webnovel

Arumi Cinta Bagus

Teen
Ongoing · 6.3K Views
  • 2 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

Ini hanya kisah klasik dua pasang remaja SMA. Rumi si cewek agresif yang mencintai Bagus, dan Bagus si cowok kasar yang merasa kalau kehadiran Rumi adalah sebuah bencana. "Suatu saat Bagus yang akan selalu mencari keberadaan Rumi." ucap Rumi penuh tekad. Bagus yang berdiri di samping Rumi mendengus. "Kebiasaan kalau bangun tidur gak nunggu kumpul nyawa dulu, jadi gini nih, oleng berkepanjangan!"

Tags
3 tags
Chapter 101. Latihan Untuk Malam Pertama

Armi menggigit rotinya dengan terburu-buru.

"Makannya pelan-pelan, Kak." ucap Darsih –Bunda Arumi– seraya menaruh susu kehadapan Raka –adik Aumi.

"Kakak lagi buru-buru, Bun." ucap Arumi dengan mulut penuh membuat Wahyu –Ayah Arumi– menggelengkan kepalanya, takjub dengan tingkah sang anak.

"Ayah bingung sama kamu. Cewek kok gak ada manis-manisnya." ujar Wahyu dengan ekspresi lempengnya.

"Karena yang ada manis-manisnya itu cuma punya Le Min*r*l." ujar Arumi setelah sempat menelan rotinya susah payah.

"Emang kamu ini buru-buru mau ngapain sih, Kak? Ini baru jam 6, loh." ucap Darsih seraya mengoleskan selai strawberry pada roti.

"Rumi ada piket." jawab Arumi sekenanya.

"Alasan, pasti karena Bang Bagus." cibir Raka membuat Arumi melotot kearahnya.

"Bagus anaknya Tante Fany?" tanya Darsih seraya menyerahkan setangkup roti yang sudah di olesi selai kepada anak bungsunya.

"Makasih, Bun." ucap Raka yang direspon dengan anggukan kepala oleh Darsih. "Iya, Bang Bagus anaknya Tante Fany. Bunda gak lupa 'kan dulu pas keluarga Bang Bagus pindah Kak Rumi nangis kejer seharian." ucap Raka.

Arumi mendengus. "Kamu tuh, sok tahu banget sih!"

"Tahulah, orang gue sering liat lo nyentilin Bang Bagus."

"Jangan sok tahu!" geram Arumi dengan muka memerah, antara marah dan malu. Bagaimana bisa Raka mengetahui semua itu? "Rumi berangkat deh!" ucap Arumi dengan bibir mengerucut.

"Hati-hati ya, Kak." ujar Wahyu saat Arumi mencium punggung tangannya.

Arumi mengacungkan jempolnya kemudian mempercepat langkahnya.

Setelah berlari beberapa menit akhirnya Arumi melihat seseorang yang dicarinya.

"Bagus!" panggil Arumi dengan sedikit berteriak.

Seseorang itu –Bagus mengurungkan niatnya untuk menaiki motornya, seperkian detik kemudian menyesali keputusannya saat mengetahui siapa yang memanggilnya.

"Bagus, Rumi nebeng, ya." ujar Arumi dengan napas yang memburu.

Bagus mendengus. "Sial banget gue, pagi-pagi udah di cegat kurcaci." gumam Bagus dengan tangan berkacak pinggang. "Eh, kurcaci. Lo gak ada kerjaan apa, selain ngerecoki gue?"

"Enggak." jawab Arumi polos.

Bagus mengibaskan tangan didepan wajahnya. "Udahlah, ngobrol sama lo gak bakal kelar urusan. Riweuh tahu gak?" ujar Bagus seraya bersiap menaiki kuda besinya.

"Bagus, Rumi ikut yaaa..." rengek Arumi seraya menarik-narik tas punggung Bagus.

"Eh, astagfirullah! Rumi, lepasin bego!" teriak Bagus panik.

"Pokoknya Rumi gak bakal lepasin kalo Bagus gak ngasih tebengan ke Rumi!" teriak Arumi.

"Eh, anjir, nanti gue jatuh. Eh! Bocah, lepasin, woy! Ahelah!" decak Bagus seraya mencoba turun dari motornya, Bagus menghempaskan tangan Arumi dari tasnya dengan kasar. "Eh, kalo tadi gue jatuh gimana?! Bego lo!" hardik Bagus.

Arumi mencebikkan bibirnya. "Makanya kasih Rumi tebengan!" seru Arumi keukeh.

Bagus mendengus. "Nyusahin lo!" decak Bagus seraya kembali menaiki motornya. "Cepetan naik!"

Arumi ber'Yess' ria. Buru-buru Arumi menaiki motor Bagus, meski harus bersusah payah.

"Udah belum? Kalo kecengklak, nanti gue yang disalahin Om Wahyu lagi." ujar Bagus sewot.

"Udah, kok!" ucap Arumi semangat.

Sedetik kemudian Bagus menggas motornya, mengemudikan motornya dengan kecepatan tinggi. Bodo amat dengan ucapannya yang sebelumnya, kecengklak-kecengklak dah, peduli amat.

"Bagus, pelan-pelan! Rumi takut!!" ujar Arumi kencang.

Namun seakan tak mendengar Bagus menambah kecepatan motornya.

Arumi mengencangkan pegangannya pada pinggang Bagus, matanya memejam erat. Takut.

"Astagfirullah, ini cewek malah peluk-peluk seenak udel." batin Bagus.

***

Arumi buru-buru turun begitu motor Bagus berhenti di parkiran khusus motor. Pusing dan mual.

Sedangkan Bagus dengan santai merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena mengenakan helm tadi.

Bagus turun dari motornya. Di liriknya Arumi yang tengah terbungkuk-bungkuk mencoba mengeluarkan isi perut. Kasian juga, tapi whateverlah. Suruh siapa keukeh ingin ikut.

"Bagus, tolongin Rumi..." rengek Arumi tak berdaya.

Bagus mendengus. "Ogah!"

Bagus bersiap melangkah meninggalkan Arumi yang masih diposisi yang sama.

"Tapi, kalo gak ditolong kasian. Kalo hilang, bisa-bisa gue digantung Om Wahyu." gumam Bagus seraya menghentikan langkahnya.

Bagus membalikkan badannya, di hampirinya Arumi yang terbungkuk dengan wajah pucat.

"Nyusahin lo!" decak Bagus seraya menggendong Arumi ala bridal style.

Seluruh pasang mata menatap keduanya dengan berbagai tatapan. Berbagai bisikan juga terdengar.

Arumi menatap kagum rahang tegas Bagus dari bawah. Hidung mancung, bibir seksi juga mata dalam yang terlihat tajam. Sempurna. Benar-benar idaman Arumi.

Bagus melirik Arumi yang nampak tersenyum malu-malu ditambah pipinya yang merona. Manis. Tapi hati Bagus terlanjur dongkol.

"Heh, kurcaci! Berat banget sih lo!" sembur Bagus membuyarkan lamunan Arumi.

Arumi memukul dada Bagus manja. "Anggap aja Bagus latihan buat malam pertama kita nanti." ujar Arumi malu-malu.

"Heh! Bocah TK, pikirin tuh nilai lo yang dibawah KKM semua! Pagi-pagi udah mikir jorok!" sewot Bagus.

"Rumi gak mikir jorok. Bagus kali yang mikir jorok! Orang Rumi cuma ngomong malam pertama, kok!" ujar Arumi dengan bibir mengerucut.

"Halah, ngeles mulu lo kayak bajaj!"

Arumi mencebikkan bibirnya. Dasar Bagus! Padahal 'kan maksud Arumi itu, ia ingin selesai menyalami tamu nanti Bagus menggendongnya sampai kekamar, begitu. Itu bukan salah satu definisi berpikiran jorok 'kan?

***

To Be Continue...

Gimanaaa?

You May Also Like

Was My Sweet Badboy

WARNING !! [cerita ini hanyalah fiktif belaka, semua setting tempat adalah fiktif! kesamaan nama tokoh, tempat, sekolah maupun scene dalam novel ini adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan!] ------------------------------------------------- Bimo namanya, anak baru pindahan dari Bandung yang tiba-tiba memberiku surat, isinya dia minta izin untuk menyukaiku. hah?! 'kenapa suka aku?' kuputuskan untuk tanya hal ini. lalu dia jawab begini ; 'aku tidak punya alasan, tidak paham juga kenapa bisa suka, hanya mataku tidak bisa berhenti melihat kemanapun kamu pergi, aku tidak bisa menahan senyumku dan rasa senangku kalau sedang dekat denganmu, aku suka lihat kamu ketawa dan tidak senang lihat kamu nangis, aku benci orang-orang yang bikin kamu sedih sampai-sampai ingin ku tendang pantat mereka biar sampai ke pluto, aku mau pegang tanganmu dan bilang pada cowok-cowok yang suka padamu untuk tidak lagi mengganggumu.' ku baca tulisannya yang panjang itu. aku deg-degan, sumpah kalau dia bisa dengar jantungku, itu seperti ada drum band di dalamnya. Dia orang yang unik, dan punya pendekatan berbeda padaku, orang yang percaya diri dengan bagaimana kepribadiannya, tidak kasar, berusaha dengar perkataanku, tapi sebenarnya dia juga adalah orang yang keras pada idealisnya, suka naik gunung bahkan bikin jantungku sering ingin lompat karena khawatir setiap kali dia melakukan hobinya itu. Bimoku... Elangku yang selalu terbang bebas tanpa peduli apapun.. Elangku yang selalu terbang menerjang badai... ini, adalah kisahku saat itu, saat dia bersamaku.. -------------------------------------------- VOLUME 2 : Menggapai kembali Ketika masa lalu menyesak masuk saat kau telah mulai lari darinya. Seseorang yang tetap berdiri di persimpangan hidup mereka. Yang tetap tegak di persimpangan waktumu dengannya. Kini persimpangan itu mempertemukan mereka kembali. Dengan segala keajaiban-keajaiban yang kau kira telah tiada. Dia berusaha menggapaimu sekali lagi. Berlari dari masa lalu, mengejarmu yang telah lama tertatih untuk bisa berdiri di titik ini. Mencoba meraihmu dengan senyumnya lagi. "Kamu masih punya hutang jawaban sama aku." "Apa?" "Yang mau kamu jawab 10 tahun lagi sejak waktu itu." "Hahah, kamu pikir itu masih akan berlaku?" "Tentu! Ray, marry me please ..." POV 3 ---------------------------------- Volume 3 : Langit dan Rindu Kisah si kembar buah hati Bimo dan Raya, akankan kisah mereka semanis kisah remaja kedua orang tuanya? Bagaimana jika Langit Khatulistiwa punya kecenderungan sister complex dan juga tsundere akut terhadap adik kembarnya? Intip yuk ... ---------------------------------------------- [karya ini bergenre romance-komedi, harap bijak dalam membaca, jika sekiranya tidak sesuai selera, silahkan close, gak usah masukin koleksi] [mengandung kata kasar, dan diksi tidak serius dalam penceritaan!] Credit cover : Pinterst cover bukan milik pribadi

MORAN94 · Teen
4.9
425 Chs

ratings

  • Overall Rate
  • Writing Quality
  • Updating Stability
  • Story Development
  • Character Design
  • world background
Reviews
WoW! You would be the first reviewer if you leave your reviews right now!

SUPPORT