14 RUTE AOZORA KEDUA: GANTUNGAN KUNCI INI UNTUKMU

Setelah kejadian itu, aku jadi berpikir, apakah Aozora di sekolahnya mendapatkan teman? Apa dia baik-baik saja selama di sekolah? Apa dia tidak dibully? Apakah dia mendapatkan ketenangan di kelasnya? Apa sebenarnya dia tidak mendapatkan peran di kelasnya untuk persiapan festival, karena tidak ada satu pun teman sekelasnya yang mau berteman dengannya?

Begitu banyak sekali pertanyaan yang terlintas, sehingga membuatku tidak bisa tenang. Ditambah, gara-gara kejadian itu juga, aku tidak sempat memberikan gantungan kunci yang ingin kuberi kepada Aozora.

Dipikir kembali, aku belum terlalu mengenal Aozora. Kenapa dia berbicara seperti itu? Apakah karena dia memiliki masa lalu yang buruk atau hal lainnya yang memaksanya harus melakukan itu?

Aku memang benar-benar belum mengenalnya. Kalau begini, aku tidak bisa menolongnya.

"Mungkin Kak Intan tahu sesuatu." Aku pun mengambil handphoneku dan menghubungi Kak Intan. "Hallo, Ka-"

(Onee-chan,) protesnya memotong ucapan pertamaku.

"Onee-chan… Maaf mengganggu. Apa sedang sibuk?"

(Tidak, aku sedang santai. Ada apa? Tumben telepon, malam lagi. Ah, apakah kau merindukan Onee-chan? Manisnya~)

"Bukan-bukan, aku meneloponmu karena ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Ini soal Aozora."

(Ada apa dengannya? Ah, apa jangan-jangan… sudah kuperingatkan, jangan membuat kisahmu menjadi eroge!! Kau harus bertanggung jawab, jangan libatkan aku, aku sudah memperingatkanmu!)

"Jangan mengatakan seolah aku sudah melakukan 'itu' dengannya dan membuatnya hamil! Bukan itu!"

(Hahahah, aku tahu. Lalu, apa itu?)

Aku pun menceritakan kejadian itu dan menanyakan apakah Kak Intan mengetahui alasan Aozora berbicara seperti itu. Reaksi setelah mendengar itu semua, Kak Intan tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa malah ketawa?! Ini tidak lucu!" kesalku.

(Maaf-maaf. Aku tertawa bukan untuk kejadian yang menimpa Aozora-chan, tapi sikapmu itu. Apa sekarang kau tidak mau menjadi hero harem dan ingin menaklukkan rute-nya?)

"Bu-Bukan begitu! I-Ini sudah menjadi tugasku sebagai pengurus asrama untuk membantu masalah penghuninya!"

(Iya-iya, terserah. Tapi maaf saja, aku tidak akan memberitahumu, walau aku tahu alasannya. Kau tanya saja sendiri, hitung-hitung supaya kau lebih dekat lagi dengan penghuni asrama.)

"Ba-Baiklah, aku akan menanyakannya sendiri. Maaf mengganggu. Oyasumi, Onee-chan."

(Oyasumi.)

Aku pun langsung menjatuhkan tubuhku ke atas ranjang setelah panggilan berakhir. Ternyata Kak Intan tidak banyak membantu. Yah, memang benar sih, hitung-hitung agar aku lebih dekat lagi dengannya. Ini memang sudah menjadi tugasku menjadi pengurus asrama.

Kurasa akan kutanyakan besok, karena besok aku akan mengunjungi sekolahnya untuk melihat festivalnya. Oh, sekalian juga aku kasih gantungan kunci itu besok. Kuharap tidak ada kejadian seperti tadi, agar suasana hatinya tidak kacau.

***

Keesokan harinya aku pun pergi ke sekolah Aozora. Letaknya sedikit lebih jauh lagi dari sekolahku, lima menit naik bis lagi. Setelah sampai di pemberhentian, aku harus berjalan sekitar lima menit agar sampai di sekolahnya.

Saat sampai di depan gerbang, dapat dilihat banyak sekali hiasan festival, stan-stan, dan pengunjung-pengunjung yang datang, di halaman sekolah. Begitu meriah sekali, rasanya lebih meriah daripada di sekolahku. Sepertinya bagian dalam gedung sekolahnya juga tidak kalah meriahnya.

"Senang. Akhirnya Kiki-kun datang."

Aku langsung melihat ke sisi kanan dan melihat Aozora datang menghampiriku. "Maaf aku telat."

"Memaafkan. Tidak apa-apa, yang penting kau datang. Tambahan. Aku bersyukur kau mau datang, padahal sibuk dengan pekerjaan di kelasmu."

Mendengar itu ditambah melihat senyuman kecilnya, jantungku tiba-tiba berdetak dengan cepat sekali. Selain itu, tubuhku terasa sedikit lebih panas. Apa aku sedang demam? Ahh, jangan sampai! Kalau aku pingsan nanti, bisa merepotkan Aozora.

"Khawatir. Wajahmu memerah. Apa kau baik-baik saja, Kiki-kun?"

"A-Aku baik-baik saja!" Aku memalingkan wajahku. "Ka-Kalau begitu, ayo kita pergi!"

Kami pun berjalan melihat-lihat stan-stan yang ada. Begitu banyak sekali, mulai dari stan makanan sampai permainan dan lainnya. Dari yang terlihat, lebih banyak stan makanan dibanding lainnya. Setelah cukup puas melihat-lihat yang di luar, kami memutuskan untuk memasuki gedung sekolah. Sekaligus aku ingin tahu seperti apa café maid kelasnya.

"Kau baik-baik saja, Aozora?" tanyaku melihat Aozora menundukkan kepala setelah aku mengatakan ingin ke kelasnya.

"Menjawab. Tidak apa-apa, aku hanya merasa bersalah karena tidak bisa menjadi maid di sana. Padahal Kiki-kun ingin melihatku memakai pakaian maid."

"E-Eh, i-itu, ti-tidak apa-apa! Hm, memang benar aku ingin melihatnya, tapi tidak perlu merasa bersalah. Mungkin nanti kau bisa menunjukkannya, iya, aku akan menunggunya!" jawabku spontan kaget mendengar jawabannya itu.

"Menyetujui. Baiklah. Jadi, tunggu saja, aku pasti akan melakukannya."

Ahhh, sial, kenapa malah jadi seperti ini?! Padahal waktu itu aku bilang begitu untuk candaan! Ternyata dia menanggapinya dengan serius. Terlebih, kenapa dia memikirkan itu? Dia serius?! Dia mau melakukan itu demi aku? Ahhh… jantungku berdetak sangat cepat sekali dan wajahku terasa panas sekali.

Woi, otak, kenapa malah membayangkan Aozora memakai pakaian maid! Dan kenapa malah ditambah dengan adegan pelayanannya! Kau ingin membuatku lepas kendali?! Sial, aku jadi terpengaruh dan benar-benar ingin itu terjadi!

"Bertanya lagi. Apa benar Kiki-kun baik-baik saja? Aku akan mengantarmu ke UKS."

"Eh, tidak apa-apa! Aku baik-baik saja! Aku sehat dan baik-baik saja! Iya, aku baik-baik saja!"

Tiba-tiba tangan Aozora memegang dahiku. "Kaget. Ah, tubuhmu panas sekali. Sepertinya memang demam. Menyarankan. Sebaiknya kau ke UKS."

Inginnya aku menolak, tapi kalau begitu akan membuat Aozora semakin cemas. Terlebih, nanti aku bisa jadi salting lagi dan malah lebih parah.

"Ba-Baiklah…"

Aozora pun memegang tanganku dan membawaku masuk ke dalam gedung. Langkahnya begitu cepat, melewati orang-orang tanpa mempedulikan dirinya atau tepatnya kami sudah menjadi pusat perhatian mereka. Sepertinya memang benar dia cemas sekali dengan kondisiku.

Ahhh, sial, sepertinya aku memang demam. Tubuhku semakin memanas dan jantungku berdetak tidak menentu. Padahal belum lama aku mengalami demam musim panas, kenapa harus mengalaminya lagi? Hei, demam, kenapa kau harus datang di saat seperti ini?!

Kami pun sampai di UKS. Di sini sepi sekali, bahkan tidak ada penjaganya. Lalu, Aozora membawaku ke ranjang.

"Menyuruh. Kiki-kun, cepatlah tidur. Aku akan membawa kompresnya." Kemudian Aozora pergi.

Dengan tubuh yang masih panas dan jantung berdetak tak menentu, aku menaiki ranjang. Tak lama kemudian, Aozora datang dengan ember kecil berisi air dan handuk kecil. Lalu, dia mengompres kepalaku dengan handuk yang basah dan dingin.

"Maaf membuatmu cemas, Aozora," ucapku. "Aku juga sudah mengganggu waktu bersenang-senangmu."

"Memaafkan. Tidak apa-apa," balas Aozora, lalu duduk di bangku sebelah ranjang. "Protes. Jangan bilang begitu, bagiku kesehatanmu lebih penting dibanding kesenanganku."

Aozora-san, kenapa kau malah mengatakan hal itu?! Kau membuat demamku menjadi lebih parah! Tapi… di sisi lain, aku merasa senang, sih…

"Oh iya, ada sesuatu yang ingin aku berikan!" Aku langsung merogoh saku celanaku, lalu membawa gantungan kunci itu dan menyodorkannya ke Aozora. "Nih, untukmu."

"Menolak. Kau tidak perlu memberiku sesuatu lagi, waktu itu kau sudah memberiku jimat keberuntungan."

"Yah, aku ingin memberikan saja. Lagipula akan aneh kalau laki-laki menyimpan gantungan seperti ini," ucapku agak memaksa. "Sudahlah, terima saja."

Awalnya Aozora ragu-ragu, tapi tak lama kemudian dia mengambil gantungan kunci itu. "Berterima kasih. Terima kasih, aku akan menjaganya juga. Memberitahu. Kalau begitu, aku akan kembalikan jimat keberuntungan itu."

"Tidak perlu, kau simpan juga. Kalau ada apa-apa, kau pegang jimat itu dan panggil namaku. Aku pasti akan datang menolongmu."

Wajah Aozora tiba-tiba memerah. "Se-Senang… Ba-Baiklah…"

Apa yang baru saja aku katakan?! Kenapa tiba-tiba aku mengatakan sesuatu yang keren, tapi berakibat fatal begitu?! Bagaimana kalau dia dalam kesulitan di saat aku tidak ada di dekatnya?! Dan bagaimana caranya agar aku bisa datang menolongnya di saat dia dalam masalah? Apa aku harus memasang penyadap di tubuhnya agar bisa mengetahui keberadaan dan kondisinya di setiap saat?! Hei, itu malah seperti penguntit dibanding pelindung!

Sial, karena suasana yang begitu membuatku salting dan mirip dengan suasana di mana hero mendapatkan fanservis dari sang heroine-nya. Jadinya aku kumat dan mengikuti kalimat yang setiap hero harem lakukan. Kalau aku tidak bisa melakukannya, itu bisa membuat Aozora kecewa dan kedekatan kita akan hancur lebur.

"Bertanya. Apa kau merasa baikan, Kiki-kun?"

"Eh, ah… Lumayan. Terima kasih. Oh iya, apa yang kelas Tetsuna-san lakukan?" tanyaku untuk mencairkan suasana dan kecanggunganku.

"Menjawab. Kelasnya menampilkan drama."

"Eh, kalau begitu nanti kita ke sana. Sekaligus menemuinya."

"Memberitahu. Kita tidak akan bisa menemuinya, karena dia tidak pergi sekolah. Tambahan. Dia tidak suka dengan keramaian, jadinya setiap ada festival atau acara yang membuat sekolah ramai, dia tidak akan datang."

"Begitu…"

Dan sekarang aku menjadi canggung lagi, karena tidak ada bahan untuk pembicaraan. Apa yang harus aku lakukan? Di sini hanya ada aku dan Aozora, benar-benar membuatku gugup! Ke mana sih perawatnya?! Apa dia sedang menikmati festival tanpa memikirkan kemungkinan akan adanya pengunjung yang sakit?!

"Bertanya. Apa menurut Kiki-kun aku harus menghentikan cara bicaraku ini?"

Mendengar itu aku langsung tersadar dari pikiran anehku dan melihat ke arah Aozora. Raut wajah serius dapat kulihat darinya. Memang benar dia selalu memasang wajah datar, tapi aku bisa merasakan kalau dia serius mempertanyakan itu. Sepertinya memang dia mendapatkan masalah dari cara bicaranya itu.

"Menurutku kau tidak perlu menghentikannya. Jadilah dirimu sendiri."

"Menanggapi. Begitu…" Aozora pun menundukkan kepalanya.

Sepertinya dia tidak puas dengan jawabanku. Tapi apa yang bisa kulakukan? Aku bukanlah hero yang bisa mengatakan hal keren untuk membuat perasaan sang heroine lebih baik. Terlebih, aku ini orangnya plin-plan, begitulah menurut teman-teman lamaku.

Tetapi, aku tidak seharusnya diam saja melihat ini. Tidak peduli mau aku hero atau bukan. Aku harus bisa menolongnya!

"Aozora, kau tidak sendirian. Masih ada aku dan semua penghuni asrama yang mau menerimamu apa adanya. Kalau pun nantinya tidak ada yang mau menerimamu, aku pasti akan tetap menerimamu."

Aku tidak tahu apakah benar permasalahan yang dihadapi Aozora adalah tentang orang-orang yang tidak mau menerimanya dan apa yang kukatakan ini bisa membantu pemasalahannya. Tapi lebih baik daripada tidak sama sekali, kan?

"Memastikan. Apa itu benar?"

Aku pun bangun, lalu mengelus kepala Aozora. "Tentu saja."

"Senang. Terima kasih."

Tersadar akan keanehanku yang tiba-tiba mengelus kepala Aozora, aku pun langsung menyingkirkan tanganku. Namun, hendak aku ingin menyingkirkan tanganku, sebuah pegangan tangan membuat tanganku masih menempel di atas kepala Aozora.

"Meminta. Apa kau tidak keberatan kalau mengelus kepalaku lebih lama lagi?" tanya Aozora yang sudah menundukkan kepalanya yang memerah.

"Dengan senang hati." Aku pun mengelus kembali kepala Aozora dengan lembut. Dia benar-benar manis sekali.

Dengan begini aku menyadari alasan demamku ini. Alasan kenapa jantungku selalu berdetak dengan cepat sekali setiap dekat dengan Aozora atau melihat wajah manisnya. Aku merasa ingin sekali selalu bersama dengan Aozora, melindunginya, dan membuatnya bahagia. Aku juga pasti akan cemburu bila ada laki-laki dekat dengannya.

Seharusnya aku sudah menyadarinya, karena sering kali aku melihat kejadian ini di anime-anime. Apalagi kalau di genre romantis. Tapi entah kenapa malah baru sadar sekarang, yah, daripada tidak sama sekali.

Inilah perasaanku… Aku sudah jatuh cinta kepadanya. Kepada Kiyomizu Aozora.

avataravatar
Next chapter