5 kakek

"Dih kayak lonte,ngapain pensi doang pake segala make up? Nanti juga luntur," omel Awan saat Jingga sedang memilih paduan warna soft untuk wajahnya nanti saat pentas seni.

"Gue cuma pake soflents sama riasan simple lainnya,ga kayak adik kelas kita nanti yang lebih menor dari gue," ujar Jingga membela dirinya.

"Masa?"

"Makanya kalo pensi tuh ikut! Dua tahun kagak ikut,sia sia lo bayar htm bego."

Awan berdiri dan menoyor kepala adiknya itu membuat eyeliner yang sedang dipakai malah mencoret coret kelopak matanya.

"Kan nyari ribut kan? Liat nih mata gue!" pekik Jingga menunjuk kelopaknya yang ada coreta eyeliner. "Sabar banget gue punya saudara kembar kayak lo."

"Sukurin," ledek Awan dan keluar kamar Jingga.

"Untung abang,kalo disini gue jadi kakaknya bakal gue cincang abis abisan tuh si Awan gila."

"GUE BISA DENGAR LO JINGGA!" teriak Awan dari kamarnya.

Jingga menepuk keningnya sendiri,ia lupa kalau di sudut kamar atas diberi lubang jadi walau ia bicara menggerutu pasti terdengar oleh Awan. "BODOAMAT GILA!"

Terdengar suara gaduh dari kamar Awan membuat Jingga segera mengunci kamarnya sendiri.

"Ngapain kunci kamar?"

Jingga sontak melompat dan menatap Awan yang berdiri di belakangnya dengan wajah sebal.

"Lo lupa lemari ini tembus ke kamar? Kayaknya bener,di dunia ini gue doang yang pinter."

"Ihh!!!" Jingga mengeraskan rahangnya dan siap mencakar Awan dengan kuku panjangnya. "SINI LO SETAN!"

💎💎💎

Keluar dari dental membuat Jingga terus mengaca karena senang akhirnya bracket dirinya tidak lagi berwarna biru metalik yang sangat membosankan kalau sedang foto dan menampilkan behelnya yang berasa monoton.

"Buru masuk,gue tinggal nanti kalo ngaca terus." Jingga terkekeh pelan dan langsung masuk ke dalam mobil.

"Mau makan apaan nanti?" tanya Jingga begitu mobil mulai melaju kencang karena jalanan agak sepi.

"Terserah," jawab Awan yang langsung mendapat jitakan dari Jingga.

"Kayak cewek lo," omel Jingga kemudian matanya menangkap seorang kakek yang sedang kesusahan di pinggir jalan. "Minggir dah."

"Ini juga lagi minggir,makanya ngasih sen." Awan langsung keluar menghampiri kakek tersebut yang sedang berusaha mengambil kembali cat yang tumpah di jalanan. "Kek kenapa?"

"Ini cat nya jatuh,tadi tali nya putus dari sangkutan di sepeda," jawab si Kakek.

"Rumah jauh ga Kek dari sini?" tanya Jingga sembari mengajak Kakeknya untuk berdiri. "Kakek ikut kami aja,nanti saya beliin cat baru dan antar Kakek ke rumah sama Abang saya."

"Ga usah,Nak.Kakek ga mau nyusahin."

Awan tersenyum dan mengelus kedua bahu Kakek tersebut. "Kakek masuk aja,biar saya lipat sepedanya buat di masukin ke bagasi.Kakek tunggu di dalam sama Adik saya."

Melihat si Kakek tersenyum sambil mengangguk membuat Awan dan Jingga tanpa sengaja meneteskan air mata.Dengan cepat Jingga membantu Kakek masuk ke kursi samping penumpang dan membiarkan dirinya duduk sendirian di belakang.

Setelah memasuki sepeda ke bagasi mobil,Awan bergegas masuk ke dalam mobil dan melajukannya ke material terdekat untuk membeli cat dengan warna yang sama dengan yang tadi di beli oleh Kakek.

"Nanti habis dari material,saya biar naik sepeda aja ke rumah."

Awan menggeleng kemudian membelokkan mobilnya agar bisa terparkir di material. "Ngga,biar saya antar sekalian."

"Makasih ya,Nak." Awan dan Jingga mengangguk lalu mengajak Kakek keluar dari mobil untuk memilih warna cat yang tadi di belinya.

💎💎💎

avataravatar
Next chapter