4 Awal cerita di mulai.

Seperti biasa Arima mulai pemanasan sebelum berlatih. Arima melakukan 300 Sit-up 300-push-up lari 35 kilometer dan seterusnya. Mungkin bagi kebanyakan orang itu mustahil apalagi dengan umur nya yang delapan tahun. tapi bagi Arima yang mempunyai kemampuan Stamina takterbatas Itu semua hanya Pemanasan belaka.

Arima selalu mencari kelebihan dan kekurangan dari semua kemampuannya yang dia minta dari Tuhan, oleh karena itu Arima tidak berhenti berlatih.

Setelah melakukan Pemanasan Arima menenangkan diri nya secara berlahan mengosongkan pikirannya dan memasuki Keadaan meditasi, Selama Satu tahun ini Arima selalu bermeditasi untuk mempertajam Insting Ackerman Yang ada di dalam darahnya, benar, Insting adalah sesuatu yang Tidak bisa di latih oleh orang normal, orang normal hanya bisa mendapatkan Insting yang tajam berdasarkan pengalaman hidup dan mati, tapi berbeda cerita jika Ackerman, karena ada kekuatan Misterius yang di turunkan Oleh darah-Ackerman.

Arima duduk sambil meditasi selama empat jam setelah selesai keluar dari meditasi, Arima seperti mendapat Semburan Air di sekujur tubuhnya...

"Perasaan yang menyenangkan."

Meditasi selain menenangkan pikiran berguna juga untuk Mempertajam Insting, Arima tidak akan menyianyiakan kesempatan ini karena di dalam anime dua tahun dari sekarang Titan Kolosal akan menyerang.

Arima duduk berbaring sambil menatap langit-langit."Hahh.... semoga saja ada yang bisa di pelajari ketika aku memasuki Kadet angkatan 104..di selatan."

....

-------------

Dua tahun kemudian.

Para pelayan di rumah Arima sedang berisik membicarakan sesuatu.

"Emm? Tunggu Anna."Arima memanggil memanggil salah satu pelayan, pelayan itu langsung berbalik menghadap tuan muda mereka.

"T-tuan kenapa anda tau nama saya?."Pelayan itu terkejut karena Tuan rumah ini Mengetahui Namanya.

"Ahh.. aku hanya punya waktu luang yang banyak jadi aku hanya menghafal setiap orang yang berada di rumah ini, itu saja."Arima memberi alasan kepada pelayan tersebut, sebenarnya Sekali lihat daftar nama dan wajah mereka akan langsung mengenal mereka, karena Arima mempunyai Memory fotografi.

"Selain itu kenapa semua orang di rumah ini sangat berisik?."Arima mengganti topik.

"Ohh.. maaf kan kami tuan muda, tapi menurut rumor yang beredar, Tembok Maria di selatan telah Hancur, Titan kolosal dan Titan berzirah secara tiba-tiba muncul di hadapan umat manusia."Wanita itu menjelaskan sambil berkeringat.

"Begitu ya.."Arima menganggukan kepalanya.

Pelayan itu kaget melihat Reaksi tuan muda mereka ini, Walau pun wajah nya tampan dan sedikit dingin, tapi siapapun yang mendengar berita ini pasti memiliki ekspresi yang berbeda.

"T-Tuan apa anda tidak terkejut?."Pelayan itu bertanya sambil melihat ke bawah.

"Ohh.. benar juga biasanya orang terkejut mendengar berita seperti ini haha...."

Arima menepuk bahu Pelayan tersebut."Tapi tenang saja Ketika ada Iblis pasti ada pahlawan, lagipula kita berada cukup jauh dari Dinding Maria, kita berada di dindin Rose, meskipun pasti ada beberapa pengunggsi yang akan kemari. Sekarang aku mulai hawatir dengan jumlah makanan yang di miliki pemerintah.... ahh lupakan saja lupakan...."

"Tuan muda sangat hebat."Wanita itu merona karena tuan muda mereka ini selain sangat tampan dia juga cerdas.

"Terimakasih."Arima hanya memberi senyum dan pergi menemui ibunya.

Ketika sampai di ruangtamu Arima melihat Mina Ibunya tercinta, yang merawatnya selama sepuluh tahun terakhir... Arima juga melihat Ayahnya yang memasang Wajah yang serius.

"Halo."Arima menyapa kedua orangtuanya.

"Arima kemari sayang."Mina langsung memeluk Arima, mungkin karena berita tersebut ibunya memiliki beberapa kekhawatiran pada keluarga sekitarnya.

Ketika mereka bertiga duduk di ruang tamu situasi diam selama beberapa saat.

Robert mulai berbicara."Arima. Apa kamu sudah mendengar berita tentang dinding maria yang di tembus.?"

"Aku baru saja mendengar nya setelah keluar dari kamarku."

"Baiklah dengarkan kata-kataku. Semua rumor itu adalah kenyataan, kakek mu sudah memberitauku soal itu, dan dia menitip pesan agar aku menjaga kalian berdua dan tidak membiarkan kalian berdua keluar sementara waktu."

Arima mengangguk dan mengerti kekhawatiran kakeknya."Aku mengerti ayah tapi bisakah aku mendengar cerita lengap dari kejadian tersebut?."

Mendengar pertanyaan anaknya Robert melirik Arima dengan tatapan serius lalu menghela nafas...Robet lalu bercerita tentang keseluruhan cerita menurut saksi yang menyaksikan kejadian tersebut. Dan info ini disampaikan oleh kakeknya sendiri....

"Hehh.... menarik titan yang memiliki Akalnya sendiri...?!"Arima tersenyum Dia sudah lama menantikan Plot asli di mulai.

"Apa?!."Kedua orang tuanya kaget dengan jawaban yang di berikan anaknya, Arima adalah jenius yang asli. Jenius di antara Jenius. Jelas orang tuanya pasti mempercayai kata kata anaknya.

"Benar. Seperti yang kalian ketahui Titan hanya menangkap Manusia dan memakannya, itu saja satu-satunya Yang mereka lakukan, tapi melihat Titan berzirah yang berlari mengabaikan orang-orang dan menghancurkan tembok itu jelas bukan titan yang kita ketahui."

"Benar juga.."

"Sayang jadi maksudmu Titan sudah bisa mempunyai akal seperti manusia?!."

Arima menggelengkan keplanya."itu belum pasti ibu, kita umat manusia sangat kekurangan pengetahuan tentang titan, jadi kita belum bisa menyimpulkannya terlalu cepat."

Memandang ibunya yang khawatir, Arima tersenyum dan kembali berbicara."Tapi ibu bisa tenang, aku tidak akan membiarkan Ibu tersakiti sedikitpun. Aku janji."

Mendengar ini Mina menanggis dan memeluk Arima kembali."Bodoh pikirkan saja keselamatan mu sendiri!!. Dan juga panggil aku MAMA!!."

Mata Arima berkedut."Bodoh?."

"Hahahah... bagus Arima kamu memang Anak-ku."Robert yang memperhatikan dari samping tersenyum.

Setelah mereka berbicara tentang banyak masalah yang akan terjadi karena umat maniusia akan banyak di Rugikan, Arima makan malam bersama dan kembali ke kamarnya lagi.

"Hahh.... Cerita aslinya sudah di mulai aku hanya ingin bergabung dengan Kadet ke-104 dalam 2 tahun lagi... baiklah ayo berlatih kembali."

Kamui!

---------------

avataravatar
Next chapter