64 kenyataan

di rumah balri

"kak"

"iya tari, kenapa"

menatap

"hhmm semalam aku mimpi mama deh kak, aku kangen banget sama masakannya mama, mama kapan pulangnya sih kak"

aku bagai tersambar petir saat itu, akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut tari, aku yang saat itu tak bisa mencawab hanya bisa diam memikirkan apa kiranya alasan kali ini untuk mengelakkan

bertepatan saat itu suamiku baru pulang aku segera mendatanginya

"eeeh kakak udah pulang"

kataku sambil salim

saat itu juga aku berusaha mengkode suamiku untuk pergi tapi dia maah gak ngerti dan balik memplot tapi aku.

aku yang saat itu mulai greget melihatnya langsung menariknya ke kamar.

"kenapa sih yank kamu kelilipan apa sini aku tiup"

katanya mendekat

"iihh bukan dasar gak peka"

kataku kesal

"lah apa aku tahu kamunya aja nggak ngomong"

bingung

"ihh sebel aku"

meletakkan tas di meka

" sayang suami kamu ini bukan peramal lo"

memeluk

"serius deh kak"

berbalik

"hhmm apa aku mau dengar kalo gitu"

duduk di tepi ranjang

"kak, tari nanyakin mama dan papa gimana"

kataku duduk

"hhm hah"

menghela nafas

"ya udah lah yank mungkin ini memang udah saatnya dia tau semua kenyataannya"

menunduk

"iya sih kak, aku pun merasa berat terus jadinya aku malah bersalah pula kak"

menggenggam tangannya

"ya udah kita siap siap yuk kemakan mama papa, suruh tari siap siap sampai di sana kita jelaskan semua ke dia ya"

berdiri dan menuju lemari

aku yang saat itu pun mulai berganti baju dan sehabisnya langsung memberitahu pada tari Kalau kami akan pergi bertemu dengan Papa dan Mama.

" Dek Cepetan ganti baju kita mau ketemu papa mama"

kataku sambil sedikit tersenyum

" Beneran Kak papa mama?? waaahh asik donk, Oke tunggu sebentar ya"

katanya dengan penuh semangat

" ya cepat yah"

aku yang saat itu langsung berbalik rasa hati ini terenuh sakit setiap langkahku aku berkata dalam hati

" Dia anak yang kuat, Dia anak yang kuat"

aku tak tahu bagaimana perubahan wajah ceria dan semangat nya tadi jika nanti dia tahu kenyataan.

setelah akhirnya kami selesai barulah kami berangkat sebelum pergi tidak lupa pula aku mengambil bunga-bunga yang ada di belakang juga membawa air untuk setidaknya disana dan aku letakkan di dalam tas.

beberapa menit di dalam perjalanan dia selalu bertanya.

" Papa Mama nunggu di mana Kak "

"restoran"

"hotel atau di bandara"

dengan keponya

baik aku maupun kak balri saat itu tak bisa menjawab apapun karena dari semua yang dia katakan Mama dan Papa tidak ada di situ dan kami hanya bisa mengatakan.

" Sabar ya Dek Nanti kalau udah sampai kamu tahu kok"

kataku dengan lembut ditambah senyuman yang tipis

aku yang sesekali melihat kearah suamiku yang sudah tidak dapat menahan tangisnya sedikit demi sedikit air matanya menetes dan dia segera menyekanya takut nanti kalau adiknya melihat.

luka yang harusnya terpendam dan tak pernah terulang tapi hari ini harus terulang lagi sakit yang dulu sudah dilupakan sekarang harus datang lagi.

orang tua baik itu ayah atau ibu adalah tokoh utama yang sangat dicintai bagi seorang anak dan seorang ayah adalah sosok cinta Pertama bagi putri putrinya dan begitu pula bagi seorang anak laki-laki pada ibunya.

semua orang tahu saat mata seorang bayi terbuka untuk pertama kalinya yang di lihatnya adalah sosok seorang ibu, pertama kali orang yang memeluknya saat menangis, tangan hangat yang pertama kali menyentuh nya dengan lembut semua adalah orang tuanya, kasih sayang orang tua tidak pernah terhitung dan tidak ada yang pernah bisa menuliskan begitu banyak yang sudah dilakukannya dalam hidup seorang anak, Jadi kalau kamu punya orang yang mencintaimu sekarang Jangan pernah bandingkan cinta dan kasihnya dengan cinta dan kasih dari orang tua apa lagi seorang ibu yang tiada duanya.

buat kita yang masih memiliki orang tua, masih miliki seorang ayah dan seorang ibu jagalah dia baik baik, baik itu perasaan ataupun fisiknya, saat dia menua sayangilah dia seperti dia menyayangimu saat kamu kecil, berikanlah cinta terbesarmu hanya untuknya, saat dia masih ada bersamamu jangan sampai ada penyesalan saat nanti dia pergi terlebih dahulu darimu karena keinginannya mungkin yang belum tercapai atau ada kata yang Pernah terucap dari mulut belum sempat dimaafkan dan hanya akan ada tangisan setelah itu, dia yang sudah kembali tidak mungkin akan bangkit kembali dari tidur abadinya.

kematian adalah perpisahan yang kekal yang siapa pun tidak akan pernah bisa untuk meramalkan Kapan setiap orang yang bernyawa akan kembali pada penciptanya.

begitu Kami sampai di pemakaman.

"loh kak kok kita ke pemakaman sih serem banget deh kak, mau ngapain"

tanyanya lagi

" udah yuk, kita udah ditungguin"

kata aku saat itu dan menggandeng tangannya

langkah demi langkah aku yang sudah tidak dapat membendung perasaanku akhirnya meleleh tapi segera menyeka air mata itu, tak lama kami pun sampai.

"hai ma, pa Balri datang lagi dan sekian lama Papa dan Mama menunggu akhirnya"

duduk

" maksud kakak apaan sih"

mentap

" Dek sebelumnya Kakak minta maaf, sebenarnya papa dan mama sudah lama pergi meninggalkan kita pergi jauh dan tak akan pernah kembali, mereka telah meninggal dunia tempat dimana kecelakaan kalian waktu itu terjadi"

kata kak balri mulai meneteskan air mata

saat itu aku yang sudah menangis melihat kearah Tari yang jatuh terduduk dan lemas dan syok, wajahnya seketika memucat tak percaya dengan kata-kata yang baru saja keluar dari mulut kakaknya.

"ini bohongan kan Kak enggak lucu Kak enggak lucu"

mulai menangis

"ini mungkin memang menyakitkan tari tapi ini adalah kenyataan sayank, maafin kakak ya selama ini menunda nunda untuk memberi tahu semua"

memeluk

"gak mungkin kak gak mungkin tari gak bisa percaya ini gak gak gak"

berlari pergi

tapi begitu tak jauh dia perlari dia pun terjatuh dan menangis sejadi jadinya di situ aku menghampiri dia yang meringkuk pilu, aku yang saat itu juga merasakan kepedihan itu juga ikut menangis saat memeluknya, aku tepuk tepuk pundaknya lembut.

"yuk tari kita lihat makam mama dan papa"

ajakku pada adik iparku itu

"gak kak tari mau pulang kak tari gak mau kak tari gak bisa terima ini kak"

mencengkram bajuku dengan eratnya

"sayank, kakak percaya tari adalah gadis yang kuat, yuk sayank, Mama dan Papa sudah sangat lama menunggu tari sadar sayank"

pelukku

"gak gak tari gak mau kak, tari gak bisa kak!! tari ini banyak salah ke mereka apa lagi ke mama kak tari belum sempat minta maaf karna kejahatan tari kak"

semakin menjadi

"sayank, mama papa gak pernah marah apa lagi benci ke tari gak sayank gak, orang tua akan selalu memaafkan semua kesalahan anaknya sayank, yuk! tari kangen kan sama mama papa"

pelukku

setelah itu barulah dia mau bangkit dan mendekat ke makam Papa dan Mama di tengah-tengah dia terduduk dan akhirnya memeluk ke_2 makam sambil menangis mengeluarkan semua isi pikiran dan hatinya.

suamiku yang saat itu sedari tadi sudah menangis sekarang memelukku dengan eratnya ikut larut dalam kesedihan.

" hai mah pah, hhuuuuuua huuuu huuu"

" Apa kabar kalian disana hiks hiks"

" maafin tari kalau selama ini tari belum jadi anak yang baik"

" maafin tadi Kalau tari selama ini masih suka bandel ya mah pah hiks hiks hiks"

" maafin tari kalau selama ini tari belum sempat bilang ke mama dan papa kalau tadi sayang banget sama kalian"

"mah tari kangen masakan mamah hiks hiks mah hiks"

"mah pah tari jadi lebih besar sekarang walaupun belum dewasa hehe, Oh iya Mah kak balri sekarang udah menikah loh, dan istrinya baik banget looh"

" Semoga Mama dan Papa di sana tenang ya Semoga Tuhan menempatkan Mama dan papa di sisi Tuhan Yang sebaik-baiknya I love you mom and dad"

itu kata terakhir yang dia katakan Sampai akhirnya dia memeluk kami berdua dan menangis lagi

"udah yuk dek, kita pulang lain waktu kita datang lagi ya dek"

kata balri mencoba untuk menyeka air mata dipipi Tari

"iya kak, mah pah tari pulang dulu yah, lain waktu tari akan main ke sini lagi"

kata tari

sebelum akhirnya kami pulang kami dari makam Papa dan Mama kami menebarkan bunga, menyiramkan air dan membaca doa, begitu semua selesai tari duduk kembali di tengah makam Papa dan Mama mencium batu nisan mereka dan kembali menangis kembali.

setelah tari lebih tenang kamipun pulang

avataravatar
Next chapter