1 BAB 1

Ini malam pertama Leta menempati kamar kosnya yang hanya berukuran 4 x 5m. Rumah kos itu termasuk dalam kategori rumah lama. Terlihat dari bentuk bangunan dan gerbang yang digunakan. Sepertinya rumah ini adalah bangunan asrama jaman Belanda. Harga yang ditawarkan pun tidak terlalu mahal. Jumlah kamar yang disewakan kurang lebih 100 ruangan. Di setiap kamar para penyewa diberi fasilitas tempat tidur besi yang dialasi dengan kasur kapuk, lemari kayu berukuran sedang, dan sebuah meja rias kayu jati dengan ukiran daun di seluruh sisinya. Jendela kamar Aleta menghadap kearah belakang rumah. Beberapa pohon besar terlihat jelas jika jendela tersebut dibuka.

Aleta sempat mendengar bahwa bangunan ini angker. Namun Aleta tidak peduli karena sejak kecil Aleta sudah menyukai segala sesuatu yang berbau horror, baik itu buku, film, atau kisah – kisah nyata yang merujuk pada dunia gaib. Walaupun hingga detik ini Aleta tak pernah melihat makhluk astral yang seringkali digambarkan berwajah menakutkan namun ia percaya mereka memang ada.

Malam pertama dilaluinya dengan lancar, bahkan ia tak sempat bermimpi, mungkin karena ia terlalu lelah membereskan kamar maka ia pun tidur dengan lelapnya.

Pagi – pagi sekali Aleta berangkat ke kampus. Di gerbang luar ia berpapasan dengan nyonya Ramses pemilik bangunan tua itu.

"Selamat pagi nyonya?"

"Hai Aleta, selamat pagi. Bagaimana semalam? Apa kau tidur dengan nyenyak?"

"Iya nyonya, sangat nyenyak, gangguan nyamuk pun tak berhasil membangunkan saya. Saya berangkat kuliah dulu, ada ujian hari ini. Permisi nyonya."

Nyonya Ramses mengangguk sembari menyunggingkan sebuah senyuman. Wanita itu nampak aneh. Ia menggunakan baju panjang warna hitam dan berkerudung, hampir seluruh tubuhnya terselimuti pakaian. Hanya wajahnya saja yang tidak. Namun ia selalu menunduk

Aleta melangkah cepat. Jarak antara kampus dan kos tak terlalu jauh. Cukup naik angkutan umum 5 menit saja maka ia sudah sampai di kampusnya.

Suasana kampus sudah cukup ramai. Beberapa rekan sekelasnya nampak sibuk dengan buku catatan di tangan mereka, dengan bibir komat kamit seakan menghapalkan bahan ujian. Aleta duduk di baris paling belakang. Tubuhnya masih lelah karena hari kemarin.

"Hei Let, ngapain disana? Sini deket aku." Tukas Jani yang duduk dua baris di depan Aleta.

"Disini aja Jan, takut ketahuan kalau aku ngantuk nanti." Jawab Leta sambil mengeluarkan alat tulis dari dalam tasnya.

Jani mengalah, justru ia yang pindah posisi mendekati Aleta.

"Maaf ya Let, kemarin aku nggak bisa bantu kamu. Mama masih sakit."

"It's okay darling. Aku bisa selesaikan sendiri. Sudah biasa aku pindah – pindah kos sendirian."

"Bagaimana suasananya? Pemilik kos? Teman – teman kos?"

"Pemilik kos itu namanya Nyonya Ramses. Teman – teman kos? Hemmm aku belum berkenalan. Waktu aku berangkat tadi pagi suasana kos sangat sepi. Entah mereka semua masih tidur atau aku yang lebih lambat bangun dari mereka."

"Selamat pagi anak – anak, apakah kalian sudah siap dengan ujian hari ini?"

Sebuah suara agak serak milik Mr.Devon mengejutkan seisi kelas. Termasuk Aleta dan Jani.

"Nanti disambung lagi ceritanya, si monster sudah datang." Tukas Jani.

Aleta hanya tersenyum simpul. Ia paham betapa Jani begitu membenci Mr.Devon hingga akhirnya Mr.Devon mendapat anugerah sebagai The Monster.

avataravatar
Next chapter