Wajah Aini masih sama, cemberut dan berair. Hal yang membuat Mursal tersenyum dan mengecup hidungnya mesra.
"Kamu tidak percaya pada ucapanku, hmm?"
Aini tak menjawab, dia hanya tetap menangis walaupun isakannya terdengar perlahan dan hanya wajahnya yang merengut manja.
Suara adzan terdengar sayup dari arah luar, membuat Mursal tersenyum dan menatap istrinya lagi.
"Aku mau ke masjid dulu, hmm? Kamu tunggu di dalam mobil saja, hmm?"
Aini tak menjawab juga, hingga Mursal terkekeh kecil dan mendekapnya gemas. Dia mengurai, lalu memperbaiki posisi istrinya di kursi sebelah.
Aini mengusap wajahnya dengan jemari dan kain hijab. Tampak sangat menggemaskan. Kalau saja Mursal tak ingin shalat jumat, mungkin dia takkan meninggalkannya.
Mobil masuk dan parkir di dalam halaman masjid yang ramai. Ditatapnya lagi sang istri, lalu kembali tersenyum lebar dan membuka seatbelt. Sebelumnya, dia membuka lemari laci, lalu menyerahkan sebungkus kacang pada istrinya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com