1 Asrama Tua

Ini adalah malam pertama Aku menempati kamar kost yang ukurannya hanya 4×5m. Rumah kost ini menurutku termasuk kategori bangunan lama. Terlihat dari bentuk bangunan dan gerbangnya, sepertinya bangunan ini adalah bangunan asrama jaman Belanda. Harga yang di tawarkanpun tidak terlalu mahal. Jumlah kamar yang disewakan kurang lebih 100 kamar, disetiap kamar penyewa diberi fasilitas tempat tidur besi yang di alasi dengan kasur kapuk, lemari kayu berukuran sedang, dan sebuah meja rias dari kayu jati yang tampaknya memang sudah lumayan lama. Jendela kamarku menghadap kearah belakang rumah. Beberapa pohon besar akan terlihat jelas jika jendela kamar dibuka.

Aku sempat mendengar bahwa bangunan ini angker. Namun aku tidak peduli karna sejak kecil aku sudah menyukai segala sesuatu yang berbau horor, baik itu buku, film, atau kisah-kisah nyata yang merujuk pada dunia gaib. Walaupun hingga detik ini aku belum berhasil berkomunikasi dengan makhluk astral yang sering ku gambarkan berwajah menakutkan, tapi aku yakin mereka ada

Malam pertama ku lalui dengan lancar bahkan aku tidak sempat bermimpi mingkin karna aku terlalu lelah membereskan kamar maka aku tertidur lelap.

Pagi pagi sekali aku harus berangkat ke sekolah baruku, karna aku harus segera test untuk bisa masuk di kelas 10.1-TKR SMK negeri 2 malang yaitu kelas yang memiliki jabatan paling tinggi. Aku sudah sangat semangat pagi ini, "walaupun dari satu kelas sudah positif hanya aku dan atrika adalah murid perempuan, tapi aku yakin dengan usaha pasti aku bisa" ucapku dalam hati. "selamat pagii merdaa..." suara yang sangat dingin menyapaku, ohh... ternyata itu nyonya aleta pemilik pemilik bangunan tua ini. "pagii nyonya, maaf saya harus segera pergi untuk test hari ini... permisi nyonya" jawabku dengan senyuman. Nyonya aleta hanya mengangguk dan menyunggingkan senyiman sinis.

Wanita itu memang nampak aneh, setiap hari dia menggunakan baju panjang berwarna hitam dan berkerudung, hampir seluruh tubuhnya di selimuti pakaian. Hanya wajahnya saja yang tidak. Kulit wajah dan tangannya pun terlihat sangat pucat, namun dia selalu menunduk.

Aku melangkah cepat, jarak antara gedung SMK itu dengan rumah kost tidak terlalu jauh, cukup naik angkutan umum 5menit saja aku sudah sampai si gedung SMK itu. Suasana di ruang test sudah cukup ramai beberapa teman sekelasku nampak sibuk dengan komat-kamit seakan menghafalkan bahan ujian. Aku masih memilih duduk di baris belakang karena aku takut ketahuan guru saat mengantuk.

Tak lama kemudian atrika menghampiriku "maaf ya dek kemarin aku nggak bisa bantuin kamu Mama masih sakit". "iya kak nggak papa, kan kamu tahu sendiri aku dari SMP udah biasa pindah pindah kamar kos sendirian". sambil menghela napas atrika mengeluh "andai mama dan papa nggak pisah mungkin si kembar gak bakal bisa kayak gini kan?". "udahlah kak nggak papa kok".

Seketika aku mengingat semua kenangan di masa lalu, dimana aku dan Atrika sering dikatakan kembar padahal umur kita beda 3 bulan. Wajar aku dan Atika selalu melakukan apapun berdua bahkan barang-barang kami pun banyak yang kembar. Dan pada 6 tahun lalu orang tua kita berpisah dan Atrika diambil Mama aku diasuh papa, Semula semua baik-baik saja sampai papa menemukan dan mempunyai keluarga barunya. Akhirnya aku sudah tak lagi digubris dan terbuang, kasih sayang diganti dengan uang akhirnya aku memutuskan untuk kos menjauhi keluarga baruku.

"Selamat pagi anak-anak" suara itu mengejutkan ku dari lamunan. Test berjalan dengan lancar dan syukurlah kali ini si kembar lolos bersama lagi. Jam dinding kelas menunjukkan pukul 05.00 bel tanda test selesai dan telah berbunyi. Saatnya aku melanjutkan tidurku " huftt.... Ternyata SMK itu fullday" ucapku mengeluh dalam hati. "dek gimana kalau ku antar aja biar aku tahu kosmu" tawar Atrika. "Oh iya gak papa siapa tahu kakak mau main ke kosku" jawabku kesenangan. Setelah sampai di depan gerbang kost atrika memberhentikan motornya "aku langsung pulang aja ya kapan-kapan aku main ke sini" ucap atrika sembari memberikan sekotak roti. "ini apa?" tanyaku. "itu dari Mama katanya kamu suruh main ke sana Mama kangen" jawab atrika. Aku hanya menunduk sedih mendengar kabar Mama, Atrika langsung melajukan motornya, mungkin tak tega melihatku sedih.

Saat aku melihat jam tanganku dia sudah menunjukkan pukul nol 06.00, saat aku ingin masuk digerbang kost aku tidak langsung langsung masuk. Aku sejenak memandang sekeliling taman kos, sepertinya di di tengah-tengah taman terdapat ayunan yang sudah sangat tua. tidak hanya itu tetapi di sekeliling taman terdapat lampu taman yang sangat kuno dan sangat berkarat ditambah lagi dengan suasana kost yang sangat sepi seperti tidak berpenghuni.

Saat aku ingin menaiki tangga untuk menuju ke kamarku aku tidak sengaja menabrak nyonya aleta "gubrak!!!!". "maaf nyonya aku nggak sengaja" ucapku aku ketakutan. dengan wajah pucat nyonya aletta menjawab "ya nggak papa merda". Aku sempat melihat wajahnya Aleta dia sangat pucat, aku sempat berpikir kenapa nyonya Aleta sampai ke kamar kos apakah ada keluarganya yang yang menginap di sini?. sesampainya di kamar aku langsung merebahkan badan ku dan melanjutkan tidurku.

Tak lama aku tertidur ada suara yang membangunkanku "mer.. merdaa?". aku terbangun dan sangat kaget melihat seorang gadis cantik berbaju noni Belanda, berkulit putih dan berambut pirang, sepertinya kita seumuran. Kukira aku hanya mimpi lalu aku bertanya "kamu siapa?". Dengan kata lembut dia menjawab "perkenalkan namaku salia". Lama kelamaan kita makin akrab dan selia selalu menemaniku di saat aku sepulang sekolah. pada suatu hari aku menanyai salia "memangnya di sini penghuninya cuma kita bertiga ya sal?". "enggak kok banyak disini cuma mereka nggak kelihatan karna..." "mereka sedang liburan, ada yang di luar kota, ada juga yang keluar negri" potong nyonya aleta di depan pintu. "ehh nyonya..." ucapku tidak enak. Aku memandangi wajah salia, entah mengapa dia sangat ketakutan saat melihan nyonya Aleta. Nyonya aleta pergi sembari berkata "salia pulang ke kamarmu" dengan nada dingin.

Tiga hari berlalu setelah kejadian itu, aku sudah tidak melihat salia ke kamarku lagi bahkan melewati kamarku saja sudah tidak. Sebenarnya aku ingin mengunjungi salia ke kamarnya tapi sayang salia tidak pernah memberi tahuku berapa nomor kamarnya. Sudahlah aku akan menunggu salia sambil membaca koleksi buku hororku. saat aku sibuk mencari buku-bukuku, aku menemukan suatu buku yang bersampul sangat kuno aku sepertinya tidak pernah membeli buku ini dan aku membuka buku itu dan memahami setiap kata akhirnya aku sampai di tengah-tengah halaman dan di situ ada mantra "Lepas aku dari bumi, agar aku terbang tanpa nyawa, ruang-ruang menjadi sunyi tempatku antara gelap dan angin jahat, hanya yang sama yang mampu melihat ku".

Entah apa yang terjadi, yang jelas aku melihat tubuhku terbaring di kasur. Lalu aku mencoba keluar kamar untuk mencari salia karena aku sangat kebingungan mengapa dengan diriku? Saat aku membuka kamar betapa kagetnya aku melihat banyak gadis berpakaian seperti salia dan memiliki rambut yang hampir sama dengan salia dan ada satu gadis yang menghampiri ku dengan mengucap "hai kamu anak baru ya di sini? kamu mencari siapa? perkenalkan aku velinna" "iya aku anak baru disini, aku mencari salia, oh iya perkenalkan aku merdaa" ucapku. "Salia? Salia vindd yanne?" tanyanya balik. "iyaa mungkin itu karna aku tak tau naman panjangnya" jawabku. "dia ada di kamar nomor 12 di lantai bawah". "terimaksih" ucapku sambil berjalan terburu-buru.

Akhirnya sampailah aku di sebuah kamar yang berpintu kayu bertuliskan nomor 12. Akhirnya aku mengetuk pintu itu berkali-kali namun hasilnya tidak ada yang menjawab dan tidak ada yang membukanya. Akhirnya aku memutuskan untuk membuka kamar itu, ternyata kamar itu tidak dikunci. Aku segera memasuki kamar itu, perlahan aku membuka lemari dan betapa kagetnya aku ketika aku melihat isi lemari itu adalah baju bekas zaman Belanda dahulu dengan kondisi sudah sudah tak layak pakai dan aku melihat sosok wanita tua yang tidur di di ranjang. Aku mendekatinya dan aku mulai mengelus pipinya, wanita itu sangat tua dan seperti sudah rentah saat aku mengelus pipinya wanita itu terbangun dan kaget melihat aku. Aku segera menjauh dan dia nampak takut melihatku.

Aku hanya terdiam kaget, wanita itu memandangiku dari ujung kaki hingga kepala. "Merda? Spasi siapa yang membawamu kesini? Mengapa kamu di sini?" Ucap wanita itu menanyaiku. "Dari mana kamu tahu namaku?" Ucapku gemetar. "Aku salia" ucap wanita tua itu sembari beranjak dari kasurnya. "Nggak mungkin! Salia adalah gadis seumuran ku! Kamu sudah tua! Sebenarnya kamu siapa?" "Aku salia meerr... aku salia, tapi Salia yang setiap sore dan malam menjadi temanmu adalah aku yang beratus-ratus tahun dahulu" ucap wanita itu menjelaskan. "Maksudnya apa? kamu sudah meninggal?" tanyaku sabil ketakutan.

"dulu di sini adalah asrama zaman Belanda. Pemilik asrama ini adalah nyonya Aleta. di asrama ini terkenal sangat baik dan maju hingga pada suatu saat... ". wanita tua itu menangis air matanya membasahi pipinya yang sangat kriput itu, seketika wanita tua itu berubah menjadi salia yang kukenal. "Salia? apa yang terjadi denganmu? ayo cerita lah" ucapku sambil mendekatinya. "pada suatu saat nyonya Aleta kehilangan putrinya yang bernama chatlin dia seumuran kita dan di sini kita bersahabat bertiga, aku chatlin dan vera. Nyonya aletta memiliki mantra yang dapat membunuh manusia tanpa menyentuh. Chatlin tidak sengaja membaca mantra itu karena dia menemukan buku itu di meja kamar nyonya Aleta. Setelah kejadian itu nyonya Aleta yang dikenal sangat ramah dan baik hati menjadi dingin dan tidak banyak bicara. Satu persatu gadis di asrama ini meninggal tanpa jelas dan jasadnya hilang. Dan pada suatu hari ketika Vera violina sahabatku meninggal karena membaca buku itu juga aku semakin takut jika aku yang akan mati selanjutnya, karena nyonya aletta berkata ini hanya wabah penyakit. Tapi Vera menuliskan surat untukku dan bercerita apa yang dia alami. tapi ternyata nyonya aletta mengetahui surat yang diberikan Vera untukku. Maka dengan ilmu hitamnya ia mengurungkan ku disini dan..."

Salia menggantungkan kalimatnya dan melanjutkan tangisnya. "Salia? Lanjutkan cerita mu siapa tahu aku bisa membantumu" ucapku. "aku tidak bertahan lama di ruangan ini karena mereka sama sekali tidak memberiku makan hingga bulan ke-6 aku mati" Sambung salia. "Apa? Apa maksudmu?" Tanyaku sambil menangis. "Kamu tak perlu takut sama kita sama-sama mati" jawab salia menghapus air mataku. "tidak mungkin aku mati! lalu mengapa kau tampak tua? Sedangkan mereka tetap cantik?". "aku mati karena takdir sedangkan mereka dan kamu mati karena mantra" jawab salia. "Aku tidak percaya aku mati!" bentakku. "Sekarang jam 8-pagi kelurlah nikmati mataharimu" ucap salia. Aku keluar dan "aagghhh panasss!!!!" Aku berteriak kesakitan seperti terbakar. "Kamu bisa kembali hidup jika kamu memiliki wangsit kuntilanak dan membaca mantra itu didepan nyonya aleta" ucap salia mengarahkan. "Wangsit kuntilanak? Aku tau mantra itu" ucapku. "Jangan baca disini!!! Nanti kau akan tau wujudku, bacalah di depan nyonya aleta, kau akan tau dia sebenernya. Dan untuk jasadmu, jika jasadmu belum mati selama 1 hari penuh kamu masih punya waktu untuk hidup. Sebelum itu segeralah kamu cari nyonya aleta dan bacakan mantra itu lalu cari jasatmu di peti kamar nyonya aleta, jika kamu berhasil hidup cari jasat kami semua dan kuburkan dengan layak agar kami bisa beristirahat dengan tenang. Pakailah jubah hitam ini untuk menutupimu dari matahari". Aku segera pergi dari ruangan itu dan mencari dimana kamar nyonya aleta. Sampailah aku du sudut bangunan ini dan aku menemui satu ruangan yang sangat besar tanpa pikir panjang aku memasuki ruangan itu. Aku melihat nyonya aleta sedang duduk menggunakan baju noni belanda yang sangat anggun. "Haii merdaa.... Apa kamu sudah mati?" Tanya nyonya aleta dengan senyuman sinis. "Sing kuat sing melihara" aku membacakan mantra itu. Dan ternyata sosok nyonya aleta yang sesungguhnya adalah kuntilanak.

"Nyonya, dimana jasatku?!" Tanyaku ketakutan. "Jika aku dan putriku yang paling aku sayang mati, kalian semua harus mati!!!" Jawab nyonya aleta dengan nada mengerikan. "Mami... Sudah cukup mami membunuh semua gadis-gadis tak bersalah" suara lembut dari sudut ruangan. Aku melihat sosok gadis cantik berbaju sama seperti salia. "Putriku... Chatlin putriku...." Nyonya aleta menangis dan wujudnya kembali menjadi wanita cantik dan memeluk putrinya. "Kamu tidak layak untuk mati dan kamu tidak bersalah. Kembalilah ke jasatmu di peti itu, dan kuburkan jasat kami semua yang di sembunyikan di ruang bawah tanah" ucap chatlin untukku. Seketika mereka hilang, aku segera membuka peti dan kembali ke jasatku.

Setelah sadar aku meninggalkan bangunan tua itu dan melaporkan kejadian di luar nalar itu kepada polisi. Polisi segera menyelidiki bangunan tua itu, dan kini bangunan tua itu resmi dikosongkan dan tidak di perbolehkan siapapun untuk masuk. Saat ditemukan ruangan bawah tanah itu adalah tempat dimana nyonya aleta menyembunyikan jasat gadis gadis di asrama ini dan tempat dimana dia bunuh diri dengan cara gantung diri.

Hari sudah semakin sore, aku segera membrreskan kamarku dan beranjak pergi dari bangunan tua ini. "Hai sayang..." Tiba-tiba dari arah gerbang ada suara yang menjemputku. "Mama?" Aku berlari dan memeluk tubuh putih pucat itu. "Kamu sekarang tinggal sama mama ya" ucap mama sambil mengecup keningku.

avataravatar