17 RUTE AOZORA PENUTUP: KENCAN

"Baiklah… tenangkan dirimu, Kiki. Kau pasti bisa menghadapi semuanya dengan tenang."

Sebenarnya aku kurang yakin meyakinkan diri dengan bicara sendiri seperti ini benar-benar bisa membuatku tenang, terlebih sekarang aku sedang dalam keadaan tegang luar biasa. Tapi karena tidak ada cara lain yang terpikiran di kepalaku, jadi aku lakukan saja ini. Sebenarnya aku sudah melakukan ini sebanyak 10 kali, tapi hasilnya belum terasa.

Ketegangan ini meningkat karena hari ini, di pagi ini, aku harus kencan dengan Aozora. Tentu aku senang sekali, tapi mendadak seperti ini malah membuatku gerogi tingkat tinggi! Terlebih dia yang mengajakku kemarin dengan sangat mendadak. Apalagi sekarang aku dalam situasi malu saat di dekatnya, bahkan melihat wajahnya di jarak 10 meter saja langsung membuatku panas.

"Baiklah… tenangkan dirimu, Kiki. Kau pasti bisa menghadapi semuanya dengan tenang."

Arghhhhhh! Ini sudah kedua belas kalinya! Kenapa masih belum tenang juga?!

Kalau aku tidak tenang, bisa-bisa acara kencan nanti kacau dan itu akan menjadi kenangan yang buruk untuk Aozora, terutama bagiku. Aku pasti bisa mimpi buruk selama 7 tahun.

"Meminta maaf. Maaf membuatmu menunggu, Kiki-kun."

"Ahhh, iya, tidak apa-apa!"

Dengan jantung berdetak cepat, aku melihat Aozora yang baru saja tiba. Aku bisa melihat dia memakai setelan kotak-kota ungu bergaris putih berlengan pendek, roknya pendek sampai atas lutut memperlihatkan kemulusan kaki bawahnya, dan bondu berwarna ungu menempel di kepalanya. Dia benar-benar cantik dan seksi.

"Bertanya. Kiki-kun, kau baik-baik saja?" tanya Aozora sambil melambaikan tangannya di depan mataku.

"Oh, ah, iya! Aku baik-baik saja. Aku tadi hanya terpesona dengan penampilanmu, kau terlihat cantik dan seksi. Heheheheh."

Aduhhh! Kenapa malah keceplosan?! Kenapa juga aku harus memujinya dengan tambahan 'seksi'?! Padahal belum juga mulai, tapi sudah memberikan kesan buruk untuk Aozora. Kencan ini benar-benar kacau!

"Malu. Kiki-kun… mesum."

Ahhh… berakhir sudah… Ini kegagalan terbesarku… Padahal sebelumnya jalan berdua dengan Aozora di festival biasa saja, kenapa sekarang jadi begini…? Aku harus beli obat tidur agar bisa tidur nyenyak malam ini.

"Mengajak. Kalau begitu, ayo kita pergi."

"Eh, iya, ayo!"

Kupikir dia akan marah dan membatalkan kencan ini. Yah, sudahlah, ini bisa menjadi kesempatanku untuk menutupi kesalahanku tadi. Semangat!

Sekarang kami berada di game center, di mana banyak sekali jenis permainan yang bagus-bagus. Dari yang aku tahu di anime, tempat ini sangat sering dijadikan tempat kencan atau menghilangkan kebosanan setelah sekolah.

"Ja-Jadi… apa yang akan kita mainkan terlebih dahulu?" tanyaku masih gugup.

"Menjawab. Bagaimana kalau main bola basket?" jawabnya sambil menunjuk ke game lempar bola basket.

"Yah, aku setuju saja."

Kami pun pergi ke permainan bola basket. Setelah memasukkan koin untuk memulai permainan, bola-bola basket berdatangan. Dengan cepat kami mengambil satu persatu bola dan melemparkannya ke dalam ring.

Ingin sekali aku memperlihatkan kehebatanku agar terlihat keren di hadapannya, tapi malah gagal. Karena Aozora berdempetan denganku saat melempar bola, terlebih ada kejadian di mana aku mengambil bola yang sama dengan yang Aozora di waktu yang sama, sehingga tangan kami bersentuhan. Jadi aku gerogi dan selalu salah tingkah sampai tidak fokus.

"Kecewa. Sayang sekali, kita hanya bisa masukkan tujuh bola," ucap Aozora. "Memuji. Tapi, Kiki-kun hebat. Kau yang selalu memasukkan bolanya."

"Eh… i-iya… Terima kasih."

"Menyarankan. Bagaimana kalau selanjutnya kita main tembak-tembakkan?"

"Boleh saja…"

Kali ini aku tidak boleh gagal lagi, harga diriku dipertaruhkan. Aku harus bisa terlihat keren di hadapannya dan membuat kencan ini menjadi menyenangkan bagi Aozora!

Sekarang kami sudah memainkan permainan tembak-tembakkan. Kami diharuskan menembak zombie yang datang untuk memakan kami. Aozora sempat histeri saat bermain, apalagi zombie yang tiba-tiba muncul. Berkat itu aku jadi tertawa melihat tingkahnya, apalagi kagetnya terbilang unik, 'Kaget. Waaa!' sambil refleks menutup wajahnya dengan pistol mainan yang dia pegang.

"Meminta maaf. Maaf, karena aku kita harus kalah dengan cepat, padahal satu stage pun belum," murung Aozora.

"Sudahlah, ini kan hanya permainan," balasku. "Aku juga tidak terlalu hebat dalam permainan ini, jadi bukan salahmu."

"Menyarankan. Kiki-kun, kita main permainan itu!" Aozora menunju permainan memukul tikus tanah. "Semangat. Kali ini kita akan bertanding. Aku tidak akan kalah dari Kiki-kun."

Sekarang kami sudah di depan permainan memukul tikus tanah. Kami mengadakan pertandingan memukul sebanyak mungkin tikus tanah. Dengan penuh semangat, aku memukuli tikus-tikus yang muncul.

Permainan pun berakhir dengan kemenangan mutlak untukku. Aku sangat senang sekali, sampai-sampai hampir melakukan backflip. Tapi karena ingat tidak bisa, jadi aku urungkan.

"Memuji. Kiki-kun benar-benar hebat!" puji Aozora.

"Heheheh, ini bukan apa-apa. Aku hanya sedang beruntung."

"Menyarankan. Bagaimana kalau kita bermain balapan mobil?"

"Yosh, aku tidak akan kalah!"

Kami pun bermain balapan mobil. Aku begitu semangat, sampai-sampai mengebut dan sering keluar jalur saat berbelok. Sedangkan aku melihat Aozora begitu pelan sekali menjalankannya, tapi tidak pernah keluar dari jalurnya. Walau akhirnya aku tidak juara pertama, tapi aku menang dari Aozora.

Kemudian kami memainkan permainan lainnya, tentu saja permainan yang bisa dimainkan dua orang bersamaan. Begitu menyenangkan, sampai-sampai rasa gugup yang kualami sebelumnya terasa tidak pernah terjadi, padahal aku sering-sering dekat sekali dengan Aozora.

Tunggu… aku baru sadar… Kenapa malah aku yang terlihat senang sekali di sini? Bukankah tadinya aku ingin membuat kencan ini menjadi sukses. Tapi, ini terasa tidak seperti itu, karena yang senang hanyalah aku. Bukankah seharusnya kesenangan dirasakan oleh kedua belah pihak?

Ahhhh!! Apa yang aku lakukan?! Kenapa aku jadi sebodoh ini?!

"A-Aozora…"

"Menanggapi. Iya?"

"A-Apa kau menikmatinya?"

"Menjawab. Tentu saja, aku menikmatinya."

Apa benar begitu? Apa benar senyuman bahagia yang kulihat di wajah Aozora adalah senyuman bahagia yang sesungguhnya? Mengingat dia selalu saja menyarankan permainan yang presentasi dapat aku menangkan tinggi, karena semua permainan itu cocok untuk anak laki-laki.

"Bertanya. Kenapa tiba-tiba kau bertanya begitu?"

"Yah… itu… Habisnya kelihatannya hanya aku saja yang menikmati semua permainannya. Aku merasa tidak enak denganmu, padahal kau yang mengajakku pergi."

"Menyarankan. Bagaimana kalau kita makan dulu?"

Selama perjalan ke tempat makan, tidak ada pembicaraan yang terjadi, bahkan sampai pesanan yang kami pesan datang. Aku rasa hal ini terjadi gara-gara aku menyatakan hal itu, aku menyinggung perasaannya berkat pernyataan itu.

"Bertanya. Apa Kiki-kun membenciku?" tanya Aozora tiba-tiba setelah selesai makan.

"Te-Tentu saja tidak!" jawabku spontan.

"Memastikan. Benarkah?"

"Iya, benar sekali!"

"Bertanya. Kalau begitu, kenapa belakangan ini kau selalu menghindariku?"

"I-Itu… ka-karena…"

Mana mungkin aku memberitahukan alasannya sekarang. Kalau kuberitahu sekarang, rasanya seperti menembaknya. Selain itu, keadaan dan tempatnya tidak cocok untuk pengakuan cinta.

"Pokoknya, aku tidak membencimu," jawabku mengalihkan.

"Memberitahu. Aku berpikir kalau kau membenciku, terlebih setelah kejadian itu. Gara-gara aku, kau diganggu oleh mereka."

"Eh, diganggu? Apa mereka mengganggumu lagi?"

"Menjawab. Tidak. Memastikan. Apa Kiki-kun diganggu oleh mereka setelah kejadian itu?"

"Tidak. Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Menjawab. Aku pikir kau sering diganggu mereka setelah kejadian itu dan menjadi membenciku."

"Tidak-tidak, aku tidak membencimu. Terlebih mana mungkin gara-gara itu aku menjadi membencimu, aku sendiri kan yang bersedia menolongmu apapun resikonya."

Wajah bingung Aozora perlahan memerah dan akhirnya dia menundukkan kepala karena malu. "Meminta maaf. Maaf, karena aku berpikir seperti itu. Me-Memberitahu. Ha-Habisnya kau selalu menghindariku setiap kali aku dekati. Aku pun jadi sedih…"

"Tu-Tunggu, jangan-jangan alasan aku diajak pergi ada hubungannya dengan pemikiranmu itu?"

"Menjawab. Iya. Aku mengajakmu pergi agar kau terlihat ceria lagi, selain itu agar kau tidak membenciku lagi. Aku ingin melihatmu seperti biasa lagi, bisa bicara denganmu seperti biasa dan menjadi dekat lagi denganmu…"

Arghhh! Gara-gara kepayahanku ini, Aozora menjadi sedih dan tersakiti perasaannya! Aku memang laki-laki yang payah!

"Ma-Maaf, Aozora. A-Aku menghindarimu karena alasan lain… yaitu karena aku malu di dekatmu…"

"Bingung. Kenapa kau harus malu di dekatku?" tanya Aozora dengan wajah yang terarah ke arahku.

"Yah… itu… karena…"

Kurasa aku tidak punya pilihan lain. Kalau hal ini bisa membuat semua perasaan Aozora kembali membaik, tidak peduli situasinya cocok atau tidak aku akan memberitahukannya. Walau nanti aku akan tersakiti karena ditolak, tapi aku harus tetap memberitahu hal ini.

"Karena… aku benar-benar menjadi mencintaimu."

"Kaget. Eh?"

"Perasaan untuk melindungimu dan takut akan kehilangan dirimu menjadi tumbuh setelah kejadian itu. Akibatnya jantungku selalu saja berdetak dengan kencang dan tubuhku menjadi panas setiap kali melihatmu, apalagi saat di dekatmu. Jadinya aku pun menghindarimu, karena terlalu malu… Terlebih setiap saat aku ingin menembakmu, tapi lagi-lagi malah menjadi menghindari karena malu."

Perlahan aku bisa melihat wajah Aozora memerah dan air mata keluar dari kedua matanya. "Memastikan. Apa benar Kiki-kun mencintaiku?"

"Be-Begitulah…"

Aku pun menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. Aku tidak boleh lari sekarang, akan kuberitahukan dengan pasti perasaanku ini.

"Aku mencintaimu, Aozora. Jadilah pacarku mulai dari sekarang."

Aozora pun menutup mulutnya dengan air mata yang sudah mengalir dengan deras. "Menjawab. Iya, aku mau. Aku juga mencintamu, Kiki-kun."

Sontak aku langsung kaget, bukan hanya karena jawaban Aozora, tapi karena tepuk tangan meriah yang terdengar di sekitarku. Aku langsung melihat sekitar, ternyata semua pengunjung yang ada di sekitar kami bertepuk tangan dan melihat ke arah kami. Sepertinya mereka sedari tadi memperhatikan kami.

Walau memalukan, aku berusaha untuk mengabaikan mereka dan fokus kembali ke Aozora. "Kalau begitu, ayo kita lanjutkan kencannya, Aozora." Aku pun mengulurkan tanganku.

Aozora pun menerima uluran tanganku, wajahnya masih memperlihatkan kebahagian yang sangat dalam. "Menerima. Baiklah."

***

Sekarang aku sedang tidur, sebenarnya aku sudah bangun, tapi aku sengaja tidak membuka kelopak mataku agar kembali tidur. Tadi, aku mimpi indah bersama Aozora, itulah kenapa aku tidak bangun di pagi hari ini dan ingin kembali memimpikan itu.

Aku dan Aozora sudah resmi berpacaran, tapi kami belum pernah berciuman karena kami belum siap. Kami baru saja di tahap berpegangan tangan, itu pun sebentar karena kalau terlalu lama jadi malu sekali.

Tapi, di mimpi tadi aku dan Aozora hendak berciuman, jadi wajar kalau aku ingin kembali bermimpi. Sial, kenapa malah tiba-tiba bangun di saat yang bagus, sih?! Setidaknya izinkan aku untuk menciumnya sebelum bangun!

"Membangunkan. Bangun, Kiki-kun."

Perlahan kubuka kelopak mataku dan kubangunkan tubuhku. Kalau saja bukan Aozora yang membangunkanku, aku pasti masih tetap berusaha memimpikan itu lagi.

Seketika aku langsung kaget, bahkan sampai meloncat kecil ke belakang. Untung saja aku tidak terlalu jauh loncatnya, jadi aku tidak menabrak tembok. Alasan aku kaget karena melihat Aozora sedang berdiri memakai pakaian maid.

"Menyapa. Selamat pagi, Kiki-kun," ucap Aozora sambil membungkukkan badan.

"Pa-Pagi…" balasku sambil turun dari ranjang. "Kenapa kau memakai pakaian itu…?"

"Menjawab. Kiki-kun sendiri kan yang ingin melihatku memakai pakaian maid, jadi aku memakainya sesuai keinginanmu. Bertanya. Bagaimana penampilanku?"

"Co-Cocok sekali…"

Memang benar, pakaian maid yang dipakai Aozora bagus. Terutama bagian belahan dada yang terlihat.

"Malu. Kiki-kun, ecchi," ucap Aozora sambil menutup dadanya dengan kedua tangannya.

"Ma-Maaf…"

"Memberitahu. A-Aku tidak masalah, tapi sekarang aku belum siap ke hubungan yang dewasa seperti itu…"

"Ke-Kenapa malah ke sana?!"

"Bertanya. Apa Kiki-kun tidak mau melakukan 'itu' denganku? Tambahan. Kalau Kiki-kun mau melakukannya sekarang aku mau saja."

Aku hanya bisa tergagap dengan mulut terbuka. Dari lubuk hati yang dalam aku ingin sekali, tapi di sisi lain sekarang bukanlah saatnya! Seharusnya kita melakukan itu setelah menikah. Ahhhh, bagaimana ini?!

"Bercanda. Tentu saja itu hanya candaan."

Huftt… kupikir dia serius. Mengecewakan sih, tapi dengan begini perasaanku menjadi lega…

"Memberitahu. Hari ini aku akan menjadi pelayan pribadimu, jadi aku akan melayanimu seharian ini."

Begitu, ya… Sepertinya aku bisa memanfaatkan ini untuk membalas candaannya tadi. Akan kubuat dia menjadi malu-malu sampai badannya panas.

"Kalau begitu, kau harus memberikan ciuman selamat pagi sekarang. Ciuman ke bibir."

Seperti yang aku duga, dia langsung menunduk malu. Terlebih, dia sampai memainkan jari-jarinya dengan malu-malu. Berarti aku berhasil membalasnya. Dia terlihat lucu sekali, sampai-sampai aku harus menahan tawaku.

"Maaf-maaf, tadi itu aku hanya ber-"

Kalimatku terhenti, karena bibirku dibungkam, bukan oleh tangan, tapi oleh bibir mulut dari pacarku. Mudahnya, Aozora menciumku untuk menghentikan kalimatku.

Aozora cukup menekan bibirnya, akibatnya aku kesulitan bernapas. Selain itu, jantungku berdetak super kencang dan aku bisa merasakan detak jantungnya yang sama kencangnya karena dadanya menempel ke dadaku. Aku merasakan kelembutan di dua tempat, yaitu bibir dan dada. Rasanya aku bisa mati karena jantung meledak kalau terus begini.

Tak lama kemudian, Aozora melepas bibirnya dari bibirku. Aku bisa melihat wajahnya yang sangat merah dan merasakan napasnya yang terengah-engah.

"Me-Menyapa. Se-Selamat pagi, Tuan. Memberitahu. Sarapannya sudah siap, ayo kita ke bawah."

"I-Iya…"

Lalu, Aozora berbalik dan berjalan ke luar kamar. Tapi aku menghentikan langkahnya dengan memegang tangannya.

"Aku ingin kita pergi ke bawah bersama sambil pegangan tangan, terus nanti suapi aku."

"Menerima. Dimengerti, Tuan~"

Kuharap, hubungan kami bisa bertahan dan terus berkembang. Sampai nanti aku siap untuk merawatnya dalam hubungan suami-istri.

avataravatar
Next chapter