46 mirip

aku sedang mengamas semua barang bawaan karena kami akan pulang hari ini,

tak lama setelah aku selesai dan duduk pak supir pun datang untuk membawa semua barang kami.

saat di dalam mobil pun kak arta hanya diam dan duduk berjarak jauh denganku, aku merasa sakit tapi apa yang bisa aku lakukan aku hanya diam dan bersabar.

akhirnya kami sampai, begitu pintunya di buka Arfa dan mama sudah menyambut kami, saat itu kak arta yang kaget melihat Arfa, dia terpaku diam di tempat membisu sampai Arfa mendekat selangkah demi selangkah dan memeluk kakinya.

"yayah"

tariknya celana itu

"mah"

panggil nya dengan mata melotot

"iya itu anak kamu"

kata mama

"aku beneran udah jadi ayah"

katanya masih tak percaya

perlahan dia turun dan menatap Arfa dengan lama dan akhirnya memeluk dan menggendongnya.

"seperti melihat diriku di waktu kecil, ya kan ma"

berbalik

"iya nak,looh kok kamu nangis kak"

kata mama

"hah nangis"

memegang pipi

kami semua yang bingung menatapnya meneteskan air, langsung di peluknya Arfa dengan erat dan menciumnya berkali kali, saat itu aku sadar kalau ikatan darah ayah dan anak itu berkaitan dengan batin walau kak arta sedang dalam keadaan tak mengingat tapi hatinya yang sangat mencintai anaknya ingat kalau dia seorang ayah yang baik.

"yayah yayah endoong"

lamunanku buyar seketika mendengar suara Tika yang berlari menuku ke kak arta.

aku sangat ingin memeluk erat mereka bertiga tapi apalah daya pasti kak arta tak akan mau menerima pelukanku.

"kak kamu lupa nama mereka juga kan, ini Arfa ci abang dan ini Tika"

jawabku dan pergi

"kalau kamu"

tanyanya membuat langkahku terhenti saat itu rasanya sakit sangat sakit, walau aku tau dia memang lupa tapi ini tetap terasa sakit aku menahan tangisku dan tersenyum melihat ke arah suamiku itu.

"Tarika umaya"

kataku dan kembali berjalan pergi

segera aku ke kamar menenangkan diri menangis sebentar dan lalu turun lagi, aku lihat jam sudah waktu minum susu, akupun ke dapur untuk membuatkan susu.

"Arfa sayank, sini bunda buat susu looh"

panggilku tapi malah gak ada

"di kamar sama arta kak"

jawab kitty

akupun segera naik ke atas dan langsung masuk ke kamar kak arta.

"kaak"

masuk

"heey!! kalo masuk itu pintu di ketuk dulu"

omelnya karna dia sedang mengganti pakaian

"halah lebai banget kak, gak usah sok suci deh kak itu dua anak yang di belakang kamu gak bakal keluar kalau kamu gak pernah polos di depan ku"

cuekku

"oh iya juga yaa, heei tapi tetep aja aku belum terbiasa"

omelnya lagi

"halah lebay, Arfa sayaank nih bunda bawain susu mau"

mendekat ke pada keduanya

"hei kamu cuekin aku"

omelnya

"iihh berisik"

tolehku

"eneen enen unda"

rengek Tika

"iya sayank iya"

duduk dan membuka ret seleting baju

"eh eh eeeh heei"

teriaknya

"apaan cih kak"

bingung melihat ke arahnya

"hei masak di sini"

menutup mata

"hahahahahaha dasar sok jual mahal biasanya aja hahaha malah minta ikutan kamu kak"

tawaku berdiri

"hah apa??"

kagetnya

"hahahahaha"

tawaku lagi

akhirnya aku melepas susuanku dan menggendong Tika dan pergi tapi malah Tika gak mau dan menangis dengan kerasnya.

"ya udah kamu keluar atau gak usah lihat kak aku belakangim kamu yaa, kasihan Tika nangis mungkin dia haus banget"

kataku mulai terbaring membelakanginya

"ya udah deh"

katanya

aku yang diam mulai bernyanyi pelan untuk menidurkan Tika tapi aku merasa semua begitu sepi, aku lepas perlahan susuanku menganggil Arfa dan kak arta.

begitu aku berbalik ternyata Arfa tidur di pelukan kak arta, aku pindahkan Tika ke tengah perlahan dan aku usap usap lembut punggungnya.

aku tatap wajah wajah sumber kebahagiaanku ini semua begitu polosnya saat tidur.

aku usap wajah Arfa dan Tika satu persatu sampai tanganku berhenti saat ingin mengusap wajah kak arta rasanya dada ini sangat sesak bagaimana tidak dia yang begitu dekat terasa sangat jauh bagiku, air mataku mulai menetes aku berdiri dari tidurku menaruh bantal di samping Tika dan melangkah pergi tapi akhirnya langkahku terhendi di dekat pintu dan aku berbalik lagi.

aku pandang dekat wajahnya masih tetap menangis aku dekatkan wajahku perlahan dan mencium lembut bibirnya dan meneteskan air mata di pipinya sambil memejamkan mata.

"aku cinta kamu kak selamanya"

kataku pelan dan lergi.

aku keluar dari kamar sambil menghapus air mataku yang sudah membasahi pipi.

"apa itu tadi!! "

menutup muka yang merasa panas

"kenapa aku malah diam dan pura pura tidur"

bingung

"kenapa pula jantung ini begitu berisik berdebar gak menentu"

menyentuh dada

"saranya gak cuman ingatanku yang hilang rasanya di sini juga ada yang hilang"

mengusap dada

"aah kenapa lagi aku ngomong sendiri?? gila"

bingung

sambil berbaring aku mengambil ponsel ku dari tas, aku pandang pandang foto foto di sana sangat banyak kebersamaan kami, kata katanya tadi entah mengapa membuat hatiku sakit, apakan rasaku sedalam itu padanya??

lagi aku buka buka ponselku aku menemukan beberapa video dan aku memutarnya.

"ini aku, ya ampun ini beneran aku sejahil itu kah aku, bahkan saat tidur"

kaget

"naah ini ulang tahun siapa?? oohh dia astaga aku bisa sehot itu cium dia bibir ini udah gak sucii"

menyentuh bibir

"oh iya jangankan bibir bahkan benda pusakaku ini sudah tidak lagi nih makanya dua bocah bisa ada"

menepuk kening

aku pun berbaring lagi menatap langit langit kamar menarik nafas dan membuangnya aku palingkan wajahku ke dua anak kecil yang sedang tidur pulas di sampingku, hatiku percaya mereka adalah anakku yaa darah dan dagingku.

"sayank maafkan ayah kalian ini yaa, ayah janji akan jadi ayah yang baik sayank dan maaf ayah belum menerima tarika sebagai istri dan ibu kalian walau sudah banyak bukti yang mengatakan tapi ayah kalian ini sama sekali gak bisa ingat"

usapku wajah mereka

aku memejamkan mata karna matamu lelah dan akhirnya tidur.

sampai aku terbangun mendengar suara orang mengetuk pintu dan menyuruh makan malam dan aku membuka pintu ternyata itu tarika.

"lah tadi main masuk aja ini kok mau ketuk"

tanyaku

"aku gak mau buat kamu makin benci sama aku kak"

pergi

"aku gak benci kamu tar"

menarik tangan

"aku tau kak"

melepas dan pergi

"kenapa rasanya sakit banget di dada yaa, apa ini sebenarnya"

mengusap dada aku pun segera turun tapi melihat tarika balik lagi ke kamar.

"mau ngapain lagi"

tanyaku tapi dia tetap diam

"hei tarika"

menghadang

"pindahin Arfa dan Tika takut jatuh nanty"

lanjut jalan

entah kenapa aku saat itu mengikutinya, lalu lihat dia dengan lerlahan dan lembut mengangkat Arfa dan menimangnya pelan aku yang merasa tergerak mengikutinya menggendong Tika juga dan dia pun mulai berjalan dan masuk ke kamar sebelah dan ternyata ada tempat tidur bayi di sana.

aku lihat dia meletakkan sangat perlahan akupun juga, padahal aku sudah bisa pergi turun dan makan tapi aku begitu betah berada di situ menatap mereka betiga.

"kak, udah sana duluan aja"

membubarkan lamunan

"ah iya"

segera pergi

====================

hai all

semoga suka yaaa

avataravatar
Next chapter