58 kembali

"mbaak"

berlari memeluk

"siapa ini"

duduk bertanya

"ini arya anak kakak"

menggendong

"mirip banget sama kakak dulu yaa"

mencubit pipinya

dia yang baru masuk ke dalam rumah itu memperhatikan semua ruangan, Sebelumnya kami sudah menyiapkan kamar untuknya yang tepatnya mendekor ulang kamar lamanya.

"gimana dek kamu suka"

balri menatapnya

"hhhmm ini sih bukan selera aku tapi Ya lumayan lah"

masuk

dia yang mencoba duduk di atas ranjang membuka lemari, melihat isi laci meja rias nya dan membuka jendela, dia tampak senang dengan kamarnya itu.

hari-hari barunya entah dia yang merasa asing di rumah lamanya atau aku yang merasa terasingkan di di matanya.

saat makan malam pun tiba.

" Kakak suruh tari makan gih biar bareng sama kita"

suruhku

" udah kamu aja yang panggil aku sedikit lagi ada kerjaan"

masih menyuasun buku buku

"yaah kakak aja deh"

suruhku lagi

" udah nggak papa itu PDKT"

masih lanjut

"iihh nyebelin, itu nanti kalau udah selesai jangan lupa Arya"

kataku dan pergi

"iya"

singkat

Aku nggak tahu bagaimana tanggapannya kali ini, sudah sering kali aku merasa ingin menyerah mendekatinya tapi hati ini tak ingin menyerah untuk menjaganya.

begitu sampai di depan pintu kamarnya Aku ketuk dengan pelan lalu memanggilnya.

"aditari"

panggilku

"tarii"

panggilku lagi

sekali lagi

"tari ayo makan bareng"

panggilku yang ke tiga kalinya

tapi dia tetap tidak merespon bahkan tidak menjawab sama sekali, mungkin buatku sabar itu sudah tidak ada karena hampir setiap hari terucap dalam hati aku pun berbalik badan dan melangkah pergi tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan dia berlalu begitu saja.

aku mengikutinya dari belakang tiba-tiba dia berhenti sejenak dan aku melewatinya

" enggak usah sok cari muka, karena kamu masa nggak pernah ada buatku"

pergi

aku yang saat itu semakin mengerti kalau selama ini dia tidak pernah menganggap aku aja sakit memang sangat sakit perkataannya setiap dia mengatakan apapun tapi aku akan tetap diam terus menilai terus mempelajarinya agar suatu saat kalau dia menerima aku, aku akan siap jadi kakak iparnya yang baik.

segera aku air mataku dan ikut makan bersama dengan mereka sambil aku menemani Arya makan, sebisa mungkin aku tidak pernah memperlihatkan kesedihan ku di depan suamiku, Aku tak ingin menimbulkan pertengkaran di antara mereka Karena aku tahu waktu seorang adik telah habis terbuang dengan sia-sia dan sekarang biarkan masa-masa itu kembali walaupun tak sepenuhnya.

setelah kami selesai makan kami duduk bersama dengan santai,kak balri yang sudah memberikan kode untuk mulai bicara.

"kok aku cih!! lah aku siapa?? kamu dong kan kamu kakaknya"

bisikku dan mencubit perutnya

"auwww!! iya iya"

berbisik

"tari"

panggilnya

"iya, kenapa kak"

menatap

dia yang saat itu langsung berbalik menatap dengan poloanya, aku yang tiba tiba langsung berdebar merasa gak sanggup melihat kepolosannya itu hilang dan menjadi sebuah kesedihan.

"hmm kakak kau bicara hal penting dek"

mulai bicara

"bicara aja kak"

menatap dengan seriusnya

" ini soal a. . . "

terputus

"soal school home kamu"

potongku langsung

"hah!? "

kompak mereka

"kok, aw!! "

menahan sakitnya

saat itu aku mencubitnya dan langsung memberi kode untuk menahan perkataan yang tadi dan beralih membicarakan tentang sekolah di rumah untuk tari.

"aah iya dek bener ini penting banget buat masa depan kamu"

lanjutnya

setelah pembicraan selesai akupun segera masuk ke kamar dan tak lama kak balri ikut masuk juga.

"kok jadi bahas School home yank, gimana sih"

mengomel

"aku kasihan liat dia kak"

sedih

"oalah yank, jadi mau kapan lagi kita kasih tau dia"

duduk

" kita tunggu dia supaya siap kak"

menetap

"iya tapi kapan"

"kapan dia benar benar ingin tahu semua kak"

jawabku

"hhmmm ya udah deh"

berbalik

"mau ke mana"

tanyaku

"mejeng"

cuek

"kaaak"

teriak

"buang bom mau ikut juga?? ayook"

mendekati

"oh no no no hahaha makasih"

menjauh

"ayo lah yaank ya ya ya"

mendekat

"gak mau ih jijik"

melempar bantal dan berlari keluar kamar

aku melihat keluar, saat malam pun dia tetap mengurung diri di kamar, semakin membuat jarak kami semakin jauh karna kami jarang bicara, kami sama sama pandai bersandiwara di depan kak balri baik aku maupun tari selalu pura pura biasa saja saat di depan kak balri, tapi saat kak balri gak ada dia selalu berbuat kasar menolak secara langsung apa yang aku lakukan untuknya, semua selalu salah di matanya.

aku duduk di tepi ranjang Arya dan berpikir

sudah hampir 1 munggu dia di sini tapi belum ada sedikitpun celah untukku, pagi saat aku membangunkannya kau tidak ada jawaban setiap kali mengetuk pintunya, tapi setiap kali aku diam dan melangkah pergi dia baru keluar dari dalam kamarnya, setiap kami sarapan pagi setelah kak balri pergi kerja dia setelah selesai makan selalu dengan tidak sopan menaruhkan piringnya saat aku mencuci piring bahkan mengatakan

"yang bersih "

lalu pergi

saat malam kak arta lembur dia akan keluar dan menonton tv tapi kala aku yang sedang memegang remote dengan langsung dia menyambar remote itu dari tanganku sakit memang tapi apa daya dia hanya anak yang harusnya masih SMP harus dewasa dengan paksa karena waktu yang tak pernah dijalaninya dan aku yang menghadapinya hanya bisa mengelus dada saja.

aku yang saat itu mulai pusing memikirkannya akhirnya kembali ke kamarku dan tak sengaja berpapasan dengannya aku berhenti.

" Kok belum tidur dek udah malam loh"

Tanyaku padanya yang terus berjalan

" nggak usah sibuk ngurusin urusan ku"

katanya tajam

aku yang hanya diam memandang pundaknya yang semakin jauh menghilang berkata dalam hati

" Kapan sekiranya aku bisa menggenggam hati dan kepercayaan kamu tari"

segera aku kembali ke kamar begitu aku membuka pintu dan masuk aku melihat pemandangan yang luar biasa membuatku ingin tertawa dengan gelinya.

Bagaimana tidak suamiku itu setengah tidur berpose ala model dengan menggigit setangkai bunga mawar dan berkedip mata kepada padaku.

"efhh"

menahan tawa

dia yang mengambil setangkai bunga dari bibirnya lalu mulai memainkan bibirnya mengecup dari jarak jauh membuatku semakin tak tahan dengan tingkahnya.

"sayaaak"

panggilnya manja

"emuah"

dari jauh

"iya kak efhh"

jawabku lagi sambil masih menahan tawa

"ayo sini aak uuh yang emuah"

dengan genitnya

"hahahahahahahahahahahahahahaha"

akhirnya tahu aku sudah tidak dapat ditahan dan lepas lepas lepas nya

"yaaaaaannk ih!! merusak suasana aja deh"

merengek

"hahaha lah kamu apa apaan lagi alay banget"

kataku lanjut Tertawa lagi

"iihh ini itu romantis tahu nggak sih"

mulai kesal dan melempar bunganya ke arahku

"hahaha lebay"

ejekku

dia yang saat itu mulai ngambek berbalik arah membelakangi aku yang tahu langsung membalikkan triknya untuk menggoda, aku turunkan sebelah tali baju tidurku dan menaikkan 1 kakiku menarik ke atas dan menggigit bunga yang tadi dilemparkan dengan gaya menggoda aku memanggilnya

"sayaaank"

panggilku

dia yang awalnya hanya melirik selalu membuang muka namun dengan cepatnya ia membalikkan kepalanya dan badannya melihat ke arahku tak percaya.

aku yang sangkah demi selangkah maju mendekatinya sampai tepat di depan aku pegang setangkai bunga yang di Bibirku mengarahkan dari mata, hidung, bibir nya lalu turun lehernya dan

"nih aku pulangin"

kataku dan langsung berbaring memeluk bantal tanpa menghiraukan dia yang sudah birahi

"YULIIIAAAAAAAAA"

avataravatar
Next chapter