92 keputusan

"yuk yah"

kata bunda pergi

bunda yang saat itu langsung mengajak ayah pergi meninggalkan kami tanpa mengatakan apapun.

aku yang melihat kepergian bunda terasa sesak dan lemas.

aku terduduk melihat kepergian ayah dan bunda.

"gimana ini kak"

aku pun mulai menangis

"yang penting kamu tenang dulu ya sayang semoga aja semua ini masih bisa dibicarakan secara baik-baik"

memelukku

"tapi kak bunda"

aku semakin menangis

"cup sayank cup, kamu jangan nangis, semua yang kita lakuin kurasa sudah benar dan dengan tujuan yang baik juga. tapi kalau mungkin ayah dan bunda menilai cara kita salah memang kita salah sayank"

kak Arta mengusap pundakku

"kita harus gimana kak"

kataku bingung

"yang harus kita lakuin sekarang adalah tenang dan berusaha berbicara pada ayah dan bunda secara baik-baik, kamu jangan nangis lagi ya ayo kita masuk"

ajak kak Arta kembali ke rumah kami

aku menggendong Tika dan ke Artha menggendong Arfa kami masuk ke rumah dan melihat ayah dan bunda duduk di ruang tamu. saat itu aku mencari Bu inah

"buk tolong jagain Arfa dan Tika yaa, saya mau bicara sama ayah dan bunda dulu"

kataku memberikan kedua anakku padanya.

"iya nak iya"

angguk buk Inah dan menggandeng Arfa dan Tika

Aku menuju ke ruang tamu dan mulai duduk bersama ayah, bunda dan kak Arta.

baik aku maupun ke Artha saat itu hanya tertunduk diam menunggu ayah dan bunda berbicara.

tapi semuanya membisu bahkan bunda pun bangkit dari duduknya dan ingin masuk ke kamar.

"bundaaa"

panggilku

bunda berhenti dan diam aku pun melanjutkan perkataan.

"maafin kami ya ini semua kami lakukan untuk ayah dan bunda"

kataku lagi

"kalau ingin melakukan kebaikan emang harus dilakukan dengan dasar kebohongan"

jawab bunda berbalik

"memang semua yang kalian lakukan tidak merugikan kami sama sekali, tapi apakah kalian tidak memikirkan perasaan kami yang kalian bohongi"

lanjut bunda lagi

"udah lah Bun, sini duduk dulu"

ayah mengajak bunda untuk duduk

"ayah bunda tarika minta maaf memang cara kami ini salah tapi yang kami lakukan ini untuk ayah dan bunda"

kataku dengan tenang

"atas dasar apa kakak melakukan ini semua, kalau rumah kita masih punya disana lah terus untuk apa coba bangun rumah di sini"

kata bunda

"betul kata bunda kamu nak, kita masih punya rumah di kampung iya rumah kita yang lama, ayah rasa pun kamu terlalu berlebihan untuk apa coba semua itu"

sambung ayah

"tarika nggak mau kalian tinggal jauh dari aku, sebelumnya ayah dan bunda memaksa untuk pulang tanpa alasan jadi saat itu aku berfikir apa mungkin kalian enggak nyaman tinggal satu rumah bareng sama kami"

jelasku

"kami itu bukannya merasa nggak nyaman tinggal bareng kalian, hanya saja kalau orang tua tinggal dengan anaknya yang sudah menikah itu bakal sering terjadinya keributan dan baik ayah maupun bunda sangat memikirkan itu"

jawab bunda

"iya nak, maksud ayah kami pulang ke rumah yaitu tapi kalau kalian melakukan hal ini apalagi dipikirkan secara sepihak bagaimana nasib rumah yang di sana kalau misalnya kami tinggal di sini"

kata ayah

"rumah kita yang lama mau di biar biar kan gitu mau ditinggalin hantu, tar di sana juga banyak kenangan dan enggak segampang itu buat meninggalkan dan melupakannya"

lanjut bunda

"tarika tahu, sebelumnya memang sudah pernah terpikir di benak tarika tapi yang semua kami lakukan ini memang benar-benar untuk ayah dan bunda agar kalian bisa tetap disini bersama kami"

kataku kembali tertunduk

"ayah bunda Arta juga minta maaf kalau semua ini kami lakukan dengan kebohongan, baik tarika ataupun aku sama-sama sepakat untuk membuat ini semua dan menerima apapun risikonya,terserah ayah dan bunda kalau memang masih tetap bersikeras untuk kembali ke rumah lama ataupun tinggal di sini bersama kami"

pasrah kak Arta

"ya sudah lah semua juga sudah terlanjur terjadi mau bagaimana lagi, kalau soal mau tinggal di sini atau enggak nanti kami bicarakan lagi"

kata ayah dengan tenang

"ya udah yuk yah kita masuk dulu"

ajak bunda

aku dan kak arta hanya bisa terdiam melihat mereka pergi memasuki kamar, masih tetap tertunduk aku mulai meneteskan air mata.

"gimana kalau ayah dan bunda nggak mau tinggal sama kita kakak"

kataku

"jadi kita harus gimana lagi ya kita harus terima semua itu keputusan mereka"

kak Arta menepuk pundakku

kak arta bangkit dari duduknya dan mengajakku masuk ke kamar, sesampainya kami di kamar aku masih terisak isak dalam tangisku.

Kak arta duduk di sampingku lalu memelukku dengan lembut ditatapnya wajahku dan di usapnya air mataku.

"kamu yang kuat ya untuk terima semua ini"

katanya

aku hanya mengangguk

tanpa sadar ternyata aku tertidur dan sekarang aku baru bangun aku lihat jam di dinding kamarku.

hari baru telah datang segera aku bangun dan menyegarkan diri dengan mandi.

aku bangunkan kak Arta karena hari ini dia akan kerja shif pagi.

"kak bangun udah jam setengah 6, kita salat Subuh yuk"

kataku membangunkan

"hhmm iyaaa"

katanya masih berbaring

"cepetan bangun aah aku ambil wudhu dulu yaa awas kamu gak bangun pas aku balik"

kataku mencubitnya

"auw!!! iya iya"

katanya bangkit

begitu aku keluar dari kamar mandi sehabis mengambil wudhu aku lihat suamiku itu sudah berdiri di pintu kamar mandi dengan memegang handuk dan matanya masih terpejam saat itu tanganku yang masih basah aku cipratkan ke wajahnya.

"YAAANK ih"

katanya membuka mata

"udah cepetan"

kataku

"iyaaa"

masuk

setelah mengenakan mukenah aku menunggunya,setelah beberapa menit dia pun selesai mandi langsung mengenakan pakaian kami pun salat bersama.

begitu kami selesai sholat kak Arta yang didepanku memimpin membaca doa dan aku di belakangnya mengikuti.

begitu selesai dengan doa dia kembali menunduk saat itu aku memperhatikannya yaa suamiku yang sekarang telah menjadi orang yang lebih baik, suamiku telah menjadi laki-laki yang bertanggung jawab, laki-laki yang mau membenahi dirinya dan mengajak aku ikut bersama.

"loh yang kok nangis"

katanya berbalik

"hah!!"

aku yang tadinya kaget langsung ma hapus air mataku dan kak arta pun saat itu langsung mendekat lalu memelukku, tidak ada sepatah kata pun yang bisa kuucapkan saat itu di dalam hati hanya ada rasa syukur aku bisa memiliki suami seperti kak arta.

dalam pelukannya yang hangat dan nyaman dia membelai aku dengan lembut diangkatnya daguku dikecupnya keningku dan dia mengatakan.

"apapun masalahnya dan sebesar apapun masalahnya aku akan selalu ada bersamamu dan jangan pernah berpikir kamu sendiri karena aku selalu ada disisimu"

"Aku cinta kamu tarika"

"selamanya"

itu yang dia katakan saat berusaha menenangkanku

"aku juga Kak insya Allah akan selalu bersamamu dan selalu mencintai"

jawab aku memeluknya erat

setelah jadi lebih tenang, Aku bangkit dan melepas mukenah ku dan aku merapikan semua sajadah dan menyusunnya kembali ke dalam lemari, aku pergi ke kamar mandi mencuci wajahku yang sedikit kurang nyaman karena air mata yang tumpah ruah tadi.

begitu selesai aku keluar dari kamar dan langsung turun ke dapur mengerjakan semua pekerjaanku yang biasa aku lakukan di pagi hari.

Aku membuat sarapan dengan bahan-bahan yang masih ada di dalam kulkas di dapur, begitu aku selesai masak dan masih mencuci piring kak Arta turun membantu aku menyusun piring-piring ke rak dia hanya tersenyum membuat hatiku semakin senang dan tenang saat itu.

"aku panggil ayah dan bunda dulu ya kak, biar kita sarapan bareng"

kataku setelah meletakkan semua menu sarapan diatas meja

"ok sip"

jawab kak Arta dengan santai

Aku berjalan menuju kamar ayah dan bunda, aku berhenti tepat di depan pintu kamar mereka, sejenak aku berhenti menarik nafas dan menyiapkan diri.

"ayah bunda kita sarapan bareng yuk, tarika udah siapin semua"

kataku dari luar

masih tetap berdiri menunggu dengan sabar nya baik ayah maupun bunda tidak memberi jawaban apapun.

"ayah bunda"

panggilku lagi

mereka tetap membisu aku pun berbalik badan dan melangkahkan kaki pergi kembali kemeja makan bersama kak Arta.

"loh ayah dan Bunda mana yang"

tanya kak Arta

tanpa menjawab Aku hanya menggelengkan kepala segera aku mengambil piring dan mengambilkan sarapan untuk kak Arta.

aku kembali menundukkan kepalaku merasakan kesedihan itu mulai datang kembali.

"masak apa"

aku yang saat itu kaget dan tidak percaya langsung mendongakkan kepalaku melihat suara itu, dan memang benar itu adalah suara ayah.

"ayah"

kataku kaget

"hmm"

kata ayah dan tersenyum

"bunda sini duduk, tarika masak nasi goreng telur mata sapi, ini ada tahu tempe gorengnya sama daun selada juga"

kataku menunjukkan

"iya iya tau, ya udah lanjut makan lagi sana"

kata bunda

aku sudah merasa sangat senang walaupun bunda saat itu masih sedikit cuek.

begitu kami selesai sarapan ke Artha pun berpamitan pergi kerja.

seperti biasa aku kembali ke dapur dan memasak lauk untuk makan siang dan makan malam, Bu Inah saat pagi sudah mengurusi Arfa dan Tika jadi aku tidak terlalu kerepotan karena dibantu oleh.

"manaa laah sapu ini yaa"

kataku mencari

"tar"

panggil ayah

deg deg

"hhmm iya yah ada apa"

mendekat

"sini duduk dulu ayah dan bunda mau bicara"

dig dug dig dug

"kenapa yah"

tanyaku

"ini soal yang tadi malam"

lanjut ayah

saat itu aku hanya menatap dengan serius bersama dengan debaran jantung yang sudah mulai terasa sedari tadi

"jadi setelah pembicaraan semalam ayah dan bunda memutuskan untuk"

terputus

"untuk apa ayah"

aku tak sabar

"ayah dan bunda akan. . . "

terputus kembali

"ya ampun ayah lebay banget sih, udah ngomong aja tarika udah penasaran banget nih"

kataku langsung dengan tak sabar

"Yo wes lah nggak usah jadi lah, nggak jadi"

kata ayah berdiri

"ayah ih"

panggilku

"yowes lah bunda aja yang ngomong"

kata bunda

"apa Bun"

aku menatap bunda

deg

deg

deg

deg

"kami akan tinggal di sini"

"Hah!! apa!!? ulang lagi bunda"

kataku semangat

"bunda bilang kami akan tinggal di sini"

ulang bunda

"ulang bunda"

kataku masih tak percaya

"Oalah duwe anak kok budeg eram toh, satu kali ngomong nggak denger dua kali nggak denger korek kuping nya pakai sekop sana"

kata bunda kesal

"hahahaha ini gak mimpi kan"

kataku bangkit dan langsung memeluk mereka

"terima kasih karena kalian mau tetap di sini"

kataku dan mencium pipi mereka

==========================

semoga suka

jangan lupa tulis ulasan ya

kira-kira gimana ya kehidupan kak Arta dan tarika setelah ayah dan bunda ada

😘😘😘😘😘

avataravatar
Next chapter