97 dapat

VC

"assalamualaikum bunda"

kataku langsung saat Bunda mengangkat video call ku

"waalaikumsalam"

jawabnya

"gimana Arfa dan Tika Bunda"

tanyaku

"ya nggak gimana-gimana"

jawabnya cuek

"mereka nggak cariin kami apa"

tanyaku lagi

"gak tuh"

semakin cuek dan semakin membuat aku kesal

"Bunda kenapa sih jawabnya gitu amat"

kataku kesal

"ya nggak kenapa-kenapa, kapan pulang tar"

tanya bunda

"baru juga 2 hari Bun udah tanya kapan pulang"

jawabku

"katanya enggak lama makanya tanya, emang ada urusan apa sih"

tanya bunda lagi

"urusan kantor Bun ada masalah sedikit di perusahaan"

jawabku tak ingin membuat mereka ikut pusing

"ooohh bulat hahahaha"

canda Bunda

"ih dasar Bunda, Bunda belum mandi ya jelek banget kelihatannya"

kataku mengejek Bunda

"enak aja kalau ngomong udah mandi nih udah cantik, kameranya aja yang jelek hahahaha"

"yeee pake nyalahin kameranya, emang dasar bundanya aja jelek"

ejek ku lagi

"berarti kamu juga laah kamu kan anak bunda juga"

balas bunda mengejekku

"yeee gak ya Bun aku itu mirip ayah yang ganteng tau makanya cantik hahahaha"

balasku

"Halah kamu ini"

kata bunda menyerah

"hahahahahaha"

"eeh eh Bun laaah mana anak anak"

tanyaku

"sebentar yaa bunda ke luar dulu"

bunda berjalan keluar

"hhhhmmm"

"naaah tuh tuuh anak kamu lagi main sama ayah"

kata bunda membalikkan kameranya

"yaa ampuuun, anak anakku kok jelek dan kotor gitu Bun, gimana sih"

kataku menggaruk kepala

"hahahahaha mumpung bebas ya gini hahahaha"

jawab bunda

"ya ampun buun"

aku bingung dan hanya bisa menyaksikan kedua anakku sedang bermain lumpur di sebuah kubangan dekat sisa-sisa batu bata bangunan rumah ayah dan Bunda.

"ajak udahan gih bun masa main kotor kayak gitu"

suruh ku

"iya iya sebentar lagi"

jawab Bunda

"ihh bun nanti cacingan lo"

kataku lagi

"yaelah tarika sayang di apotek banyak obat cacing kali hahahahaha"

Bunda sambil tertawa

"bunda!!! ihh!!"

kataku kesal

"hahahahah iya iya, ya udah aah gimana lah anak nya bapak dokter ini yaa, masak iya anaknya takut kotor hahahah"

kata bunda kembali tertawa

"bunda mencegah itu lebih baik dari pada mengobati"

kataku

"hmm ya ya ya udah kalo gitu Bunda matiin dulu ya Bunda mau ajak mereka mandi"

kata bunda

"hmm iya bun salam sama ayah yaa Bun"

kataku sebelum bunda mengakhiri video call

"iya"

menutup teleponnya

aku bangkit dari duduk santaiku dan aku keluar dari kamar mencari udara segar, sekarang sudah jam 11.15 siang Aku tidak ikut bersama kak arta dan Bu Melani karena aku pasti tidak akan membantu apapun, aku yang tinggal di rumah sekarang dan aku mulai merasakan bosan.

Aku berjalan keluar dan duduk di bangku teras dan melihat keluar rumah megah ibu Melani.

aku kembali memikirkan masalah yang dialami oleh kantor pusat.

setelah mengkaji kaji ulang permasalahan tiba-tiba aku mengingat seorang teman dulu satu kampus kami yang terkenal sangat pandai dengan komputer kalau nggak salah namanya Panji teman dari Riodi.

"aah iya, telpon balri"

kataku

segera aku mengambil ponselku menelepon balri,pada panggilan yang pertama dia tidak mengangkatnya panggilan kedua juga sama sampai akhirnya aku menelepon Yulia tapi ternyata sama saja.

"iihh pada kemana sih"

aku masih tetap mencoba menelpon mereka

telepon

"halo assalamualaikum yul"

kataku

"waalaikumsalam, kenapa tar"

tanya Yulia langsung

"kamu lagi sibuk nggak nih"

tanyaku terlebih dahulu

"enggak kok ini aku barusan dari luar aja tadi, kenapa tar"

"balrinya ada nggak?? aku mau ngomong bentar Yul, nomornya aku telepon nggak diangkat-angkat"

langsungku

"ada masalah apa sih ntar kok kayaknya penting banget"

tanya lagi

"udah kasih aja dulu ponselnya ke Balri nanti aku ceritain deh"

lanjutku

"hhmm ok ok, tunggu sebentar ya"

"kaaak ini tarika mau ngomong penting kayaknya, lespeakerin Kak aku mau dengar juga"

"kenapa tar"

tanya Balri gantian

"eh eh bal dulu kalau nggak salah anak seangkatan kamu ada kan yang pandai banget sama komputer"

langsung ku

"apaan sih nggak ngerti aku"

bingung balri

"iihh balri kamu kok telmi banget sih, itu loh siapa sih temennya si Riodi yang jago banget komputer, hhmm kalau nggak salah namanya Panji ya Panji"

lanjutku lagi

"oohh si Panji iya iya, emang kenapa tar"

tanyanya

"kamu punya nomornya nggak"

tanyaku balik

"gak"

jawabnya langsung

"itu si Riodi"

lanjutku lagi

"ih gak tau, ini sebenarnya ada apaan sih enggak jelas banget, ceritain dulu deh ada masalah apa"

kata balri mulai bingung

"jadi gini bal, aku dan kak Arta sekarang sedang di Jakarta, tepatnya di rumah ibu Melani"

jelasku

"hhmm terus"

"perusahaan inti milik ibu Melani sedang kebocoran informasi, ada salah satu produk yang sudah diproduksi di perusahaan itu tapi sudah dipasarkan oleh perusahaan lain, otomatis kami yang sudah menghasilkan banyak barang itu mengalami kerugian karena dituduh sebagai plagiat, makanya aku mau minta tolong ke Panji itu mana tahu dia bisa bantu"

jelasku panjang

"oalah kok bisa sih"

kaget balri

"kalau aku menilai sih kemungkian ada orang dalam yang sengaja membocorkan itu semua demi mendapatkan keuntungan"

kataku lagi

"tapi kalau memang kalian dituduh plagiat bukannya kalian punya bukti ya itu rancangan desain atau apalah yang tentang produk kalian itu"

lanjutnya

"nah itu dia juga masalahnya semua bukti-bukti hilang tanpa sisa"

kataku melanjutkan

"hhmm ok ok Aku bakal tanyain Riodi nanti kalau memang Panji bisa diajak kerjasama dan kalau enggak ada halangan aku bakal bawa dia ke sana untuk bantu semuanya karena kalau soal plagiat ini rugi banget kita apalagi perusahaan produksi waaah, ok lah Aku tutup dulu ya biar aku langsung hubungi si Riodi"

"ok ok"

aku pun menutup teleponku, aku bangkit dari dudukku dan mondar-mandir seperti setrika sambil komat-kamit bilang

"semoga bisa, semoga bisa, semoga bisa, semoga bisa"

"ngapain"

"hah!!"

saat aku tadinya masih mondar-mandir dikagetkan oleh seseorang dari belakangku

"aah siapa yaa"

tanyaku

"kamu nih yang siapa kok mondar-mandir di depan rumah orang"

tanyanya balik

"hhmm saya tarika istrinya Arta Mada"

jawabku sopan karena aku lihat dia lebih tua

"oohh yang orang Yogyakarta itu ya"

katanya dengan mengangkat alisnya

"iya"

singkatku menjawab

"kenalin saya Abang dari almarhum suaminya ibu Melani"

katanya dan mengulurkan tangannya

"iya iya, saya tarika"

kataku menyambut tangannya

"kamu ngapain di luar udah gitu mondar mandir kaya setrika gitu"

tanyanya

"hahaha, liat yaa! tadi mau cari udara segar aja bosen di dalem, siap telepon temen tadi terus lagi mikir hahahahah"

jelasku

"ah kamu ini ada ada aja haha"

katanya tertawa

"hhhmm kalau kayak gitu saya pamit masuk dulu ya"

kataku

"aah iya iya"

angguk nya

kataku masuk ke dalam langsung menuju kamar dan tak lama setelah aku masuk ke kamar aku coba menelepon kak Arta ingin memberitahu soal Panji.

telepon

"gimana juga Kak"

tanyaku

"belum ketemu apapun yang, si pelaku kayanya buat semua dengan rencana yang matang deh"

jawab lemas

"sabar lah kak, pelan pelan dan teliti aja, oh ya kak ada yang aku mau ngomongin deh kak jam berapa pulang"

tanyaku

"sebentar lagi sayang, emang mau ngomongin apa"

tanyanya balik

"penting!!! ya udah aku tunggu yaa bye"

langsung menutup telepon

tok tok tok

"eeh tok tok eeh!!!"

latahku

aku bangkit dari dudukku dan membuka pintu aku lihat salah seorang dari pelayan ibu Melani yang mengetuk pintu.

"maaf Bu, makan siang udah selesai"

katanya

"ooh iya iya, sebentar lagi saya turunnya"

jawabku dia pun mengangguk

setelah aku membereskan tempat tidur aku keluar langsung menuju ke ruang makan karena aku lihat hanya aku yang bersiap untuk makan aku bangkit lagi dari dudukku dan menunggu kak Arta yang tadi katanya sebentar lagi akan pulang.

dan benar setelah beberapa menit menunggu akhirnya Kak Arta dan ibu Melani pun pulang langsung aku sambut kedatangan mereka dan mengajak makan siang bersama.

saat makan siang itu aku perhatikan wajah ibu Melani dan juga kak arta terlihat kusut, sebenarnya aku ingin langsung mengatakan pada kak Arta soal Panji tapi karena kami masih makan terkesan tidak sopan aku pun menunggu kami semua selesai makan.

"kak"

kataku

saat kami sudah selesai makan dan kak arta duduk di ruang tamu dan kak arta pun menatapku dengan wajah lelahnya.

"kenapa sayang"

Kak arta menunggu

"jadi gini Kak, soal data dan bukti-bukti desain produk yang telah hilang itu pasti ada di komputerkan"

kataku dengan serius

"hhmm iya yank"

angguk kak arta

"kakak ingat nggak sama Panji"

lanjutku

"Panji siapa ya yang"

bingung

"itu lho Kak Panji yang seangkatan sama kalian yang katanya jago banget dengan komputer"

lanjutku

"ahh iya iya"

baru ingat

aku pun menjelaskan semua yang tadi sudah aku pikirkan bersama balri dan kak arta pun mengerti dan langsung menyetujuinya.

setelah selesai dari itu kami hanya tinggal menunggu balri.

aku dan kak Arta pindah ke dalam kamar untuk membahas lebih lanjut, aku juga bercerita pada ke atas soal seorang pria yang aku temui tadi yang ternyata adalah Abang dari almarhum suami ibu Melani, aku sempat menjelaskan sedikit soalnya tapi hanya sebentar saja karena ke atas sudah sibuk menelpon Balri saat itu.

dan setelah menunggu cukup lama sekarang sudah jam 8 malam barulah Bali menghubungi kami kembali, saat itu dia mengatakan kalau dia sudah bertemu dengan Panji dan dia pun bersedia untuk membantu.

kami mengucap banyak terima kasih pada bari karena sudah mau repot-repot menolong kami dan dia pun hanya mengatakan.

"ya ampun kalian ini kita kan sama-sama temen, kalo lagi susah dan aku pun bisa bantu apa salahnya lah"

jawab nya

"ah pokoknya makasih banyak lah sob kamu memang baik banget"

kata kak Arta

"hahahaha jelas"

sombongnya

"okelah kita tunggu ya"

"besok kami berangkat, ya udah aku tutup dulu ya, bye"

tutup balri

begitu kak Arta selesai menelpon Balri kak Arta berbaring dan mulai menunggu kantuknya datang.

aku ikut berbaring di sampingnya tapi sayang aku tidak bisa tidur sama sekali aku main ponselku dan entah kenapa di rumah ibu Melani yang begitu megah ini aku merasa tidak nyaman dan merasa sangat bosan.

di jam malam seperti ini rasanya aku ingin keluar dan tentu saja aku tidak berani sendirian jadi aku mengajak kak Arta.

dengan usaha yang extra aku terus membujuk suamiku yang sudah hampir tepar itu.

"kak ihh aku tuh bosen banget loo, kita keluar yuk"

ajakku

"yang bener deh Aku capek banget besok aja ya"

jawabnya

"besok kakak kan pergi lagi ke perusahaan, akunya ditinggal"

lanjutku merengek

"tapi aku tuh cepet banget yank"

katanya mulai duduk

"ya udah deh kalau kamu nggak mau temenin"

kataku pelan dan lembut

"hhmm"

kata pun kembali berbaring

"ya udah aku keluar sendiri yaa"

kataku bangkit

"laah yank gak gak!!"

katanya kaget dan langsung bangkit

aku yang saat itu tak menghiraukannya terus berjalan walaupun dalam hati aku tersenyum menang hahahaha

"maafin istri kamu ini ya Kak"

kataku dalam hati

aku terus berjalan tanpa menghiraukan kak Arta.

Aku sama sekali tidak menghiraukan panggilan kak Arta.

"sayang ih iya iya aku temenin tunggu ya"

katanya dengan wajah panik nya itu

"udah tapi katanya kakak capek istirahat aja"

kataku sok menolak

"GAK!!! POKOKNYA KAMU TUNGGU!! Aku mau ganti baju sebentar"

Karta pun dengan cepat berlari masuk ke dalam

saat itu aku benar-benar merasa sudah menang, ya tentu saja karena kak Arta takut lah ya aku keluar malam-malam begini apalagi di tempatnya orang.

tak lama setelah itu kak arta pun keluar dari kamar dengan baju yang membuatnya jadi terlihat sangat tampan.

"lah kok keluar sebentar aja pakai dandan, kamu tuh keluar mau nemenin aku kak!! bukan keluar cari selingkuhan"

kataku kesal

"ini mah biasa aja cuman ganti baju kemeja doang sama celana tadi siang, iya aku tahu aku cuma nemenin kamu udah deh nggak usah mikir yang nggak-nggak"

jawabnya

"hmm ya udah yuk, awas aja ya itu punya mata nggak dijaga aku colok nanti"

kesalku

"hahahahaha santai dong sayang jangan kan mata aku jiwa dan raga aku ini semuanya udah milih kamu"

katanya menggandeng tanganku

"huuueeeekk hhueek muntah aku Kak sama lebay kamu yang tingkat dewa itu"

kataku melepas gandengan tangannya dan berjalan di depan

"ihh sayaaang"

dia pun mengejarku dan tersenyum

kami pun keluar dan izin pada salah seorang penjaga keamanan dari rumah ibu Melani.

dengan naik grab kami menuju pusat kota lalu kami berhenti di suatu tempat lalu berkeliling kota Jakarta.

siapa sih yang tidak tahu keindahan kota Jakarta di malam hari waah banget.

aku dengan semangat menggandeng tangan kak Arta menjelajahi malam yang ramai ini.

gak peduli deh di liatin orang di katakan orang gimana aku sama kak Arta menikmati semua.

setelah puas berkeliling mencuci mata dan membeli beberapa buah tangan kami pun bersantai di sebuah cafe yang cukup ramai dan menikmati minuman dan makanan kecil kami.

aku lihat wajah suamiku yang menikmati indahnya malam ini syukurlah dia bisa membuang sedikit beban pikirannya walaupun hanya sesaat.

"yank"

katanya

"ya kak"

sautku

"kita pulang yuk, udah mulai dingin nanti masuk angin lagi"

ajaknya

"hhmm ya udah udah habisin minumannya kita pulang"

tanyaku kembali meminum minumanku yang masih tersisa banyak

setelah kami selesai menghabiskan minuman kami kak Arta pun pergi membayar semuanya.

begitu dia keluar tanganku langsung digandengnya dan kami pun berjalan menuju ke tepi jalan.

aku kembali memesan grab sambil menunggu kami bercakap-cakap kecil dengan kak Arta.

begitu grab datang kami langsung naik dan menuju rumah ibu Melani.

petugas keamanan di rumah ibu melani sangat banyak, tapi itu tidak jadi masalah karena mereka sudah mengenal kami saat kami pulang pun mereka langsung membukakan pintu gerbang.

masih dengan bergandengan tangan aku dan kak Arta masuk ke rumah yang sudah sepi karena memang sudah larut malam.

jeduk!

"apa itu kak"

aku menatap ke kak Arta karena mendengar suara

=========================

hayoo suara apa

Sabar menunggu yaa

tulis komentar dan ulasan yaa

avataravatar
Next chapter