93 rumah

"astaghfirullahaladzim"

kata bunda

"ups!!"

"tarikaaaa"

panggil bunda panjang

"kak kak, siap-siap ambil jurus langkah seribu"

bisikku

"hah!!?"

Kak Arta kaget dan bingung

"LARIIIIIII"

teriakku

aku pun melarikan diri dari bunda yang saat itu kaget dan mengucap melihat isi rumah barunya yang ternyata dipenuhi barang-barang dari rumah lama.

sebenarnya sudah firasat kalau dia akan mengamuk saat itu jadi aku putuskan melarikan diri, entah bagaimana kak Arta yang jelas aku dulu yang kabur.

aku berhenti di tengah taman dengan nafas yang terengah- engah kelelahan berlari aku jongkok tanpa suara.

"dimana kamu kak"

panggil bunda

"mati aku!?"

kataku dalam hati

"Awas kamu yaa, KELUAR!!!"

teriak bunda

"kalau sampai aku ditemukan aku yakin aku pasti bakal jadi lemper"

dalam hati

aku sedikit berbalik mencoba memperhatikan sekitar, aku lihat kiri dan kanan secara perlahan melihat di mana bunda.

aku yang keheranan karena tadi mendengar suaranya tapi tidak melihat dimana dia berada.

"mana sih kok gak ada"

kataku

"INI DIA!!"

aku segera berbalik dan betapa kagetnya aku ternyata bunda ada di belakangku, saat itu aku sudah tidak dapat bergerak dan melarikan diri lagi aku hanya bisa menyerah dan memejamkan mata serapat mungkin karena takut.

"ADUUUH!!?"

teriakku

"sakit bunda ampuuun"

aku kesakitan karena aku dijewer oleh bunda

"rasain untuk anak nakal"

kata bunda

dia tetap menarik kupingku keluar dari tengah taman lalu membawaku kembali kedalam rumah baru mereka dengan telinga masih dijewer dan aku juga sempat dicubit cubit sedikit kami di jalan.

"aduh bunda sakit banget bunda"

rangekku lagi

"rasain!! duduk situ"

tunjuk bunda baru melepaskan tangannya dari telinga

terasa telingaku panas berdenyut-denyut serasa ingin copot.

aku lihat kak Arta yang di sebelahku sudah tertunduk malu dan siap kena omelan ayah dan bunda.

"kalian ini ya sekarang udah pandai ya merencanakan seperti ini, udah kayak pencuri aja bawain barang orang tanpa bilang-bilang"

omel bunda

"ayo jujur ini ide siapa"

kata ayah

saat itu kami belum menjawab sama sekali, aku dan kak Artata saling menatap sampai akhirnya baik aku maupun kak Arta saling menyalahkan saling menunjuk satu sama lain.

"dia yang punya ide ni yah"

kataku

"gak gak dia juga niih"

bantah kak Arta

"dia kok"

kataku lagi

"jangan percaya dia tuh"

tunjuk kak Arta lagi

saat itu kami yang sudah sibuk saling menyalahkan tidak lagi mengabaikan ayah dan bunda yang sudah mulai mendidih

"CUKUP DIAM!!!?"

bentak ayah

seketika ruangan jadi sepi baik aku dan kak Arta pun membisu tanpa kata-kata.

"uuhh kalian ini udah tua kayak anak anak aja saling tuduh menuduh salah menyalahkan padahal kalian itu kerja sama, ya udah yuk kita enggak usah jadi tinggal di sini"

kata ayah kesal

"yah yah, jangan kayak gitu dong ya iya maaf kita yang salah"

kataku menahannya

"tarika bener ya soal ini Arta yang punya ide"

kak arta akhirnya mengaku

CTAK!!

"Auuw aduuuh"

teriak aku dan kak arta

kami yang kesakitan menerima sentil di kepala dari ayah, ayah dan bunda duduk di depan kami dengan wajah yang serius, kami yang saat itu pun diam mendengarkan benar-benar mendengarkan perkataan mereka.

"kalian itu loh sudah sama-sama dewasa janganlah seperti ini, segala sesuatu yang dimulai dengan kebaikan pasti akan berakhir dengan kebaikan, diawali dengan keburukan mau berharap berakhir dengan kebaikan yang gak mungkin, Tuhan itu adil Tuhan itu maha melihat jadi apapun yang kita tanam dan itu pula yang kita tuai"

kata ayah

"kamu lagi Arta ikut-ikutan aja"

lanjut bunda

"iya maaf Bunda"

kata kak Arta tertunduk

"ya udahlah pulang sana sakit kepala Bunda lihat kalian berdua ini"

kata Bunda bangkit

"hehehehe maaf bunda"

kataku sambil cengengesan

"masih bisa ketawa juga ya, masih kurang"

lirik Bunda

"oh no no no, sakit bun"

"kak ayo kita go home"

kata aku bangkit dari dudukku

"ok deh, ayah Bunda Arta pamit ya semoga nyaman dengan rumah barunya ya"

kata kak Arta

kami pun berpamitan pulang, walau rumah kami sangat dekat hanya berjarak kira-kira 20 meter tapi itu bentuk sopan santun bukan.

saat kami berjalan kaki pulang kak Arta menggandeng tanganku dan tersenyum melihatku.

"apaan sih Kak senyum-senyum kayak orang gila"

kata aku kembali menyentuh keningku yang masih terasa sakit

"aku seneng deh walaupun sedikit drama semua berjalan dengan lancar, ya kan sayang"

katanya masih tetap menatapku

"iya ya Kak, syukur Alhamdulillah deh"

aku kembali menatap suamiku itu

kami pun saling tersenyum.

kami yang begitu masuk ke dalam rumah langsung menuju ke kamar dan ingin langsung mandi.

"ep!! mau ngapain"

kataku di kamar mandi

"ya mau mandi lah jadi mau ngapain"

jawab kak Arta

"gak gak gak aku duluan"

kataku menolaknya

"mandi bareng aja yang"

katanya memaksa masuk

"gak mau"

kembali menolaknya

"harus mau"

"gak!!"

"mau!!?"

"pokoknya aku nggak mau!!! aku yang duluan masuk!!! jadi aku yang duluan mandi!!! kakak nggak boleh ikut titik!!!"

kataku berbalik

Aku ingin meraih gagang pintu dan langsung menutupnya tiba-tiba tergelincir karena lantai yang basah dan licin, aku sudah benar-benar pasrah karena sudah tidak memiliki keseimbangan lagi.

"uwaaaaaa!!"

teriakku sambil memejamkan mata rapat-rapat

hap!

pundakku terasa dipegang dengan tangan yang kokoh langsung aku buka mataku ternyata kak Arta masih sempat menjangkau ku dan akupun tak jadi jatuh.

mata kami saling bertemu mataku yang terbuka lebar melihat jelas wajahnya yang sedikit panik saat itu.

ditariknya aku perlahan dan akupun sudah bisa berdiri dengan tegak seperti biasa.

"uwaau!!"

katanya melihatku

aku yang baru sadar kalau handuk yang aku kenakan sudah tidak lagi melekat pada tubuhku melainkan sudah jatuh ke lantai, aku pun langsung terpelongo melihat kak arta yang menatapku tanpa berkedip.

segera aku mengambil handuk ku dan berbalik badan tapi sayang aku kurang cepat sampai akhirnya ke Artha menangkap ku dan mulai menyerang ku bertubi-tubi.

"gak kak ah aku capek"

kataku menolaknya

"aku gak"

jawabnya

"1 ronde aja"

kataku langsung

"gak 3"

jawab nya cepat di sela sela kissnya yang semakin hot

"aah kak jangan"

kataku merasa geli

"kak kak gak kak gaaaak aah"

akupun hanya bisa pasrah menerima semuanya hingga pada akhirnya aku yang kelelahan dan males ngapa-ngapain membuat kak arta kesusahan.

tengah malam dia membangunkanku karena Bu Inah memanggil.

aku selalu mengacuhkannya

"urus sendiri kak, aku capek!! siapa suruh buat aku capek aku bilang 1 kamu bilang 3, rasain!! aku mau tidur!!!"

kataku menarik selimut

"yank ih, Tika nangis looh"

"bodok amat"

cuekku

"YAaank!!"

panggil nya dengan nada sedikit tinggi

"APAA!!!"

jawabku kesal

"ok ok ampun bos"

katanya keluar dari kamar

aku yang memang sudah benar-benar lelah dan mengantuk langsung tertidur dengan sangat lelap.

mataku yang masih terasa sangat berat tapi aku harus bangun mendengar alarm pagi itu aku duduk dan mulai membuka mataku, melihat ke sisi kiriku ke Alfa tidak ada segera aku bangkit menuju ke kamar mandi mencuci muka.

"kak Arta tidur di mana masih jam segini"

kata ku melihat ke jam dinding yang masih menunjukkan jam 05.40 pagi

Aku berjalan keluar kamar dan mencoba melihat ke kamar anak-anak saat itu aku tersenyum melihat suamiku yang memeluk putranya dalam tidurnya yang lelap.

aku mendekat dan coba membangunkan kak Arta.

"kak bangun kak"

kakakku membangunkannya

"hhmmm"

jawabnya

" yuk kita mandi dulu habis itu salat subuh"

ajakku

"iya iya"

Kak Arta mulai duduk

begitu nyawanya telah terkumpul kembali kak Arta pun bangkit dan menuju ke kamar kami, untuk menghemat waktu kami pun mandi bersama.

================================

semoga suka

avataravatar
Next chapter