14 14. Tak Berkutik

Rasen mengedarkan pandangan ke seluruh tempat perbelanjaan dengan troli di yang tengah ia dorong. Di dekatnya terdapat Naraya yang sudah memulai mencari sereal dan banyak hal yang lainnya. Menoleh kearah tempat buah, kedua mata Rasyad langsung berbinar saat melihat buah semangka dan jeruk yang tertata sedikit berdekatan.

Mendorong troli menuju tempat buah-buahan mengabaikan Naraya yang berbicara sendiri. Rasyad mencari buah semangka yang berukuran besar lalu meminta pegawai khusus buah-buahan untuk menimbang dan membungkusnya, begitu juga jeruk yang langsung ia pilih sendiri sebelum di masukkan ke dalam plastik.

Saat ingin mendorong trolinya menghampiri Naraya, pegangan pendorong trolinya di pegang oleh seseorang, matanya melirik siapa yang berani memegang troli yang ia pakai, tidak mungkin kebetulan, karena yang berada di dekatnya tak ada yang menggunakan troli. Rosiane tersenyum centil saat menatap Rasyad.

Menatap datar Rosiane, telapak tangan Rasyad mendorong wajah Rosiane agar menyingkir darinya secepat mungkin. Menjauhkan tangan Rosiane dari troli belanja miliknya, Rasyad pergi menghampiri Naraya dan berdiri di sebelah Naraya.

"Ya! kau darimana saja Syad! Aku di tertawai sepanjang rak sereal karena berbicara sendiri!"

Menunjuk buah-buahan, Rasyad tersenyum lebar. "Buah!" menepuk dahi, lalu mengusap wajahnya kasar, Naraya tak habis pikir melihat kelakuan dingin sahabatnya yang mampu cair hanya dengan melihat buah-buah kesukaan sahabatnya itu sendiri. "Oh ya," lanjut Rasyad dengan kedua mata yang melirik kearahnya. "Ada iblis yang mengikutiku."

"Ma-maksudmu?" tanya Naraya yang sedikit panik saat mendengar itu.

"Iblis itu akan mendekat, aku harap kau menjauhkan nya dariku. Aku benar-benar terganggu. Jika sudah selesai lebih baik kita segera pergi dari sini." Ujar Rasyad yang bertepatan dengan Rosiane yang mematung saat melihat Naraya dan Rasyad yang berdiri bersebelahan di dekat rak bumbu dapur. Saat melihat Rosiane, Naraya berdecak kesal, ia benar-benar kesal saat melihat perempuan itu mulai gencar mengikuti mereka berdua.

"Kau bertemu dengan iblis ini dimana?"

"Aku tak tau, dia tiba-tiba muncul dan langsung memegang troli."

"Kalau begitu kau pergi duluan, akan ku tahan dia. Kau pergi ke toko roti yang dekat dari sini, beli beberapa roti untuk dimakan sarapan pagi."

"Hm, baiklah."

"Atariq! Kamu mau kemana?" tanya Rosiane saat Rasyad memberikan trolinya pada Naraya.

Saat ingin mendekati Rasyad, tangan Rosiane sudah terlebih dahulu di tahan oleh Naraya dan di ajak berkeliling untuk menemaninya berbelanja. Setelah sukses menghindar dari perempuan yang bertingkah agresif, Rasyad menghembuskan napas lega. Keluar dari tempat perbelanjaan, Rasyad memasukan kedua tangan ke dalam saku coat, dan berjalan menyusuri jalanan menuju tempat roti yang di ucapkan oleh Naraya sebelumnya.

Masuk ke dalam toko roti, hidung Rasyad benar-benar di cumbu oleh bau harum roti-roti yang baru matang. Harum yang sangat menggugah indra perasa dalam mulutnya untuk mencoba beberapa roti dan kue yang di jual di tempat ini. menghampiri etalase yang menampilkan kue dan roti yang memiliki berbagai varian rasa, Rasyad mengambil sebuah piring yang terbuat dari anyaman yang sudah di tatakan kertas minyak, dan pencapit untuk mengambil kue.

Saat ingin mengambil salah satu roti yang di mandikan saus coklat yang meleleh, capitnya tak sengaja bertabrakan dengan capit seseorang yang berada di sebelahnya, saat menoleh, ia benar-benar di buat geram saat melihat Rosiane berada di sebelahnya dengan Naraya yang berdiri tak jauh dari tempatnya saat ini dengan rambut berantakan dan wajah penuh cakaran yang Rasyad amat yakin itu adalah perbuatan perempuan yang ada di depannya saat ini.

Meremat pencapit roti yang ada di tangan. Rasyad berusaha untuk mengkontrol emosi yang meradang di dalam dirinya. Ia tidak ingin melukai orang lain, tidak ada orang lain yang ia harus lukai di Negara orang lain, ia harus mengingat tujuannya datang ke Negara ini. menghembuskan napas berat dengan kedua mata yang terpejam, Rasyad tetap mengambil roti itu dan mencari roti yang lain, mengabaikan Rosiane yang terus membuntutinya seperti kangguru yang tak jauh dari induknya.

Naraya menghela napas gusar, ia tidak ingin merusak liburan sahabatnya itu dengan pengganggu seperti Rosiane, tetapi perempuan itu terus memaksa dan mencakar wajah tampannya sampai seluruh orang histeris saat di pusat perbelanjaan, bahkan Rosiane hampir di bawa oleh petugas jika ia tidak mengatakan tempramental perempuan itu sangat buruk dan ia sudah terbiasa, padahal ia baru tahu jika Rosiane bisa senekat itu jika keinginannya tak di turuti.

Pintu toko roti terbuka, menampilkan dua orang yang berjalan sedikit berjarak. Seorang perempuan memilih berjalan di depan dan seorang lelaki mengikuti dari belakang. Menengok ke belakang, Naraya melihat Toru tengah mengekor di belakang tubuh seorang perempuan yang begitu ia kenal. Melirik panik, Naraya menghampiri Rosiane dan Rasyad, namun terlambat, Rosiane sudah terlebih dahulu menengok ke samping dan melihat perempuan itu dan Toru di belakangnya.

Melihat tanda bahaya, Toru langsung mendekat pada Yuki yang berjalan seolah tak melihat apapun. tersenyum sinis, Rosiane berdecih kesal lalu dengan sengaja memanjangkan kakinya ke depan dan membuat Yuki tersandung ke depan, namun tidak sampai jatuh karena sudah terlebih dahulu di tahan oleh Rasyad yang berada tak jauh dari tempat Yuki saat ini.

Kedua mata itu bertemu, saling bertatap lama, sampai Yuki tertarik ke belakang, di tarik oleh Toru yang langsung menanyakan keadaan Yuki, sedangkan Rasyad masih terpaku di tempatnya berdiri saat ini. saat melihat kedua mata Yuki, jantung Rasyad berdebar membuatnya menyipitkan sebelah matanya merasakan debaran aneh dan glenyar sakit di daerah belakang kepalanya yang datang secara bersamaan.

Tubuhnya reflek mundur ke belakang, kedua matanya terpejam erat dengan tangan kanan yang langsung mencengkram bagian leher belakang kepalanya. Melihat itu, Naraya langsung menghampiri Rasyad, menyuruh sahabatnya itu untuk segera duduk di salah satu kursi yang ada di dalam toko roti, mengambil alih piring ayaman yang berisi roti-roti yang di pilih oleh Rasyad sebelumnya, Naraya langsung membayar itu semua.

Sedangkan Yuki yang merasa telah di tolong oleh lelaki itu, langsung menghampiri Rasyad yang duduk di ujung toko roti. "Hei, apa kamu nggak apa?" tanya Yuki dengan aksen Inggris yang lancar.

"Ya.. aku tak apa." jawab Rasyad yang masih memejamkan mata.

"Aku sungguh-sungguh berterima kasih karena kamu telah menolongku, jika terjadi sesuatu yang buruk, kamu segera hubungi Lat-" saat Rasyad membuka mata, Yuki terdiam sesaat, kedua mata itu bisa lebih jelas ia lihat dan wajah itu terasa familiar. Menengok kearah kanan, Yuki mendadak gugup saat matanya benar-benar bertemu dengan mata lelaki yang ada di depannya. "Intinya jika terjadi sesuatu kamu bisa menghubungi aku-"

Menarik tangan Yuki secara kasar, Rosiane mendorong kedua bahu Yuki sampai membuat Yuki terdorong mundur hampir jatuh jika tidak ada Toru yang langsung menangkap bahu sempit itu. berdecak kesal, Rosiane menghentakkan kedua kakinya di atas lantai dan langsung menerjang kearah Yuki dan langsung di tahan oleh Naraya yang baru selesai membayar di bantu oleh pegawai di tempat roti tersebut.

"Minggir!!! Kenapa kalian halangin aku buat melepas topeng yang di pakai sama perempuan ini sih!"

Rosiane di tarik keluar oleh Naraya yang meminta maaf pada Yuki dan juga Toru, meninggalkan Rasyad yang masih duduk dan di berikan dua botol air oleh salah satu pegawai di toko roti tersebut. Membuka penutup botol, Rasyad melirik perempuan dan seorang lelaki yang masih memperhatikannya.

"Apa ada sesuatu yang tertinggal?" tanya Rasyad berhati-hati karena mereka tak kunjung pergi.

"Tak ada, tetapi jika kau perlu sesuatu hubungi nomorku yang tertera pada kartu nama itu." jelas Toru dengan memberikan kartu nama miliknya.

"Ah, baik. Terima kasih."

Menerima kartu nama, Rasyad berusaha beranjak dari tempat duduknya setelah mengatakan terima kasih pada pemilik dan pegawai toko roti, berpamitan pada Toru dan Yuki, Rasyad langsung pergi menghampiri Naraya yang tengah di tampar oleh Rosiane yang masih belum mengendalikan emosinya.

Menatap datar pada Rosiane, Rasyad berjalan cepat kearah Rosiane dan Naraya dengan tangan yang membuka tutup botol yang baru lalu menyemprotkan air dari dalam botol menggunakan kedua tangan yang secara bersamaan meremukkan botol minumannya.

Semua orang yang sebelumnya kasihan pada Naraya karena di perlakukan tidak baik oleh perempuan di hadapannya kini malah merasa senang karena perempuan itu langsung mendapatkan hukuman secara tidak langsung oleh lelaki yang menghampiri Naraya dan Rosiane. Terpekik kaget, Rosiane menoleh ke arah depan dan menemukan Rasyad yang melayangkan tatapan tajam dan aura gelap yang sangat terlihat, membuat nyali Rosiane mendadak menciut hanya karena di tatap.

"Sudah kesurupannya?" tanya Rasyad menyindir.

Naraya mendekat kearah Rosiane berusaha mengelap wajah perempuan itu menggunakan tisu yang kebetulan sebelumnya ia beli, namun di tahan oleh Rasyad yang menarik coat yang di kenakan oleh Naraya.

Menoleh kearah Naraya, Rasyad berkata, "Nggak perlu. Kau berhenti memperlakukan dia selayaknya putri raja. Walaupun dia colon adik iparmu, jika dia tak menghargaimu maka berhenti bersikap merendahkan dirimu demi orang yang tak memiliki pikiran."

Kedua mata Rosiane membola, Yuki dan Toru yang baru keluar dari toko roti dibuat terdiam saat lelaki yang sebelumnya terlihat seperti orang kesakitan, kini tengah menahan seorang lelaki lain yang memberontak saat coatnya di pegang. Ya, Naraya sejak tadi memberontak minta di lepaskan oleh Rasyad, tetapi Rasyad tak melepaskan coat itu, malah semakin menarik Naraya agar berdiri di sebelahnya.

"Aku tak peduli kau anak dari siapapun, jika kau tidak memiliki manners yang baik, semua orang tak akan menerimamu, kecuali keluargamu sendiri yang menganggap hal itu maklum dan berusaha mengerti posisimu. Jika kau tak berubah, kau akan sendirian setelah keluargamu pergi satu persatu."

"Ma-maksudmu."

"Manners." Tekan Rasyad sekali lagi. Lirikan mata itu seumpama sebilah pedang yang siap menancap dan membelah orang yang Rasyad tatap. "Apa benar caramu memperlakukan Naraya seharian ini?"

Diam. Tak ada jawaban yang keluar dari Rosiane.

"Aku bertanya padamu."

"Kamu nggak tau apapun!" bentak Rosiane.

"Benarkah begitu? Wajah Naraya kau yang mencakarnya kan menggunakan kuku? Kau menampar tampar wajah Naraya seolah dia adalah pesuruhmu. Kau bahkan menendangnya saat aku masih berada di dalam toko roti. Kau pikir aku buta?"

Mengedarkan pandangan ke sekitar, "Bahkan, kau tak sadar banyak orang yang menonton perilakumu yang buruk saat ini."

Rosiane melihat kesekitar dan menyadari jika dia tengah menjadi pusat perhatian, bahkan ada satu orang yang amat sangat ia kenal, seorang kaki tangan Ayahnya yang sejak tadi mengarahkan ponsel kearahnya. Menundukkan kepala, Rosiane mendongak lalu berjalan mendekat kearah Rasyad dan Naraya lalu pura-pura terjatuh seperti terdorong dan membuat kepalanya menghantam Hydrant Pillar membuat Rasyad terkekeh sinis, menyadari tanda bahaya, Naraya langsung menarik Rasyad mundur, tetapi sahabatnya itu malah menepis tangannya dengan tenang, menjauhkan pegangan dari coat Naraya, lalu berjongkok di depan Rosiane.

"Jika kau pintar, lihat dulu dimana kedua tanganku dan tangan Naraya berada. Kau terjatuh karena jatuh sendiri, tertiup angin?" tanya Rasyad setengah berbisik dan terdengar menjengkelkan. "Perbaiki manners mu, mungkin semua orang akan menerimamu dengan kedua tangan terbuka, kecuali, aku."

Menepuk pundak Rosiane beberapa kali, Rasyad beranjak dari posisinya dan meninggalkan Rosiane yang menangis tersedu sedu karena malu dan langsung di bawa oleh salah satu kaki tangan Ayahnya yang sejak tadi sudah memberikan laporan tentang perbuatan yang mencoreng nama baik keluarga.

Toru sedikit menarik Yuki ke belakang saat orang yang beberapa menit yang lalu duduk dengan tubuh yang terlihat lemas kini malah berjalan dengan aura gelap yang menyelimuti, bahkan Toru bisa merasakan amarah masih meradang di dalam tubuh lelaki yang waktu itu ia temui di salah satu kedai kopi dekat Bandara Haneda.

"Toru, kamu lihat orang yang tadi itu?" tanya Yuki.

"Ya, ada apa?"

"Orang itu salah satu rekan bisnis Kak Aero yang baru."

"Darimana kamu tau hal itu?"

"Waktu itu Kak Aero dan Paman Chiko melakukan meeting terbatas saat kamu melakukan pemotretan." Terdiam sebentar, "Dia sangat berbeda, namun kharismatik, bahkan Kak Aero sampai terpukau dan benar-benar mendengarkan apa yang orang itu sampaikan."

"Apa kamu juga tertarik?"

"Entah, tetapi sungguh, yang tadi itu keren! Dia bisa langsung membuat Rosiane bertekuk lutut dan malu."

"Tetapi dia juga sahabatmu Nona kecil."

Berdecak pelan. "Iya juga sih, tetapi tak ada sahabat yang memperlakukan sahabatnya sendiri seperti sampah. Aku kesal."

"Yasudah, ayo kita pulang dan memakan roti pilihan Nona kecil."

"Ayo!"

avataravatar
Next chapter