19 Pengadilan

Dua hari kemudian, Arima sudah Membersihkan dirinya dan Memakai kembali Seragam Kadetnya.

Hari ini Semua Kadet je-104 Di berikan Misi untuk mengidentifikasi Mayat-mayat yang Ada di Kota Trost.

Segera suara bel berbunyi.

"Semunya Berkumpul!!."

Arima dan Semua kadet yang lain Dengan cepat Berlari menuju lapangan..

---

"Hari ini, kalian akan membawa Dan mengenali Semua prajurit yang gugur di dalam Tembok trost bersama dengan Senior Prajurit Garnisum.

jika ada yang keberatan silahkan Maju ke depan?!"ketua itu Memandang sekitar.

"Tampaknya tidak ada..lalu bergerak!!."

"Siap!!."

Arima kembali memasuki Kota yang di penuhi darah dan Mayat ini dan mengindentifikasi semua mayat-mayat yang tergeletak di Berbagai tempat.

"Jika tidak memiliki kekuatan akan binasa. Jika memiliki kekuatan akan datang tanggung jawab yang besar... hahhh... dunia yang merepotkan."Arima mengeluh pada dirinya sendiri.. lalu melanjutkan apa yang di kerjakannya kembali.

Misi ini di selesaikan ketika malam hari... Arima kembali ke baraknya dan Membersihkan dirinya. di takutkan Akan ada Bakteri dan berkembang menjadi virus meski Tubuh Arima kuat tapi Dia tidak tau Imun tubuhnya Sekuat apa..

Ketika ingin beristirahat, Arima mendengar Bahwa Pasukan Pengintai dan Kepolisian Militer sedang memperebutkan Kepemilikan Eren dan Dengan itu Akan di adakan Sidang Untuk menyerahkan Eren kepda pihak mana.

....

....

Ke Esokan Harinya Arima Sedang Sarapan di pagi Hari, Ada Seorang Pria dari kepolisian Yang meminta Arima Mikasa dan Armin untuk Mengikuti Mereka.

Mikasa dan Armin, Heran Untuk apa Mereka di panggil tapi Arima Sudah tau akan apa yang Terjadi.

Kami bertiga berdiri dan Mulai mengikuti, Pria Tersebut.

"Arima Mengapa Menurutmu Mereka Memanggil Kami?."Armin bertanya kepada Arima.

"Menurutku Kita akan menjadi Saksi Penting Untuk pengadilan Yang akan Di adakan Untuk Eren."Arima berbicara kepada mereka berdua.

"Hei.. kalian Jangan mengobrol dan Cepat bergerak."

"Siap."

Kami mengikuti mereka dan masuk ke dalam Kereta kuda. Setelah beberapa saat, Kereta berhenti Di sebuah Gedung Putih yang lumayan besar.

"Masuk."Pria itu berbicara.

"Siap."kami mulai memasuki gedung tersebut.

"Ahh.. Tunggu, siapa dari kalian Yang bernama Arima Ackerman?."Pria tersebut bertanya.

"Saya pak."Arima melangkah maju.

"Kamu berada di Ruangan Yang berbeda. Ikuti aku."

Arima memandang Kepada Armin dan Mikasa. "Jaga Emosi kalian.. jangan sampai Terpancing Oleh kata-kata Kepolisian Militer."

Mereka berdua Mengangguk, dan Tidak akan menghiraukan Perkataan yang Arima ucapkan.

Arima berjalan Bersama menuju Satu Ruanagn Tertutup.

"Kamu menunggu di sini, Nanti anda akan di Panggil kembali."

"Baiklah."

Arima memasuki Ruang tertutup Tersebut, di Ruang sempit itu tidak ada siapapun, lalu Arima heran Kenapa dia di masukan Ke dalam Ruangan ini.

"Kenapa aku Di tempatkan Di ruang Isolasi Ini."Arima Heran Ide siapa ini, dia di tempatkan Di sini dan tidak bisa bersuara di dalam pengadilan.

[Sharingan] Visi Arima menembus tembok Dan Melihat Ada Sangat Banyak Orang yang berkumpul di satu ruangan Utama di Ruangan ini.

Tampaknya tempat Ini adalah Ruang Eren di Sidang.

Setelah Sidang Itu berlangsung Selama beberapa Saat."Hahh.. Meski Aku bisa melihat dengan Jelas tapi aku tidak bisa mendengar percakapan Mereka....ehh??."

Di dalam Visi Arima Dia bisa melihat Seorang Pria Pendek Mendekat Menuju Eren dan Mulai memukulinya...

"Pasti itu Levi..."

Arima langsung merasakan Ada dua orang Yang mulai mendekati Ruangan Arima.

"Sial.. aku terlalu fokus pada satu hal, aku hampir saja membuat kecurigaan."Saat ini Arima sedang menghadap Ke Arah Tembok yang sangat memalukan Untuk di lihat.

Kedua Pria tersebut membuka pintu Ruangan dan Mulai berbicara."Ackerman Ikuti kami.."

"Okey.." Arima mulai mengikuti Pria Tersebut menuju Ruang Utama.

Ketika di depan Pintu Mereka Berdua Membuka Pintu Besar ini, dan berkata."Silahkan Masuk."

Arima Masuk dengan Pintu Utama.

Semua Orang yang ada di dalam Memandang Menuju Arima.

Arima Bingung Kenapa dia di panggil ketika Sidang ini hampir berakhir...

Pertama Arima memandang Eren yang sudah Setengah sadar di lantai akibat di pukuli Oleh Levi dan Arima memandang Ke arah Podium Atas .

Memandang Kakeknya Yang Sedikit Terlihat kesal.

Arima tersenyum lalu melangkah menuju tengah-tengah pengadilan.

Tiba-tiba Semua Prajurit dan Warga Trost yang hadir mulai Membuat Kebisingan.

"Bu-Bukankah itu Arima yang membunuh Banyak Titan."

"Wahh.. Ternyata dia Yang menyelamatkan Kita."

"Dia benar-benar masih mudah tapi Sangat kuat."

"Tidak mungkin Semuda itu bisa sekuat Yang di ceritakan Oleh kebanyakan orang."

Arima mulai mendekati Eren dan Levi.

Arima memandang Ke arah Levi sekali lagi mereka bertemu.. tapi Arima Mulai melihat ke arah Eren yang terbaring di lantai.

"Kau babak belurya.. Eren."Arima Berbicara kepada Eren.

"Aiima."Eren bahkan tidak bisa melirik ke arah Arima.

"Hahh...."Arima hanya bisa menghela nafas melihat kondisinya, lalu mulai memandang Kakeknya yang sedang memimpin Sidang.

Arima tersenyum ke arah Kakeknya."Halo kakek. Lama tidak bertemu Aku sangat merindukan mu."

Kata-kata itu Membuat Seisi Ruangan Hening Selama Beberapa saat.

"APA?!!!."

Semua orang mulai membuat kebisingan dan Lebih berisik Kembali.

"Harap diam!."Dhalis Mulai berbicara Kembali.

"Ahem..Ahemm. Arima Ackerman. Sekarang Ini aku adalah Pemimpin Pengadilan dan aku ingin meminta Kerjasama mu tentang Kasus ini."Dhalis Sedikit Tersenyum Setelah Lama sekali tidak Melihat Cucunya. Arima yang sekarang Sudah Semakin tinggi dan semakin tampan dan sangat berbeda Dari tiga tahun kemarin.

"Tentu saja kakek apa saja untuk mu..."Arima menjawabnya dengan senyum.

"Aku bilang Di sini aku bukan kakek mu!."Dhalis berbicara dengan tegas.

"Ma-Maafkan aku kakek Setelah Sekian lama tidak bertemu.. aku hanya.."Arima menundukan Wajahnya merasa sedik(Ackting).

"Ahem.. ahem.. Baiklah panggil aku sesukamu.l" Dhaliz zakley Komandan Tertinggi di dalam Kemiliteran Saat ini menarik Kata-Katanya sendiri. Momen ini akan di abadikan oleh Pikiran setiap orang yang hadir di ruangan ini.

Dhalis mulai Berbicara Kepada Asistennya untuk menjelaskan kepada Arima beberapa Kejadian dan tuntutan Kedua belah pihak.

Asisten itu pun mulai berbicara Kepada arima. Sedangkan Arima memperhatikan Dia berbicara.

Setelah selesai Dhalis Mulai berbicara kembali.

"Oleh karena itu Arima, aku ingin mendengar pendapatmu."

Perkatan Dhalis membuat Semua orang Berdiskusi kembali.

"Kakek Maafkan aku jika tidak sopan, tapi pertama-tama kenapa Kakek meminta Saran dariku seorang Lulusan Kadet?."Arima merasa Heran Memandang Ke arah Kakeknya.

"Anak nakal.. Aku paling mengenalmu di dunia ini Selain pikiranmu yang Tajam, dan Pintar, Aku ingin melihat Apa saja yang kau Pelajari Di dalam pelatihan militer."Dhalis Tersenyum sambil melihat Ke arah Cucunya.

Arima membuka mulutnya sambil melihat kelakukan Kakeknya. Lalu menggelengkan Kepalanya. 'Kakek awas saja akan ku beritau nenek tentang kejadian ini.'

avataravatar
Next chapter