1 Malam Bermulanya hubungan kami

"Pagi sunshine" ujar Tommy sembari mengecup bibirku dan memelukku dengan penuh kehangatan dan kelembutan saat aku baru bangun dari tidurku berdua dengannya telanjang bulat hanya tertutupi selimut tebal di kamar kostanku.

"Pagi sayang.." aku membalas pelukannya Tommy kekasihku yang rupawan dan berbadan atletis.

"Udah jam 7.. Kamu harus kerja sayang.. Masa ibu wakil direktur telat dihari kerjanya.." ujar Tommy mengingatkanku bahwa sekarang sudah jam 7 pagi dan aku harus siap- siap untuk berangkat kerja.

"Hhhhhhhuaaahhh.. Aku malas sayang, masih ngantuk.. Masih pegal- pegal juga badanku setelah bercinta denganmu semalaman. Aku bolos kerja saja sayang.. Lagian aku kan Wakil direktur.. Masa datang sepagi karyawanku.." ujarku kepada Tommy sembari tetap memeluknya.

Aku dan Tommy memang baru saja bercinta semalaman, sejak pulang dari jalan- jalan jam 9 malam, aku langsung menggodanya sesampai di kamar kostanku. Tommy yang tergoda menjadi sangat terangsang dan akhirnya memangsa tubuhku dengan buas hingga hampir 15 ronde semalaman. Aku sempat melirik jam dinding tembok depan ranjangku menunjukan pukul setengah 3 pagi saat akhirnya kami kelelahan kehilangan seluruh sari pati energi karena gairah asmara kami.

"Apa mau aku gendong dan mandiin kamu sayang?" ujarnya menawarkan aku untuk dibopong ke kamar mandi dan dimandikan.

Aku memang sangat manja, sebagai anak tunggal dari papa yang duta besar asal Turki dan mama adalah pengusaha sukses di Aceh aku selalu dilayani dan dinina bobokan dengan segala kemudahan dan fasilitas serba ada. 2.5 tahun lalu, Tommy Pasha Al Akbas, blasteran ayah Turki dan ibu Indonesia, yang berusia 12 tahun lebih tua dariku, setelah 2 tahun mengabdi menjadi bodyguard ayahku, saat menjalankan tugasnya sebagai duta besar di India, akhirnya diminta untuk mengawalku setelah bodyguardku sebelumnya sakit stroke dan meninggal.

Aku yang saat itu masih berusia 20 tahun dan masih kuliah di jurusan ekonomi UNSYIAH Aceh semester akhir, sebenarnya merasa sudah tidak perlu lagi dikawal, namun akhirnya setelah beberapa kali menolak dan protes akhirnya aku bersedia dikawal karena aku hampir dibunuh oleh sekelompok orang yang sepertinya adalah lawan bisnis mama yang ingin bermain kotor.

Saat itu aku berhasil diselamatkan oleh Tommy yang rela menjadi tameng hidup menerima tembakan peluru yang menembus tangan kiri dan punggung kanannya demi untuk membuatku terhindar dari terjangan peluru yang awalnya ditujukan kepadaku oleh pembunuh tidak dikenal.

Akibat menahan peluru untukku, ia harus dilakukan operasi di dadanya, untung peluru yang masuk punggung kanan tertahan tulang iga dan tulang belikatnya, sehingga parunya tidak cedera. Walaupun menyebabkan tulang iganya patah dan tulang belikatnya retak, namun tulang iganya bisa disambung dengan plat platinum. sedangkan tangan kirinnya harus disambung pembuluh darah dan tendonnya karena tertembus peluru.

Kejadian penembakan itu benar- benar membuatku trauma dan bahkan aku sempat 1 bulan tidak berani keluar rumah dan menjadi sangat depresi dan mudah terserang serangan panik hampir 2 bulan lamanya. Untungnya psikolog dan psikiater terbaik se Indonesia yang diundang papa dan mamaku selama 2 bulan terakhir khusus untuk mengobati depresi dan serangan- serangan panik akibat trauma psikologis berat yang aku alami.

Tommy yang dirawat hingga seminggu, memilih untuk kembali menjagaku daripada mengambil cuti sebulan yang diperikan oleh papa mamaku. Selama 2 bulan itu, Tommy begitu perhatian dan melayaniku dengan sabar. Memasak, menyuapiku, menemaniku dan menenangkanku saat serangan panikku muncul. 1 bulan bersama Tommy di rumah besar hanya berdua dengannya, karena mamaku lebih banyak di lapangan dengan proyeknya dan pulang sebulan sekali, bohong dan munafik kalau tidak timbul rasa yang lebih dari dariku untuk dirinya.

Apalagi mukanya cukup tampan, mirip aktor Turki yang cukup hits dinegara kita, Engin Akyurek, aktor di film 'Kara Para Ask' dan 'fatmagul' yang popular di televisi lokal. Disuapin ditenangkan dengan sosok yang sabar dan rupawan tentu membuat hatiku yang sedang rapuh merasa lebih tenang dan tentram bila dekat dengannya. Sejak itu aku selalu minta disuapin olehnya hingga sekarang, kalau aku tidak disuapin olehnya maka aku memilih untuk tidak makan.

Rasa ketergantunganku makin menjadi- jadi kepadanya, namun hubungan kami masih sebatas bodyguard dan atasan saja. Hingga 4 bulan setelah kejadian traumatis itu berlalu, di suatu malam yang dingin disertai hujan sangat deras aku berteriak sangat keras dan kencang karena mengalami mimpi buruk. Tommy yang mendengar aku teriak dari kamarnya segera lari menerobos kamarku hanya menggunakan celana bokser dibadannya sembari memegang pistol cz-p10nya.

"Kamu tidak apa- apa Nona Muda?" tanya Tommy yang melihatku duduk meringkuk dengan air mata mengalir deras dari kedua mataku diatas ranjang.

"Aku mimpi kejadian penembakan itu lagi Tom.. Aku takut.." ujarku yang malam itu hanya menggunakan gaun tidur transparan tipis tanpa dalaman apa- apa lagi.

"Puji Tuhan.. Aku pikir ada kejadian apa. Ya sudah, kamu istirahat lagi ya nona muda. Kalau ada apa- apa panggil saya saja, saya akan langsung datang" ujarnya hendak meninggalkanku.

"Tunggu.. Jangan pergi.. Kamu temani aku disini.. Biar aku tenang.. Aku takut Tom.." ujarku memintanya untuk tinggal.

"Baik aku akan menemanimu nona" ujarnya sembari menaruh pistol cz-p10 hitamnya diatas lemari, lalu berbaring dilantai untuk menemaniku di kamar tidurku.

Suara derasnya hujan dan angin yang keras menerpa jendela, serta gelegar petir yang menyambar di dinginnya malam itu membuatku tidak bisa tidur tenang. Walaupun Tommy sudah menemaniku, namun ia berbaring di lantai bukan di ranjang bersamaku, karena menjaga profesionalitas pekerjaannya. Aku sebenarnya ingin dia diatas ranjang agar aku bisa lebih tenang, namun ada rasa malu untuk mengajaknya ke atas ranjang.

Suara bersin keras mengagetkanku, sepertinya ia kedinginan, akhirnya aku inisiatif bertanya padanya "Kamu ngga apa- apa berbaring dilantai Tom? Malam ini dingin sekali.. Nanti kamu masuk angin Tom.."

"Tidak apa- apa Nona Muda.. Tidak usah mengkhawatirkan tentang diriku. Aku gini- gini sudah mengabdi sebagai tentara turki selama 10 tahun sebelum menjadi bodyguard Tuan Aslan" ujarnya kepadaku.

Aslan Sancar, papaku adalah seorang politisi ulung di Turki yang sudah menjadi duta besar Turki di berbagai negara sejak 15 tahun lalu. Papa ketemu mama saat mama masih sekolah s2 di Turki 22 tahun lalu, bertemu dengan papa saat sedang makan di sebuah seminar ekonomi global yang salah satu pembicaranya adalah papa. Mama yang kritis memberikan debatan yang sangat dalam saat sesi tanya jawab membuat papa yang saat itu masih berusia 31 tahun terpesona dengan kepintaran mama.

Saat sudah selesai sesi bicaranya, papa mendatangi mama dan mengajaknya berkenalan. Sejak itu akhirnya mereka menjadi dekat dan memutuskan menikah setahun kemudian saat mama sedang menyelesaikan akhir studi s2-nya di Turki dan mengandung 2 bulan diriku. Setelah mejalani kehidupan bersama 2 tahun dalam pernikahan, di usiaku yang baru berusia 1 tahun, mama memutuskan untuk pulang ke Aceh membawaku karena kakek sakit keras dan tidak bisa disembuhkan.

Mama yang merupakan anak semata wayang, diminta untuk meneruskan memimpin perusahaan kakek yang sudah cukup besar di Padang dan Aceh. Berpisah selama 4 tahun menjalani hubungan jarak jauh, akhirnya papa dan mama bersama kembali selama 10 tahun karena papaku diangkat menjadi duta besar turki di Indonesia yang ditempatkan di ibukota, setiap kamis sampai minggu beliau selalu berada di Aceh bersama kami, dan senin sampai kamis pagi akan bekerja di ibukota.

Kembali di malam itu, aku akhirnya memutuskan untuk meminta Tommy naik ke ranjangku dari tempat berbaringnya diranjang, "Tom.. Naik ke ranjangku ya.. Aku perlu kamu peluk seperti biasa.. Aku masih agak takut membayangkan mimpiku yang terasa sangat nyata itu"

"Baik nona muda", ujarnya bangun dari lantai lalu naik ke ranjang disampingku karena tidak ingin membuatku jatuh dalam depresi seperti 4 bulan lalu.

Ia memelukku erat sembari berhadapan denganku, aku menyambut pelukannya dengan ikut memeluk tubuhnya sehingga kami berdua saling berpelukan erat menghangatkan diri. Aku merasa tenang dalam pelukannya, namun baru kali ini aku dipeluk saat ia hanya memakai celana bokser dan aku hanya memakai gaun tidur tipis transparan tanpa bra dan celana dalam.

Ada rasa berbeda saat tanganku menyentuh kulitnya, walau aku masih mengenakan jubah tidur, namun karena tipis seakan- akan kulitku bisa merasakan hangat kulit badannya bersentuhan dengan kulitku dari sela-sela kain gaun tidurku. Dadaku berasa berdegup dengan kencang, desir darahku meningkat, ada rasa hangat dan sesuatu berbeda bergejolak didalam diriku. Hembusan nafas teraturnya terasa hangat dimukaku, entah siapa yang memulai duluan setelah beberapa menit berpelukan akhirnya bibir dan lidah kami saling berpagutan bertukar liur seiring dengan libido kami yang mulai meningkat.

avataravatar
Next chapter