webnovel

Ketulusan Yang Tak Terkira

Mendengarnya, Aini tersenyum tanpa kata. Dia menatap Mursal yang masih mencoba mengumpulkan nyawanya.

"Bangun yuk, Pak? Sudah adzan, nanti kita terlambat shubuh."

Mursal tersenyum lagi, lalu bangkit perlahan tanpa membuat pergerakan berarti. Dia hanya memakai kaos tipis berwarna putih, juga celana pendek selutut. Hingga tubuhnya agak ringan karena dia pun juga lumayan lelah.

"Kamu bisa bangun?" tanyanya pada sang istri yang tampak tersenyum.

"Saya sudah minum obat nyeri tadi malam, jadi tidak terlalu sakit. Hanya saja, tubuh saya pegal sekali."

Aini mencoba menyibak selimut, tapi gagal dia lakukan karena teringat keadaan tubuhnya yang tak memakai pakaian lengkap. Dia akhirnya bangkit, di bantu oleh sang suami hingga bersandar di headboard.

Dilihatnya nakas yang tergeletak air minum, hingga tangannya menggapai gelas itu dan membuka penutupnya.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com

Next chapter