1 『#1』 Dihukum pada hari pertama masuk sekolah

Kata orang pengalaman saat SMA adalah masa-masa yang paling menyenangkan. Itulah yang terjadi pada empat cowok anak SMA ini yang baru saja masuk SMA. Mereka dari keluarga yang berbeda, cuma disatukan oleh 1 asrama.

"Kalian ini baru hari pertama masuk sudah datang terlambat..." ucap seorang guru yang memarahi Ke 4 murid baru di sebuah sekolah. "Coba kalian lihat sudah jam berapa ini?..." ucap guru itu sambil memperlihatkan jam.

"Jam delapan lewat tiga puluh menit pak," jawab seorang siswa yang terlihat lebih tua dibanding dengan ke 3 murid yang berdiri di sebelahnya.

"Kalian seharusnya sudah masuk di kelas jam tujuh lewat tiga puluh menit, kalian terlambat satu jam," ucap guru itu memarahi ke 4 murid baru itu.

***

Sebenarnya ini terjadi karena sebuah kejadian yang terjadi pagi tadi. Di sebuah asrama sekolah bernama Flower Garden. Sedang terjadi kekacauan yang membuat ribut satu asrama.

Sebuah mobil tiba-tiba berhenti di depan asrama. Datanglah seorang anak yang berpakaian sangat modis dan mahal. Dia berjalan dengan santainya memasuki salah satu gerbang asrama milik sekolah SMA Negeri 13 Flower Garden.

"Halo semuanya..." sapanya, dia adalah Mirhan Meriady anak seorang Pengusaha terkenal di kota ini (bisa dibilang anak sultan). "Ryu dan Arif mana?..." tanya Mirhan yang hanya melihat Heri di ruang tamu.

"Arif dari tadi malam belum pulang karena berkencan dengan cewek, sedangkan Ryu si Jin Botol sampai sekarang masih belum bangun juga..." Jawab Heriano Dirgantara, anak paling jenius di asrama ini, sebab dia bisa menciptakan alat-alat yang aneh menurut teman-temannya. Dia memiliki kekurangan yaitu kata-katanya kadang menyakiti orang lain, walaupun semua yang dikatakannya benar. Dia berkacamata dan berpakaian lebih rapi dan sopan ketimbang teman-temannya yang lain.

"Gila jam segini dia belum bangun juga?" ucap Mirhan menggeleng-gelengkan kepala.

"Dari tadi alarm handphonenya yang bunyinya seperti suara perang dunia ketiga tetap aja ga bisa ngebangunin tuh anak," jawab Heri menjelaskan. "Lo sendiri ngapain kesini kalau bisa langsung berangkat ke sekolah? Bukannya lebih cepet pake mobil dari rumah lo ke sekolah daripada disini? Kan bolak-balik jadinya." tanya Heri pada Mirhan.

"Ya...soalnya bokap gue minta gue berangkat bareng Ryu ke sekolah..." jawab Mirhan sambil menggaruk kepala. "Ya udah biar gue bangunin tuh anak," sebelum dia naik ke atas tangga menuju kamar Ryu.

Seorang anak yang umurnya lebih tua dari mereka datang. "Bro!...buruan...kita udah telat..." ucap Arif Gunawan dengan tubuh tinggi dan kekar. Umurnya 2 tahun lebih tua dari teman-temannya. Dia seharusnya sudah di kelas 3 SMA sekarang, tapi karena dia harus bekerja untuk biaya sekolahnya, dia terpaksa tidak melanjutkan sekolah hingga 2 tahun. Oiya, dibagian lehernya ada bekas lipstik. Dia adalah cowok cepat sekali tertarik pada wanita cantik, bisa dikatakan playboy.

"Iye… Ni gue juga mau bangunin tuh anak," ucap Mirhan sambil naiki tangga.

Dia menelusuri beberapa kamar hingga menemukan sebuah kamar yang bertuliskan "Jangan dibuka!...". Mirhan mengetuk pintu kamar Ryu sahabatnya, tapi tetap saja anak itu tidak bangun juga.

"Biar gue yang bangunin…" ucap Heri sambil mengeluarkan sebuah alat berbentuk senter laser dari saku celananya.

"Alat apaan tuh?" tanya Mirhan kebingungan.

"Ada deh… lo liat aja," ucap Heri sambil menarik nafas. "Woy!...Kebakaran!..." ucapnya menggunakan alat itu yang mengeluarkan suara dua kali speaker. Suara itu sehingga mengejutkan orang-orang disekitar.

"Hah!...kebakaran!..." teriak seseorang dari dalam kamar. Dia langsung membuka pintu kamarnya, keluarlah asap yang mengepul dari kamarnya. Ryu keluar dari kamar dengan rambut acak-acakan. Dia adalah Ryu Adriano seorang anak yang hobi menulis novel, tapi kebiasaan buruknya menulis novel sambil ngerokok.

"Buset. Ini kamar apa pabrik rokok?" ucap Mirhan sambil terbatuk-batuk.

"Cepetan lo mandi…kita udah telat…" ucap Arif mengingatkan.

"Apinya mana?" tanya Ryu kebingungan. Sementara dia masih memakai celana bokser.

"Bodoh…" ucap Heri mengomentari. "Kita sudah terlambat ke sekolah…" tambahnya lagi.

"Iye..iye...santai ngab... gue ganti baju dulu…" ucap Ryu lalu masuk ke kamar.

"Hah? Lo ga mandi?" tanya Mirhan.

"Bau badan lo udah kayak semvaq Firaun…masa lo ga mandi?" ucap Heri lalu menaruh alat pengeras suara ke kantongnya.

"Buset, pake qolqolah donk." spontan Ryu menyahut dari dalam kamar.

"Lah, masih sempet-sempetnya komentar ni anak." ucap Mirhan mengomentari balik. "Oiya, yang lo tadi pake itu alat apaan?" dia kemudian bertanya pada Heri.

"Ini?..." tanya Heri sambil memperlihatkan alat pengeras suara yang seperti senter laser.

"Iya...berapa lo jual?" tanya Mirhan bersemangat.

"Ini masih prototype sih…dan ga aman buat telinga orang yang mendengarkan, kayaknya?…" jawab Heri lalu memasukannya kembali ke kantong celananya.

"Tapikan lo barusan udah pake tu benda, kutil…" tanggap Arif sewot.

"Eh tapikan tadi lagi S.O.S, lagian gue bikin alat ini buat bangunin tuh anak…" jawab Heri dengan santai seolah tak berdosa.

"Oke bro...gue udah siap…" ucap Ryu yang keluar dari kamarnya dengan pakaian sekolah yang bisa dibilang belum rapih. "Kita sudah telat. Ke sekolah nih…" ucapnya buru-buru.

"Semuanya salah lo!…" teriak teman-temannya serempak.

"Maaf...maaf…" ucap Ryu sambil berjalan nyengir. "Eh, itu bekas lipstik abis apaan?" tanyanya kemudian kepada Arif.

"Biasalah…Abis remang-remang ni anak," jawab Heri santai. Dia lalu mendahului mereka menuruni tangga.

"Siyalan lo pada…" tanggap Arif merasa malu sambil mengejar Heri. "Ke tempat yang gituan gua mana berani woi!...lagian cuman karaokean doang kok ama temen-temen," ucapnya memberikan pembelaan.

"Karaokean apaan? Ada bau parfum cewek gitu," ucap Ryu sambil nyengir sambil mengendus aroma Arif.

"Suekkk," tanggap Arif dengan kesal. "lo kira gue pake parfum cewek apa? Gue ga pernah punya dodol!"

"Lagian lo juga sih pake beli sabun dan shampo cewek. Lo mau rambut gondrong kayak iklan 'yang alami-alami-alami' gitu?" ucap Ryu tertawa puas.

Itulah yang terjadi sebelumnya yang membuat mereka sekarang dihukum guru berdiri di lapangan sekolah. Mereka berempat berdiri sambil hormat kepada bendera. Mereka saling berdiskusi tentang siapa yang pantas disalahkan.

"Gara-gara lo pada...gue yang biasanya ga pernah terlambat ke sekolah jadi terlambat," ucap Heri menyalahkan temannya sambil hormat ke bendera.

"Harusnya lo salahin si Jin botol tuh yang bangunnya kesiangan…" tanggap Arif sambil menunjuk Ryu, dia tidak terima.

"Eh...playboy cap Aligator!...lo juga datang ke asrama telat!…" teriak Ryu sehingga membuat seisi sekolah memperhatikan mereka.

"Kalian yang berdiri di lapangan jangan berisik, murid yang lain sedang belajar!..." teriak seorang guru lebih keras dari teriakan Ryu.

"Iya pak!..." jawab mereka berempat serentak.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter