102 pulang

malam ini di jam keberangkatan Balri dan Panji kami pun mengantar mereka ke bandara.

"hati-hati dijalan kalian ya, aku kirim salam sama Yulia ya bal"

kataku pada balri

"iya iya tar"

angguknya

"Panji main ke rumah kakak kapan kapan yaa"

aku mengusap kepalanya

"hehehe ok kak"

dia tersenyum

"kita pergi ya tar, kalian jangan lama lama ooy kasihan anak"

"oh iya yank, gimana anak kita yaaa"

panik

"dasar bapak somplak yaa gini sama anak aja dia gak ingat, ya udah bye"

pergi menuju ke pesawat

karena kak arta yang saat itu sudah panik pun langsung mengajak aku pulang ke rumah ibu Melani.

sesampainya di rumah dia langsung mencari ponselnya dan menelpon ayah.

"Aku kangen sama anak-anak"

katanya

dan pada saat itu aku hanya melihatnya saja menunggu kelanjutan apa yang akan terjadi.

"halo ayah, gimana keadaan ayah sehat"

tanya kak Arta basa-basi

"hola halo halo hola!!

udah nggak usah telepon-telepon kami lagi!!

gak usah ingat anak kalian lagi!!!

udah jadi anak ayah mah Bunda ini!!!

nggak usah pulang pulang kalian!!!

bentar apa bentar ya udah hampir seminggu!!!"

tuut tuuuuut tut

dimatikan

"mati aku"

kata kak arta memucat

dan aku yang sudah menebaknya akan seperti itu akhirnya pun tertawa dengan sangat lepas

"hahahahahahahaha"

"kamu mah yank, udah ih diam aku mau coba telepon lagi"

katanya kembali menelpon ayah

setelah kak Arta mencoba beberapa kali menelepon ayah sama sekali tidak mengangkatnya, itu membuat kak arta semakin bingung dan panik.

sampai akhirnya aku pun bangkit mencoba menenangkan kak arta lalu menyuruhnya duduk.

"coba aja kakak kirim SMS jelasin sebenarnya kita disini sedang menangani masalah apa kalau memang ditelepon nggak diangkat pasti kalau di-sms ayah baca dong"

kataku

"hhmm ok lah yank"

"eeh tunggu tunggu, kamu kok nyantai-nyantai aja sih yang"

tanyanya

"oohh aku, udah biasa jadi nggak terlalu kaget sih hehehe"

jawabku dengan tertawa kecil

"ihh kamu yaa"

katanya melirikku

kak Arta pun langsung mengetik SMS yang berisi penjelasan soal masalah yang kamu hadapi selama di sini, panjang kali lebar isi SMS itu akhirnya pun dikirim tapi itu membuat kak Arta kembali bangkit dari duduknya dan mondar-mandir seperti setrika.

"gimana ini yank"

tanyanya

"sabar kak"

dan ternyata apa yang ku katakan tadi benar ayah menelpon kak Arta

"halo ayah, arta minta maaf ya kalau sampai mengabaikan anak-anak"

kata kak arta langsung

"hmm ya udah, kapan kalian balik ini Arfa sama Tika sering nangis nyariin"

kata ayah

"besok yah besok kami pasti pulang"

jawab kak Arta langsung

"oh ya udah kalau gitu, besok hati-hati kalian ya di jalan"

"iya yahh, juga jaga kesehatan ya"

"iya iya iya baweel, kesehatan asik-asik kesehatan kalian ini ya ayah kalian ini dengar lho nggak usah diulang-ulang"

"hehehehe iya yah"

"ya udah kalau gitu, ayah tutup ya"

"iya yah"

setelah telepon ditutup barulah kak Arta merasa lega.

saat duduk bersamaku kami membicarakan soal kepulangan kami.

karena memang sudah malam dan ibu Melani pun belum ada kelihatan kami terpaksa mengetuk pintu kamarnya untuk meminta izin padanya.

"ibu Melani"

panggil ku

"iya sebentar"

sautnya dari dalam kamar

dan tak lama pun ibu Melani membukakan pintu

"ada apa"

tanyanya

"begini buk"

"tunggu tunggu"

katanya memotong perkataan ku dan berjalan ke samping kamarnya yang ternyata ruang kerjanya

"ok ok, silakan duduk kalian mau bicara apa"

kata ibu Melani mempersilakan kami duduk

"jadi begini Bu,sebelumnya memang kami nggak bisa berlama-lama karena meninggalkan anak-anak di rumah bersama kakek dan nenek mereka dan besok rencananya kami akan pulang"

langsungku

"laah kok cepet banget sih kalian pulang"

katanya dengan nada kecewa

"mau bagaimana lagi Bu kasihan anak-anak tadi barusan telepon mertua katanya mereka nyarikin terus"

lanjut kak arta

"yaaah,itulah kalian kenapa coba ditinggalin anak-anaknya kan nggak bisa lama-lama"

"ya kita kan nggak tahu kalau masalahnya bakal kayak gini Bu, kami kira ya rapat biasa gitu"

jawab kak Arta lagi

"hhmm iya sih"

"entah besok pagi kita nggak sempat ketemu Bu saya mau pamit sekarang aja dan sebentar lagi kami bakal kemas-kemas,ibu sehat-sehat ya di sini kalau ada masalah hubungin aja kita mana tau kita bisa bantu"

kataku menggenggam tangannya

"waah kalian ini yaaa, ya udah iya iya kalian pun juga kayak gitu ya sehat-sehat akur akur terus sering main ke sini juga dan hati-hati untuk besok kalau di jalan"

kata ibu Melani memelukku

"iya buk"

jawabku

"ya udah Bu kalau begitu kami permisi kembali ke kamar ya mau langsung berkemas aja nanti pagi langsung berangkat"

kata kak Arta

"oh iya iya, aah sepi lagii lah rumah saya ini"

keluhnya lagi

"hehehe kalau nggak bakar rumah orang Bu biar rame"

canda kak Arta

"hahahahah kamu ini Lo ar ada-ada aja"

Bu Melani pun tertawa lalu menepuk pundak kak Arta cukup kuat

"hehehehe"

"permisi ya buk"

kataku dan kak arta dan pergi

kami langsung menuju ke kamar mencari koper kami dan mengemasi semua barang-barang setelah hampir setengah jam kami pun selesai berkemas, tak lupa kak arta memesan tiket online lalu kami pun langsung tidur.

saat pagi sudah datang kami langsung bangun dari tidur kami dan membersihkan diri lalu keluar dengan membawa koper kami masing-masing.

sebelum pergi kami pun menyempatkan diri untuk sarapan bersama dengan ibu Melani dan juga Nirmala.

"kalian kalau memang ada waktu luang main-main lah ke sini, ajak juga si kembar"

kata ibu Melani mengantar kami di depan pintu

"insya Allah ya Bu kalau memang ada waktu dan kesempatan"

jawabku mengusap kepala Nirmala

"Nirmala jadi anak yang nurut sama mamah nya ya kapan-kapan tante main ke sini lagi bawain adik kembar ya"

kataku saat itu

"ya udah kalau gitu Bu kami pamit ya ibu sehat-sehat di sini"

kata kak arta

"iyaa"

kami pun pergi langsung menuju ke bandara setelah menunggu beberapa menit kami pun langsung masuk ke pesawat menuju pulang rumah kami tercinta.

setelah perjalanan beberapa jam akhirnya kami pun sampai di bandara xxx, kak arta langsung memesan mobil dan langsung mengantar kami pulang ke rumah.

walau tubuh rasanya sangat lelah seperti habis digebukin orang sekampung aku tidak menghiraukan itu semua karena memang rindu terhadap kedua anakku lebih besar dari rasa lelah itu.

begitu turun dari mobil aku langsung menuju ke rumah ayah dan bunda.

"assalamualaikum"

"waalaikumsalam"

"loooh udah pulang"

kata bunda

"udah bun, mana anak anak bun"

tanyaku langsung

"jam segini yang masih tidur kok"

jawab bunda

"oohh iya yaa"

melihat jam yang sudah hampir jam 1 siang

saat itu aku bercerita cerita dengan Bunda soal masalah yang kemarin kami hadapi dan Bunda pun mengerti dengan cepat.

berhubung anak-anak masih tidur aku pun ingin tidur juga bersama mereka karena memang aku sangat lelah.

aku masuk kedalam kamar melihat putra dan putri sedang tertidur sangat puas, aku mendekati mereka secara perlahan membelai rambut mereka dan pipi mereka yang sangat lembut.

aku baringkan tubuhku di tapi ranjang dengan sangat perlahan agar tidak membangunkan mereka, karena memang aku benar-benar lelah dan akupun langsung terlelap.

miauw miauw mi mi mi mi

mataku yang benar-benar terasa berat saat itu pun terbuka karena suara ponselku yang sangat berisik.

aku melihat ke sebelah ku ternyata kedua anakku sudah bangun, segera Aku mencari ponselku yang berbunyi tadi ternyata aku mendapati pesan dari Yulia

saat mata yang belum benar-benar terbuka dan aku pun belum benar-benar sadar dari tidurku tiba-tiba kaget dengan pesan suara dari Yulia itu.

"tar tolong aku tar!! aku pendarahan perut aku sakit banget ini, balri lagi nggak ada di rumah dan gak bisa di hubungi pembantu juga pada pulang kampung dan entah ke mana tolong aku tar"

Aku benar-benar kaget saat itu dan langsung menelpon nya.

"Yul kami di mana!??"

kataku

"aku di kamar tar aku bener-bener nggak bisa bergerak tar sakit banget"

katanya lemas

"kamu tahan sedikit lagi ya aku OTW sekarang ke sana sama kak arta"

kataku ikut panik

dengan kepanikan yang memuncak segera bangkit dari tempat tidurku langsung berlari menuju ke rumah kami.

Aku mencari kak arta yang ternyata sedang menonton TV dengan ayah saat.

"KAK!! ayo ikut aku sekarang"

kataku cepat

"kamu kenapa sih yang kok tiba-tiba jadi panik gini ada apa"

tanyanya kaget

"aku nggak ada waktu lagi untuk jelasin Kak ayo cepetan kita ke rumah Balri sekarang"

aku langsung menyambar kunci yang memang tidak jauh dari situ dan pergi

"YAAANK!!"

teriakan Arta memanggilku yang terus berjalan

"ada apa!!?"

kak arta berlari mengejar ku

"udah pokoknya kakak naik nanti aku jelasin di jalan"

kataku cepat

"ya udah ok, biar aku aja yang bawa"

katanya merebut kunci di tanganku dan langsung masuk ke dalam mobil

saat di perjalanan pun kak Arta terus menanyaiku dan akupun menjawab semua pertanyaan.

saat itu dia sangat kaget dan langsung memacu cepat kendaraannya.

setelah beberapa menit di perjalanan akhirnya kami pun sampai, memang benar rumah mewah itu hanya dijaga beberapa pengawal diluar dan begitu kami dipersilahkan masuk kedalam rumah mewah itu sangat sepi.

"aduuh kak aku lupa lagi yang mana kamarnya"

kataku dalam kepanikan

"telpon Yulia"

dengan cepat aku pun langsung menelpon Yulia dan aku langsung menanyainya, Yulia dengan suara yang sangat pelan berusaha menjelaskan.

aku yang mengerti langsung berlari menuju ke kamarnya diikuti oleh kak arta.

kami langsung masuk ke kamarnya dan betapa kagetnya kami melihat Yulia sudah berlumuran darah terduduk bersandar di depan pintu kamar mandi.

"YULIA!!"

teriakku dengan mataku yang benar-benar terbuka lebar melihatnya

kak arta pun dengan sigap nya langsung menggendongnya dan membawanya ke dalam mobil.

tadi dalam perjalanan menuju ke rumah sakit Aku terus berusaha menelpon balri tapi benar-benar tidak diangkat sama sekali.

"ini anak ke mana sih ahh!! gila"

kesalku

"telepon terus yank"

"aduuh balri"

kesalku lagi

aku tinggalkan ponselku dan fokus pada Yulia yang sudah sangat pucat aku berusaha menguatkannya agar dia tetap bertahan dan tidak kehilangan kesadarannya.

"semoga aja gak macet"

kata kak Arta

tin tin tin tiiin

sedari tadi di perjalanan kak Arta terus menekan klakson mobilnya agar orang-orang yang ada di depan menepi, bahkan di jalanan lurus kak arta memijat pada pegas dengan kecepatan penuh.

sampai akhirnya kami menerobos lampu merah yang sepi membuat kami dikejar salah seorang polisi dan kak arta pun tetap tidak menghiraukannya.

akhirnya kamipun sampai ke rumah sakit kak Arta langsung memanggil suster dan mereka yang di situ pun dengan sigap membawa dan segera melakukan tindakan.

"hei hei tunggu!!!"

kami pun berbalik melihat sumber dari suara yang ternyata tidak lain adalah polisi yang mengejar kami tadi.

"kalian ini melanggar lalu lintas dan mengendarai mobil dengan kecepatan penuh"

omelnya

"iya iya pak tilang aja, berapapun nanti saya bayar"

kata kak arta kesal

"dasar manusia nggak beretika udah tau salah malah nggak sopan, sok kaya paling juga mobil masih punya bapak kamu"

omelnya

"eh pak kalau punya mulut tuh dijaga ya, saya itu melanggar aturan demi menyelamatkan nyawa orang lain maka lihat baju saya yang udah berdarah-darah ini apa mata bapak buta"

kak Arta mulai emosi

"tenang kak, ihh udah ah"

kataku berusaha menenangkan

"ya udahlah pak bapak kalau memang mau tilang tilang aja nggak usah bicara berlebih-lebih dari permasalahan deh"

lanjutku

si bapak yang tadi mengomel pun hanya tertunduk diam menulis surat tilangnya,setelah dia menyelesaikan surat tilangnya dia pun pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun.

aku kembali memikirkan Julia yang berada di dalam tanah, semoga saja tidak terjadi apapun baik itu Yulia maupun dengan anaknya.

avataravatar
Next chapter