya dulu boleh bayar pake kartu ga? Uang cash gue kan abis gara gara tadi lo segala minta makan dulu," ujar Awan yang di respon kekehan oleh Jingga.

Kembarannya itu berjalan ke arah kasir dan menanyakannya,tak butuh waktu lama Jingga kembali sambil mengangguk. "Boleh pake kartu."

Awan langsung mengambil beberapa dekorasi kamar bertema seni karena memang ia penyuka seni.

Berbeda dengan Jingga yang mengambil beberapa tanaman palsu yang akan di tempel di dinding menambah aksen aesthetic di kamarnya.Tak lupa dengan dream catcher berwarna putih dan coklat muda.

"Udah?" tanya Awan.

Jingga mengangguk dan langsung mengajak Awan ke arah kasir yang ternyata sudah lenggang.

💎💎💎

"Lo ada kanvas kecil kan yang ukurannya setengah dari ini?" tanya Jingga begitu membantu Awan merapihkan kamarnya.

Awan mengangguk dan menempelkan nano solatip di beberapa sisi kanvas yang sudah ia lukis agar saat di tarik tidak akan berbekas di dinding. "Kenapa emangnya?"

"Banyak ga?"

"Coba liat di lemari yang warna coklat tuh," jawab Awan kemudian menempelkan beberapa lukisannya di dinding.

"Gue minta enam ya?"

"Buat apa?" Awan menghampiri Adiknya yang sedang mengambil enam kanvas dan cat air miliknya.

"Nanti juga tau."

Awan mengangkat bahunya tak peduli dan mempersilahkan Jingga keluar kamarnya karena ia ingin menyapu.

"Ada kuas ga?" tanya Jingga yang tiba tiba muncul dari dalam lemari.

Awan yang kaget malah melempar Jingga dengan sapu yang di pegangnya. "Nongol dulu kek baru nanya biar gue ga kaget."

Jingga mengelus kepalanya yang sakit terkena gagang sapu. "Ada kuas ga?"

"Cari sana,cepetan gue mau nyapu." Awan beralih menyapu dari depan meja belajarnya terlebih dahulu dan mengumpulkan debu tersebut di dekat pintu kamar.

Saat Jingga kembali masuk ke dalam lemari,ia langsung menyapu bagian tersebut dan menyuruh pembantu rumahnya untuk melanjutkannya.

Dengan cekatan,Awan segera mengambil kanvas dan cat akrilik serta kuas yang tadi di belinya.Ia menaruh kanvas tersebut di lantai agar kalau ada cat yang tumpah tidak susah di bersihkannya.

Tangannya dengan mahir menuangkan cat ke atas kanvas dan meratakannya dengan kuas secara perlahan.

Sisi demi sisi ia lukis dengan perasaan yang begitu mendalam,berbagai macam warna cat sudah ia tuangkan di atas kanvas dan kini tinggal menunggu kering untuk di berikan tanda tangan serta nama lengkapnya di ujung kanan bawah lukisan sebagai penanda kalau itu miliknya.

Selagi menunggu kering lukisannya,Awan menuliskan filosofi lukisan tersebut yang menyiratkan kerinduan mendalam kepada seseorang.

Dengan penuh perasaan,ia menuliskannya dengan lancar seolah tangannya telah di latih dengan berbagai macam perasaan sehingga tanpa henti menuliskan kerinduannya.

💎💎💎

avataravatar
Next chapter