3 3. Berpetualang

Hari berganti. Rasyad keluar dari apartment yang di tempati oleh Naraya selama ini. sebetulnya sahabatnya itu bisa membeli satu unit rumah yang nyaman, hanya saja sahabatnya itu masih memikirkan beberapa hal sebelum memutuskan untuk menetap di Jepang bersama kekasihnya yang kelak akan menjadi pendamping hidupnya.

Duduk di salah satu kursi taman, Rasyad meminum air mineral yang sebelumnya ia beli di supermarket dekat dengan tempat destinasi yang ia kunjungi. Sejak pagi, Rasyad sudah menjelajah beberapa tempat dan berakhir di salah satu tempat yang bernama Istana Kekaisaran, yang berada di Tokyo.

Ia lebih memilih menghabiskan waktunya di tempat ini karena tempatnya benar-benar mampu membuatnya tenang dan merasa menjadi dirinya sendiri untuk sesaat. Terlepas dari itu, Rasyad sebetulnya pergi tanpa pamit pada Naraya yang tidak bisa mengambil cuti selama seminggu untuk menemaninya menjelajah.

Karena beberapa karyawan yang menuntut kenaikan gaji, Naraya tidak bisa jauh-jauh dari meja kerjanya dan berkutat dengan proposal dan rapat-rapat yang diadakan oleh kantor tempat dimana sahabatnya itu bekerja. Jika di pikirkan, Naraya terlihat sangat penting di dalam kantor itu karena menduduki bagian kepala keuangan di salah satu kantor yang paling berpengaruh di Tokyo.

Kepalanya mendongak, Rasyad menatap daun-daun ginko dan maple yang berjatuhan karena tertiup angin. Semilir angin mengusap wajahnya dengan lembut, memberikan perasaan dingin dan sekilas menenangkan isi kepalanya yang berkecambuk. Menyimpan ponsel, Rasyad menengadahkan tangan nya dengan telapak tangan yang mengarah keatas dan mendapatkan satu daun ginko dan daun maple yang berada di telapak tangannya.

Tersenyum. Rasyad membuka tasnya kemudian membuka buku note berwarna sama dengan warna daun ginko dan maple, kemudian meletakkannya tepat di tengah-tengah buku. Di setiap atas daun ginko dan maple terdapat tulisan dan tanggal dan tahun ia mengunjungi tempat ini. sebelumnya Rasyad sudah terlebih dahulu mengambil foto di depan pintu masuk Istana Kekaisaran dengan ia yang berpose.

"Rasanya, aku benar-benar jatuh cinta dengan musim ini."

Kepalanya mendongak. Rasyad menyimpan buku, dan botol air minum ke dalam tasnya, dan kembali menjelajah Istana Kekaisaran bersama dengan beberapa turis yang datang. Sejak pertama kali datang sampai sekarang bibirnya tidak henti-henti berdecak kagum dan jatuh cinta berkali-kali dengan pemandangan yang di suguhkan.

Seolah menyapa, pohon-pohon ginko bergerak ke kanan dan ke kiri tertiup oleh angin. Pohon ginko terlihat sangat menarik karena memiliki warna keemasan. Rasyad mengikuti rombongan turis dan satu orang tour leader yang menjelaskan tentang seluk beluk Istana kekaisaran yang sudah di hafal di luar kepala.

Tour leader memimpin perjalanan dan menemani wisatawan dari awal masuk sampai kembali ke hotel tempat para wisatawan menginap, ada juga yang menunggu di tempat wisata dan menemani sehari penuh untuk menjelaskan dan menemani para wisatawan kemanapun mereka ingin pergi.

Rasyad mengangguk setuju saat tour leader mengatakan jika musim gugur kali ini adalah musim yang paling indah di bandikan dengan musim gugur yang sebelumnya. Musim gugur tahun lalu suhu di Tokyo menyentuh 17,1°C. Seingat Rasyad, ia pernah membaca salah satu buku pengetahuan milik sepupu perempuannya yang mengatakan jika pertengahan bulan November dan akhir November adalah musim untuk memetik daun-daun musim gugur dan daun ginko.

Sebuah kebetulan yang menyenangkan karena Rasyad datang di bulan November, jadi ia bisa benar-benar menikmati pemandangan tersebut. Tour leader memberikan minuman hangat untuk para wisatawan saat berhenti di dekat stan makanan yang tidak jauh dari Istana Kekaisaran karena salah satu dari wisatawan mengatakan jika tubuhnya terasa dingin.

Selagi menikmati minuman hangat yang di berikan oleh Tour leader, Rasyad jadi teringat perjalanan dari tempat tinggal Naraya menuju tempat ini. Rasyad yang sebelumnya menerima fasilitas setiap berkunjung ke setiap Negara harus membiasakan diri untuk mencari tahu sendiri bagaimana cara menaiki transportasi umum yang ada di Jepang.

Jika mengingat itu Rasyad jadi malu sendiri karena benar-benar tidak paham bagaimana caranya naik kereta bawah tanah atau bus yang melewati halte-halte yang dekat dengan tempat tinggal Naraya. Bahkan, tadi ia harus bertanya pada salah satu mahasiswa yang berada di dekatnya untuk di ajarkan bagaimana caranya memiliki akses untuk naik kereta bawah tanah. Untungnya, mahasiswa itu mau menolongnya dan mengajarinya dengan sabar.

Menenggelamkan setengah wajahnya pada scarft yang melilit leher, Rasyad kembali menyusuri jalan setapak bersama dengan wisatawan yang lain. tangannya berada di dalam long coat coklat, selama perjalanan, Rasyad melihat beberapa orang yang membawa paper bag dari beberapa brand di tangan mereka.

"Apa di dekat sini ada pusat perbelanjaan?" tanya salah satu wisatawan yang berasal dari Chicago.

"Ya, di dekat sini ada satu distrik yang bernama Ginza. Distrik tersebut berada dekat dari tempat ini, jika kita sudah selesai berkeliling, akan saya antarkan kalian menuju Ginza untuk berbelanja." Jawab tour leader itu dengan ramah.

Mengangguk. Rasyad memilih untuk berpisah dengan rombongan saat mereka semua lebih memilih untuk pergi menuju distrik Ginza. Suhu udara hari ini menginjak 18,9°C,membuat tubuhnya sedikit membeku walaupun ia sudah menggunakan kaus putih, kemeja, dan di tambah lagi dengan long coat yang menutupi tubuhnya.

Tetapi suhu udara hari ini tidak membuatnya putus semangat untuk terus menjelajah dan menjelajah selama ia bisa berpergian bebas seperti saat ini. selagi ia memilih untuk bersitirahat dari penatnya pekerjaan. Mengingat pekerjaan kepalanya mendadak pening karena mengingat orang yang menggantikan posisinya saat ini terkenal sedikit teledor, membuatnya ingin mengambil ponsel dan menghubungi orang tersebut, namun ia berusaha untuk menahan tangannya sendiri untuk tidak mengambil ponsel dan merusak acara liburannya.

Saat ingin mengeluarkan tangan dari kantong coat, ponselnya sudah terlebih dahulu bergetar, membuatnya mengambil ponsel dan melihat nama orang yang menghubunginya saat ini. mengernyitkan dahi, Rasyad menghembuskan napas sebelum mengangkat telepon dari Naraya yang ia tebak akan marah-marah seperti baru saja kehilangan guci mahalnya.

Mendekatkan pada telinga, Rasyad langsung memejamkan mata saat mendengar teriakan Naraya.

"Ya! pergi kemana kau kali ini hah?!" tanya Naraya dengan berteriak.

Rasyad bisa mendengar suara berisik dari ujung telepon. Ia bisa mendengar beberapa orang perempuan tengah berada di dekat Naraya dan bertanya siapa yang Naraya hubungi saat ini. menghela napas berat, Rasyad mengalihkan pandangan kearah lain sebelum menjawab.

"Aku sedang berada di Istana Kekaisaran."

"APA?!"

"Bisa tidak, kau tidak perlu berteriak sekeras itu?"

"Bisa, tapi, kau bilang saat ini kau berada dimana?"

"Istana Kekaisaran, kau sudah mulai tuli huh?"

"Bukan begitu bodoh! Tetapi bisa tidak kau berpamitan terlebih dahulu padaku, orang yang memiliki rumah dan lebih hafal Tokyo di bandingkan denganmu!"

"Jika tidak ada yang penting akan ku tutup."

"Berani kau tutup teleponnya, aku buat kau hidup di jalanan!"

"Oh, maaf saja, kenalanku di Negara ini bukan hanya kau."

"Sialan, baik. Kau menang." Terdiam sebentar, Rasyad bisa membayangkan jika Naraya saat ini tengah memijat pelipisnya karena kalah argumen dengannya. Ciri khas Naraya saat kesal dan penat menghadapi sikapnya. "Tunggu disana, dan aku akan datang."

"Tidak perlu, aku bukan anak kecil dan berhenti mengawasiku seperti aku ini masih berusia lima tahun."

"Kau memang masih kecil. Jadi tetap diam disana sampai aku tiba Rasyad."

"Tidak akan. Lebih baik kau berfokus dengan pekerjaanmu, aku bisa pergi kemanapun sesuka hatiku. Dan kau tidak ada hak untuk melarang."

"Hah, baiklah. Jika terjadi sesuatu yang berbahaya segera hubungi aku."

"Ya... ya... tetapi aku akan lebih memilih untuk menghubungi polisi di bandingkan kau. Sudah, akan ku tutup teleponnya. Menyebalkan, kau merusak hari yang ku bangun!"

Belum sempat Naraya mengumpat ke Rasyad, ia sudah terlebih dahulu mematikan ponselnya kemudian menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku coat dengan cengiran lebar karena berhasil membuat emosi Naraya naik sampai ke ubun-ubun.

"Rasakan." Kata Rasyad.

Keluar dari Istana Kekaisaran, Rasyad berniat untuk pergi mencari makanan terlebih dahulu sebelum kembali melanjutkan perjalanannya menjelajah Istana Kekaisaran. Rasyad menunggu lampu penyebrangan berwarna hijau, selama menunggu, Rasyad melihat seseorang yang ia kenal, walaupun samar, ia tetap mengingat ciri-ciri orang tersebut.

Menajamkan pandangannya, Rasyad melihat jelas orang yang baru saja keluar dari dalam mobil BMW keluaran tahun 2018 dengan penuh pesona yang menguar dari dalam tubuh lelaki itu. menggelengkan kepala, Rasyad jadi berpikir, bagaimana bisa Chiko tertukar antara dirinya dengan orang yang baru keluar dari dalam mobil tadi.

Tidak berselang lama, ia melihat Chiko berjlaan di belakang lelaki yang seumuran dengan nya setelah menegur lelaki itu agar cepat pergi ke dalam tempat yang mereka kunjungi. Memirinkan kepala, Rasyad menyebrang bersamaan dengan orang-orang dan berjalan menuju supermarket yang berada di sebelah cafe yang baru saja didatangi oleh Chicko.

Sebelum masuk kedalam supermarket, Rasyad memperhatikan mobil BMW yang di tumpangi oleh Chicko dan lelaki tadi dengan seksama. Berdecak kagum, mobil tersebut sangat terawat bahkan sangat mengkilap, dan mulus seperti baru keluar dari tempat penjualan mobil.

"Sepertinya lelaki itu orang yang memiliki nilai hidup yang mahal." Menggelengkan kepala, Rasyad masuk kedalam restoran dengan senyum lebar sebagai balasan karena orang yang menjaga kasir menyapanya dengan ramah dan hangat.

Rasyad berjalan menuju rak-rak yang memajang banyak makanan ringan dan mie cup yang terlihat menggiurkan dimata Rasyad. Mengambil satu mie cup, ia juga mengambil satu bungkus besar permen rasa mint, setelah itu menghampiri salah satu mesin pendingin untuk mengambil air mineral yang dingin sebelum membayar dan menyeduh mie cup yang ada di tangan.

Saat ingin membuka pintu pendingin, tangannya tak sengaja bersentuhan dengan seorang perempuan yang berada di sebelahnya, membuat Rasyad reflek menarik tangannya mundur dan mempersilahkan perempuan itu untuk terlebih dahulu mengambil minuman yang akan diambil.

Sejenak, Rasyad dibuat kagum oleh perempuan yang berada di sebelahnya. Terlihat anggun walaupun hanya di lihat dari samping. "Terima kasih," kata perempuan itu dengan aksen british yang kental, membuat Rasyad berkedip cepat dengan senyum ramah.

"Ya."

"Saya duluan kalau begitu, sekali lagi terima kasih."

Perempuan itu pergi meninggalkan Rasyad yang mematung di tempatnya saat ini. kedua kakinya seperti diberikan lem perekat yang sangat kuat sampai membuat kakinya sulit untuk di buat berjalan.

avataravatar
Next chapter