75 ayah 2

setelah itu ayah jadi lebih sering bersamaku bukan ayah yang mengikutiku malah yang sebaliknya, kali ini saat kami bercerita di bawah pepohonan di belakang rumah aku masih tetap ngotot untuk mengajak ayah melakukan pengobatan.

"ayolah ayah, ayah nggak boleh segampang itu menyerah dengan keadaan"

kataku lagi

"ayah itu nggak menyerah dengan keadaan, cuman ayah hanya pasrah dengan yang diberikan tuhan"

jawabnya dengan pantai sambil membuka lembaran koran

"Arta nggak bisa terima ayah yang seperti ini, ayah seorang dokter nggak akan membiarkan orang yang sedang menghadapi penyakit menyerah dengan dirinya, kalau ayah percaya Tuhan sedang sayang dengan ayah seharusnya ayah berjuang jangan menyerah"

lanjut ku

"iya ayah tahu, tapi ayah tidak ingin membuang-buang waktu, uang dan tenaga untuk merepotkan kalian semua, toh selama ini kalau orang yang mengidap penyakit kanker lebih besar kemungkinan dia meninggal daripada dia sembuhkan udah lah ayah menerima kok semua ini"

masih santai membaca koran

"Ayah!!!"

teriak

aku yang saat itu sudah merasa kehabisan akal untuk membujuk ayah dan tidak tahu kata kata apalagi yang harus aku ucapkan melihat ayah yang sudah begitu menerima keadaan.

aku merasa sangat terguncang, sakit dan hanya bisa menatapnya dengan perasaan sedih.

"ayo yah kita coba dulu, siapa tahu kalau memang Tuhan mengizinkan ayah masih bisa sembuh dan kembali sehat seperti biasa"

ajakku lagi

"udahlah ah nggak usah buang-buang duit mah kalau misalnya Tuhan sudah berkehendak untuk mencabut nyawa ayah lah kita mau ngomong apa, kalau ada uang yang disimpan untuk masa depan, kamu punya 2 anak kan ya kalau memang rezekinya banyak bisa bantu fandri nanti kalau misalnya ayah memang udah nggak ada lagi"

berhenti membaca dan meletakkan korannya lalu menatapku

"ayah ayo semangat dong ya jangan kayak gini"

lanjut ku

"ayah semangat loh ini lihat ini"

mengangkat kedua lengannya

"aduh"

memegang perutnya

aku yang saat itu berada di samping ayah langsung mendekat dan memegangnya aku coba pegang perutnya yang mengeras sangat keras dan saat itu ayah mulai terbatuk-batuk

"uhuk uhuk uuuhuuuk "

"huuueeeekk"

dan akhirnya muntah

saat itu aku dapat melihat darah bercampur sedikit nanah dalamnya terlihat di tahan, membuat hatiku semakin teriris dan yakin kalau memang ayah saat itu sedang mengalami sakit.

kembali aku meneteskan air mata menatap wajah tuanya yang meringis kesakitan tapi saat itu dia masih dapat tersenyum dan meyakinkan kalau dia tidak apa-apa.

tak lama setelah itu pun kami masuk ke dalam tapi ayah saat itu berbalik lagi dan meratakan muntahannya dengan tanah.

saat di dalam dan kami diajak duduk untuk menikmati cemilan sambil bercerita dan menonton TV, saat itu kami semua berkumpul dan dengan cerianya menikmati makanan yang ada kecuali ayah saat itu aku bertanya

"loh ayah nggak makan"

tanyaku

"gak ah kalian aja"

katanya lanjut menonton

"gak usah di tawari nak, itu ayah kalo ngemil udah gak doyan, makan aja sukur itu nak mau makan aja udah syukur itu pun makannya sedikit kurang sedikit loh sendawanya banyak banget, masakannya bunda pun dia udah gak selera lagi looh"

kata bunda

"loh kok gitu ya kayaknya dulu doyan doyan aja tuh, hhhhmm kelihatannya pun ayah sekarang jadi jauh lebih kurus"

tanya tarika

"ah enggak kok nak ini mah biasa aja ayah sengaja diet biar nggak kena kolesterol"

jawab ayah

"ayah nggak lagi sakit kan"

tanya tarika

"ya gak lah nak"

jawab ayah langsung

saat itu semua orang diam dan memperhatikan ayah, aku yang saat itu ingin bicara antara ya dan tidak, yakin dan tidak yakin tapi aku mencobanya.

"sebenarnya ayah. . . "

"ayah dan Arta mau pergi dulu ya ya kalian di sini aja oke"

potong ayah langsung

aku pun ditarik oleh ayah setelah itu langsung keluar, terdengar saat itu kalau bunda memanggil kami tapi ayah terus melangkah tanpa melihat kebelakang, sesaat kami berhenti dan saat itu ayah berbalik melihatku sepertinya dia marah dia mendekat dan

"aduuuh yah yaah yah sakit"

tadinya entah apa yang ada dipikiranku saat melihat ayah begitu marah tapi ternyata dia hanya menjewer telinga ku

"dasar kamu ini ya ndableg nggak ada kupingnya apa, udah ayah bilangkan nggak mau ngerepotin orang lain"

omelnya

"duuh sakit"

kataku saat itu merasakan kupingku berdenyut-denyut

saat itu aku kira ayah langsung berbalik pulang ke rumah ternyata tidak dia malah berjalan lurus menuju sebuah warung kopi yang cukup jauh dari rumah saat itu aku yang merasa panas cukup terik ingin kembali ke rumah tapi aku kembali mengikuti ayah.

begitu kami tiba di sana kami duduk di warung bagian yang tidak terlalu belakang, aku yang saat itu sedikit bingung dengan keadaan tempat kami melihat banyak orang yang ada di sana dan dengan kegiatan mereka masing-masing.

kami pun mulai duduk di bangku sederhana menghadap langsung kemeja pesanan

"kamu mau dipesenin apa"

tanya ayah saat itu

"ha?? apa aja deh ya"

kata aku masih bingung

"kamu mau kopi"

tawar ayah

"gak deh yah"

gelengku

"teh?"

"nggak juga deh yah panas-panas kok minum teh"

tolakku lagi

"emang dasar ini anak gak jelas! tadi katanya apa aja, lah ini teh nggak kopi nggak, wong panganane nangkene yo gor iku"

kata ayah sedikit kesal

"hahahaha, maaf yah maaf jajanan nya aja lah kalau gitu hehe"

"hhhhmmm"

ayah pun langsung berdiri dan memesan pesanan kami, setelah beberapa menit pun pesanan kami datang dan sampai saat itu pun aku masih tetap diam melihat ayah yang dengan santainya menikmati secangkir kopi.

saat itu aku kembali melihat orang-orang di sekitar aku melihat dan menilai banyak laki-laki yang aku kira umurnya tidak jauh berbeda dari ayah yang sedang asyik menikmati dunia mereka masing-masing, ada 2 orang yang sedang bermain catur sambil mencoretkan kopi kental ke wajah mereka dan mereka tertawa, ada lagi sekelompok orang yang sedang bermain batu juga terlihat sangat asik dengan teman sebaya mereka,dan ada lagi banyak orang dan ada beberapa anak-anak juga yang menikmati tontonan yang aku kurang mengerti itu apa dan mereka saat itu sangat senang dan saat itu pun aku sadar kalau mereka semua yang ada di situ mungkin kepala rumah tangga atau remaja yang menghabiskan waktu mereka dengan menyenangkan diri mereka tapi ayah lebih memilih kebahagiaannya bersama keluarganya, tak seperti ayah yang dulu yang gemar bermain bersama teman-teman kerja bahkan sampai larut malam, dan aku kembali menatap wajah ayah mertuaku itu saat itu yang aku pikirkan

"apa ayah benar-benar sudah putus asa? apa ayah benar-benar akan bahagia dan tenang kalau aku membiarkan ini semua? aku belum pernah bertemu orang segila ini apalagi dalam menghadapi kematian tak seperti kebanyakan orang yang aku temui di rumah sakit yang seringkali memohondan begitu percaya pada kami para dokter yang padahal kalau dipikirkan kami ini hanya perantara dari Tuhan"

dalam hati

kembali aku menatapnya dengan tatapan kosong, diam, pikiranku entah melayang kemana-mana

"ayah iih!!!"

kataku kaget saat merasakan sesuatu di bibir dan yang ternyata itu adalah cemilan yang aku minta tadi

"kamu ini mau makan atau dimakan, ngelamun aja hahahaha"

kata ayah sambil tertawa

"maaf yah, arta lagi memikirkan sesuatu"

jawabku

"udah dijalani aja dulu nggak usah dipikirin"

cueknya

"ayah"

panggilku

"hhhmm opo"

saatnya

"ayah sayang sama keluarga nggak"

tanyaku

"iya jelas sayang toh kamu ki piye"

jawabnya sambil menepuk pundakku

"kalau ayah sayang sama keluarga ayah, sama bunda, tarika, fandri, dan cucu-cucu ayah, kenapa ayah nggak bisa menyayangi diri ayah seperti ayah menyayangi semuanya!? kenapa ayah harus diam saat ayah tahu ayah sakit bahkan sampai saat ini, apa ayah nggak kasihan kalau mereka tahu saat ayah pergi dan tanpa memperjuangkan dan berusaha sedikitpun untuk ayah"

tanyaku

saat itu ayah hanya diam dan mulai menaruh kembali secangkir kopi yang tadi ingin di serutupnya.

"gini lho nak menantu"

jawab ayah dan mendekatkan bangkunya ke arahku

" semua orang tahu kalau yang di ciptakan yang bernyawa sewaktu-waktu akan mati. setiap orang yakin dan percaya kalau rezeki, jodoh dan kematian itu sudah ditentukan oleh Tuhan dan kita sebagai manusia harus menerima kenyataan yang sewaktu-waktu semua itu akan terjadi dan kita pun tidak ada yang pernah tahu saat saat itu kapan akan datang, sama seperti halnya ayah sekarang ini ayah hanya berpikir untuk apa kalau ayah berusaha untuk melawan ketentuan Tuhan lebih baik dikala ayah yang sedang sakit ini ayah berubah! berusaha menjadi orang yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi orang-orang yang ada di sekitar ayah terutama keluarga,bukan maksudnya orang yang nggak sakit harus nggak berubah ya gak!?

semua orang berhak dan punya hak untuk merubah dirinya baik itu menjadi orang yang lebih baik atau orang yang lebih buruk itu terserah dia dengan pikiran dia yang bagaimana untuk dia kedepannya, dan untuk ayah saat ini ayah sadar ayah ini belum benar-benar jadi orang yang baik,mungkin ayah yang dulu beribadah ya memang beribadah tapi tidak begitu penuh untuk melaksanakan, saat ayah tahu saat tepatnya 1 tahun yang lalu atau lebih lah ayah nggak hitung juga, ayah ingin menjadi orang yang baik ayah ingin menjadi kepala rumah tangga yang baik dan ayah ingin keluarga ayah merasakan semua kebaikan itu, dan minggu-minggu ini ayah mulai merasakan ayah harus memberitahu kamu sebagai ya mungkin bisa dikatakan pengganti ayah setelah ayah tiada"

"Ayah"

tatapku sendu

"udah kamu dengerin dulu toh"

bibirnya naik sebelah

"iyaaa"

angguk ku lagi

"buat kamu ayo jadi orang yang lebih baik lagi ayo jadi imam yang baik untuk istri dan anak kamu, jadi lelaki yang bertanggung jawab dan benar-benar menjaga kewajibannya, yo kalau iso mbok bojone diajak salat ngonolo, yo mbok bulan puasa puasanya sing full, membayar zakat ojo membayar pajak wae, Eneng duit okeh yo mbok ngek i sing ora mampu, anak sing parkir miskin dan yatim piatu yo kan okeh, kalau nggak yo munggah haji kan wes duwe duit okeh toh"

kata ayah dengan berbahasa Jawa sambil menepuk-nepuk pundak ku

(kalau ada yang nggak mengerti bahasa Jawa ini artinya ya)

__________________________________________

"buat kamu ayo jadi orang yang lebih baik lagi jadi imam yang baik untuk istri dan anak kamu jadi lelaki yang bertanggung jawab dan benar-benar menjaga kewajibannya, ya kalau bisa istrinya diajak salat gitu, iya bulan puasa puasanya yang penuh, membayar zakat jangan membayar pajak aja, ada uang banyak iya memberi kepada yang tidak mampu, anak yang parkir miskinkan dan yatim piatu yakan banyak, ya kalau nggak naik haji sudah punya uang banyak"

kata ayah dengan berbahasa Jawa sambil menepuk-nepuk pundak ku

__________________________________________

mendengar perkataan ayah saat itu membuat hatiku berdenyut dan merasakan sakit yang teramat sakit.

aku langsung meneteskan air mata merasakan kesedihan yang mendalam, aku sadar saat aku susah dan sakit aku aku menyadari Tuhan begitu dekat tapi disaat aku merasa senang Tuhan merasa ada tapi terasa jauh.

bahkan sampai saat ini aku belum bisa melaksanakan salat penuh lima waktu hanya sesekali walau kalau urusan yang lain mungkin itu terpenuhi karena aku selalu diingatkan istriku.

ayah mertuaku ini membuatku semakin terpukul, di usiaku sekarang dan di usianya sekarang yang terpaut sangat jauh tentu dia lebih dewasa dari aku, tapi kata-katanya barusan yang hanya beberapa menit begitu menyentuh ku dan membuatku memutar waktu dan rasanya ingin langsung berubah seolah-olah kematian itu sangat dekat!! seolah-olah aku esok akan mati!!!

aku esok akan memijakkan kakiku ke dunia lain meninggalkan semua yang ada termaksud yang aku cintai!!!

itu yang terasa terulang ulang dan rasanya aku ingin menjadi sosok orang yang jadi lebih baik saat itu juga.

aku peluk ayah mertuaku saat itu juga sambil menangis tanpa ada satu katapun dari mulutku.

"laah Yoo iki bocah opoooo to gak isin di deloi wong akeh"

kata ayah mendorongku

"hehe maaf ayah"

sambil menyeka air mataku dan cengengesan

"yaudah itu dimakan makanannya udah habis baru kita pulang, wong Lanang kok cengeng piye toh"

kata ayah menyentil keningku pelan

"hahahaha"

aku pun hanya bisa tertawa

"badan aja sebesar Hulk jiwanya apa jiwa hello Kitty hahahaha"

lanjut canda ayah

"Haha ya gak lah yah"

jawab ku sambil sedikit tertawa

setelah itu kami pun kembali menikmati makanan yang ada di depan kami walaupun saat itu ayah sudah tidak meminum kopinya karena sudah menjadi dingin dan tidak enak lagi untuk dinikmati,kami bercerita seperti biasa sambil menikmati suasana yang ada, ayah juga sempat berbicara dengan beberapa orang yang ada di sana.

setelah makanan kami sudah habis ayah pun membayarnya dan kami pun kembali pulang.

begitu kami sampai di rumah dan karena hari juga sudah menjadi sore aku pun berpamitan pada ayah untuk mandi dan tak lama setelah aku masuk ayah sudah saja bermain dengan kedua anakku,lagi-lagi aku terpukau oleh ayah mertuaku itu dia kembali dengan sangat bahagia menikmati momen bersama cucunya dan juga anaknya yang tidak lain dan tidak bukan adalah istriku sendiri.

saat itu udah di dalam rumah aku melihat mereka dan aku berfikir.

"aku akan berusaha jadi orang yang lebih baik seperti yang dikatakan ayah hari ini"

kataku dalam hati dan tersenyum

setelah aku selesai mandi aku pun kembali keluar dan ikut main dengan ayah dan juga Arfa dan Tika, aku lihat saat itu kedua anakku sudah menikmati es krim di tangan mereka masing-masing dan dengan isengnya aku mendekat dan menggigit es krim mereka satu persatu dengan ukuran besar membuat mereka menangis, kalian tahu bagaimana sifat istriku bukan dia langsung saja melemparku dengan sendal yang ada di kaki kanan dan tepat saja langsung mengenai pundakku spontan membuat orang-orang yang ada di sana tertawa melihat tingkah kami berdua

"hahahaha hahahaha"

mereka tertawa

"kamu ini loo kalau mau ya dibeli sendiri jangan gangguin anak-anaknya itu udah pada nangis dasar kak Arta, sana beliin lagi punya aku dan semua sekalian"

omelnya

"laah aku gigit nya cuman 2 kali kok harus gantinya banyak nggak adil dong yang"

protesku

saat itu istriku hanya menaikkan kedua tangannya di pinggang dan menatapku seolah-olah matanya akan keluar membuatku geli dan semua orang pun kembali tertawa

"hahahahahahahaha"

"iya ih iya ya gitu aja kok langsung berubah jadi Hulk"

kataku balik mengomel

"kamu tadi bilang aku apa"

tanyanya

"nggak kok yang, nggak!? aku tadi bilang fandri kok hehehe yuk fan"

ajak ku langsung

"lah aku kok dibawa-bawa sih"

kata findri yang masih terduduk

"udah cepat ambil motor sana"

kataku menariknya dari tempat duduknya

selang beberapa detik fandri pun sudah menyalakan motornya dan kami pun segera menuju ke supermarket terdekat,hanya butuh waktu beberapa menit kami pergi dan lalu pulang kembali membawa semua pesanan yang mereka inginkan.

aku kembali mendekat pada kedua anakku dan memberikan mereka es krim yang baru tentu saja membuat mereka sangat senang,ayah yang saat itu duduk bersama kami juga menikmati es krim yang tadi aku beli walaupun tidak habis banyak seperti yang lain.

hari ini ini aku merasa hari yang penuh dengan rasa

============================

hai semua

balik lagi

semoga suka ya

avataravatar
Next chapter