2 Jangan suka ngintip nenek-nenek mandi dooong...

Siang hari itu di sebuah perkampungan pinggir daerah Bogor tepatnya dikampung Parung Lengsir yang indah, tentram dan damai.

" Maaang, tungguiiin." Teriak seorang pemuda tanggung kepada pamannya.

" Buruaaan Jul, sudah waktunya jam tayang nih." Sahut si mamang dengan bahasa yang tidak jelas, membuat si Jul keponakannya itu bertanya-tanya

Mamang Gurepes beserta keponakannya si Jul berlarian di pinggiran hamparan sawah yang sedang menguning menuju ke suatu tempat pemandian air pancuran di tepi tebing desa.

" Mau ngapain sih mang? kalau mau mandi mah mendingan di sumur belakang rumah juga cukup." Cerocos si Jul kebingungan sambil jari telunjuknya sibuk mengorek-ngorek sesuatu di dalam hidungnya.

" Kalo kamu mau ikut enggak usah banyak perotes deh." Sahut Mamang Gurepes dengan sewot sambil memandang jijik ke arah Jul yang sedang asik mengorek-ngorek kotoran hidung.

Perlahan mereka memasuki penghujung jalan tanah sawah di pinggir areal perkebunan Pepaya milik Uwak Haji Duloh.

" Ngapain lewat sini?" Tanya si Jul kebingungan.

" Bawel sekali kamu ini, pokoknya ikut saja dulu." Jawab si Mamang Gurepes dengan cueknya.

Lalu, masuk lah mereka kedalam rerimbunan semak belukar dan pepohonan bambu nan lebat yang tumbuh pada sisi tepi tebing tanah nan terjal.

" Yak, sampai deh kita di tempat tujuan". Ujar Mamang Gurepes sambil cengar cengir, dan dirinya langsung mengambil posisi sembunyi diantara lebatnya pohon bambu. Jul pun mau tidak mau mengikutinya dari belakang.

" Busyet, tempat apaan nih?" Celoteh si Jul sambil mengamati tempat di sekelilingnya yang penuh dengan akar pakis.

"Ini mah tempat jin buang anak mang!"

Hi.hi.hi...

" Diam kamu!, kagak usah banyak perotes. Entar juga kamu tau sendiri. " Hardik si mamang yang sedikit jengkel dengan pernyataan-pernyataan yang keluar dari mulut si Jul keponakannya itu.

Disibaknya rumput ilalang dan daun pakis-pakisan yang tumbuh liar di sisi pinggir tebing tersebut.

" Waaaah, sekalinya kerjaan mamang tiap jam 4 sore seperti ini yah." Celoteh si Jul sambil melihati pemandangan di pemandian pancuran areal perempuan dari balik rerumputan dan ilalang yang tinggi itu.

" He.he.he, santai aja kamu Jul..." Sahut si mamang sambil cengengesan. Senyum mesum menghias di bibirnya yang rada-rada monyong.

"Wiiiih...ck.ck.ck..." Decak si mamang seperti cicak yang sedang kawin. Lalu dengan santai mereka menonton adegan syur tersebut dengan nafas ngos-ngosan seperti kuda yang habis berlari kencang (horni.... kaleee... ha.ha.ha...). Tanpa disadarinya di belakang mereka sudah ada sederetan orang yang hendak ikut mengintip juga.

" Wah... enggak ngajak-ngajak nih " Protes mereka yang sekalinya masih kawan sekampung juga.

" Lah, jangan pura pura bego deh. Anda-anda sekalian kan sudah tau jadwal shownya setiap sore." Ujar si mamang Gurepes sambil beranda-anda bak seorang intelek, padahal nasibnya tidak jauh daripada tele' alias kotoran ayam.

" Tapi kenapa hari ini banyak nenek-nenek yang mandi yah. Yang muda cuma dua orang doang. Itu juga sudah STW alias setengah waduk ukuran bodinya. Padahal saya sudah ber H2C alias berharap-harap cemas kalau yang mandi sekarang ini adalah si Mimin janda muda itu." Cerocos si Mamang Gurepes sambil dirinya sibuk mengintip dengan santai dari balik rumput ilalang dan pakis-pakisan tersebut.

" Kenapa bisa disebut setengah waduk kang?" Tanya si Obet anak kampung sebelah yang ikut mengintip di samping mang Gurepes.

" Maksud setengah waduk itu Bet, ukuran body perempuannya rata-rata gembrot. Bodinya itu bisa nutupin setengahnya waduk." Jawab si mamang sekenanya.

" Alah, bisa aja si akang ini." Balas Obet misuh-misuh.

Tanpa di sadari mereka seekor biawak besar berjalan gontai disamping mereka, bak pragawati dengan lidah panjang terjulur keluar. Slurp, slurp, slurp itu bunyi lidah yang keluar masuk dari mulut biawak tersebut. Kebetulan di sekitar areal pemandian perempuan itu merupakan tempat para biawak berkembang biak.

"Waaaah, biawak. " Jerit Cikung si pemuda yang mengintip paling belakang sambil melompat karena terkejut melihat seekor biawak yang begitu besar persis disamping pantatnya. Akhirnya beberapa kerikil-kerikil kecil langsung terjatuh ke dalam lokasi pemandian itu dengan kencangnya.

"Aiiiiih, Apaan tuh...!!!" Jerit para nenek-nenek dengan histeris dan kompak yang sebelumnya sedang asik mandi di bawah sana.

"Mau ngintip yah, disini cuma ada nenek-nenek doang yang lagi mandi." Teriak nenek Jumiah dibawah pemandian tersebut sambil dirinya berusaha menimpuk gerombolan mesum tersebut dengan kutang rombengnya.

"Susu udah pada peot-peot gini masih suka di intip juga. Sialan kamu yah. Niiih, lihat sini..." Teriak si nenek dengan lantangnya sambil berkacak pinggang kemudian memperlihatkan bagian dadanya yang sudah kendor ke arah mereka.

"Kualaaaat kamu." Tambah si nenek sambil membenahi kembennya yang tadi melorot.

Dengan wajah pucat bak maling jemuran yang kepergok mengambil celana dalam perempuan, mereka langsung mengambil langkah seribu.

"Kabuuuur."Teriak si Mang Gurepes seperti pak komandan yang sedang memberikan komando kepada gerombolan mesum di belakangnya. Lalu, larilah mereka satu persatu dengan panik. Salah satu dari beberapa pengintip itu sempat ngusruk dan kepalanya masuk kedalam parit pembatas sawah.

"Aduuuuh." Teriak orang tersebut. Mukanya blepotan lumpur bercampur kotoran kerbau.

Apeeesss deeeeh luh gara gara biawak.

Makanya jangan suka ngintipin nenek-nenek peot mandi dong.

Kan kualat jadinya.

Ha.ha.ha...

Bukan cuma bintitan yang didapat, mungkin jadi bisulan.

avataravatar
Next chapter