1 Chapter 1: Lahirnya Anak Dewa Poseidon

Di sebuah kediaman rumah yang cukup sederhana, terdapat sepasang sejoli yang saling bermesraan. Mereka saling menautkan lidah mereka satu sama lain membuat air liur mereka saling bercampur. Suasana semakin panas hingga akhirnya mereka saling bercinta sampai larut pagi.

...

Suara tangisan bayi yang baru saja lahir dari muka bumi terdengar sangat keras. Terlihat wanita yang sedang tiduran di atas ranjang pasien bersama dengan seorang dokter yang sedang menggendong anaknya.

Tangis bahagia terlihat di wajah wanita tersebut saat melihat sang buah hatinya sudah terlahir ke dunia.

"Selamat nyonya anaknya sudah lahir."

"Bolehkah saya menggendong anak saya?"

"Tentu."

Dokter itu menghampiri wanita sambil membawa bayi yang sudah di pakaikan kain di sekujur tubuhnya. Bayi mungil yang terus menangis kini sudah berpindah ke pangkuan sang wanita

Sang wanita tersenyum melihat sang buah hati tercintanya. Air mata bahagia bercampur kesedihan mengalir keluar dari ujung matanya membasahi pipinya.

Di sebelah tempat tidurnya sosok tinggi jangkung berdiri sambil mengusap - ngusap kepala sang wanita.

Lima tahun kemudian setelah kelahiran sang buah hati yang diberi nama Arthur Raynhart, ayahnya tidak kunjung pulang. Zendaya masih setia menunggu kedatangan suaminya, dia sudah tidak pulang semenjak dirinya lahiran. Dia bilang dia hanya akan pergi sebentar dan ada urusan yang harus diselesaikan. Zendaya percaya kalau suaminya akan segera pulang.

Hari semakin sore, langit semakin gelap. Tetesan air pertama turun dari langit dan kemudian semakin lama tetesan itu semakin banyak. Hujan badai mengguyur kota Berlin sangat kencang hingga angin kencang membuat pepohonan sekitar tumbang.

"Ibu, Aku takut."

Zendaya segera memeluk Arthur yang ketakutan, dia memenangkan anaknya supaya tidak takut.

"Tidak usah takut disini ada ibu yang menemani."

"Dimana, Ayah? Kenapa dia belum pulang?"

Pertanyaan yang sangat sulit bagi Zendaya untuk di jawab. Semenjak kelahirannya Arthur sama sekali belum pernah melihat Ayahnya. Saat dia melihat teman - temannya yang bermain dengan ayahnya, Arthur selalu bertanya dimana keberadaan ayahnya kepada Zendaya dan Zendaya selalu berbohong kepada Arthur kalau ayahnya seorang pilot yang sedang bekerja, sulit baginya untuk pulang ke rumah.

Sedih rasanya jika terus berbohong, mengatakan hal yang Zendaya sendiri tidak tahu kebenarannya. Tidak mungkin jika dia terus berbohong pada Arthur. Semakin lama Arthur akan semakin besar dia pasti akan sadar akan hal itu.

"Bentar lagi dia akan pulang." jawab Zendaya.

"Benarkah?"

Zendaya menganggukan kepalanya. Tiba - tiba bunyi suara terdengar dari perut Arthur.

"Ibu, aku lapar."

Benar juga. Hari sudah menjelang malam sudah waktunya bagi mereka untuk makan malam. Sangking Zendaya memikirkan suaminya dia sampai lupa kalau dia belum menyiapkan makanan malam.

"Kau lapar? Arthur mau makan apa?"

"Cereal!"

"Oke, tunggu sebentar ya. Ibu buatkan."

Setelah membuat makanan favorit Arthur, dia telah menghabiskannya hingga tidak ada satupun makanan yang tersisa.

"Sudah habis?"

"Hmm."

Zendaya menaruh mangkok yang sudah kosong itu di dalam wastafel dan mencucinya hingga bersih. Setelah kembali ke ruang tamu Zendaya melihat Arthur sudah tertidur lelap di atas sofa. Dia segera menyelimuti tubuh Arthur dengan selimut.

Hujan masih tak kunjung reda. Cuman hanya ada dia dan juga Arthur di rumah ini. Suasana sangat sepi hanya ada suara rintikan hujan yang menemani malam Zendaya. Mata Zendaya perlahan semakin mengantuk namun dia paksakan untuk tetap terbuka. Dia takut kalau suaminya tiba - tiba pulang ke rumah, Zendaya mempunyai firasat kalau dia akan pulang hari ini.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam mata Zendaya kian lama semakin berat. Tak kuat untuk menahan rasa kantuknya akhirnya kini dia tertidur pulas di samping anaknya. Belum lama setelah Zendaya tertidur, dirinya terbangun karena suara dentuman kilat yang cukup keras dari luar rumah. Reflek Zendaya langsung terbangun dari tidurnya.

"Astaga, apa yang telah terjadi."

Sadar kalau dirinya baru saja tertidur kini dia bangkit dan mengintip keluar jendela. Hujan masih mengguyur dengan kencang bahkan disertai angin kencang. Baru saja Zendaya ingin memutuskan kembali dia melihat sesosok pria yang ternyata sedang berdiri membelakangi pintu.

Zendaya yang hanya melihat dari postur tubuh dia sudah tahu siapa orang tersebut. Dia lalu membuka pintu rumahnya dan menghampiri sosok pria itu.

"Poseidon."

Tubuh pria itu perlahan - lahan membalikkan badan memperlihatkan sosok wajahnya yang tampan. Pria itu tidak terlihat berbeda semenjak pertama kali Zendaya bertemu dengannya.

"Kau akhirnya datang juga. Ayo kita masuk, Arthur pasti akan senang jika bertemu dan melihatmu."

Zendaya ingin kembali masuk ke dalam rumah namun tubuhnya di tahan oleh tangan Poseidon. Dia pun menghentikan langkahnya.

"Zendaya."

"Ada apa Poseidon?"

Poseidon terdiam. Dia tak tahu harus mulai darimana untuk dirinya menjelaskan semua yang terjadi kepada Zendaya.

"Poseidon? Kenapa kamu diam saja? Ayo kita masuk."

"Maaf, Zendaya aku.. tidak bisa."

"A-apa maksudmu tidak bisa, Poseidon?"

Raut wajah Zendaya terlihat kebingungan, entah apa yang dibicarakan suaminya itu Zendaya sulit mengerti. Sudah lebih dari lima tahun suaminya tidak pulang ke rumah. Semenjak kelahiran Arthur dia sama sekali belum pernah menemuinya dan sekarang dia mengatakan kalau dia tidak bisa.

"Aku tidak mau Arthur melihatku, dia pasti akan kecewa terhadapku."

"Justru sebaliknya, Poseidon. Dia akan sangat kecewa jika dia tidak pernah bertemu dengan ayah kandungnya."

"Zendaya, maafkan aku, aku tidak punya banyak waktu."

"Apa maksudmu? kau baru saja datang setelah lima tahun tidak pulang, kenapa kau harus pergi lagi, Poseidon."

Sambil memegang pundak Zendaya, Poseidon mencoba untuk menenangkannya.

"Kau tahu kalau aku bukanlah manusia biasa."

"Iya, Aku tahu itu."

"Seorang dewa tidak boleh berhubungan dengan manusia, Zendaya. Mereka tidak boleh mencampuri urusan - urusan yang telah di timbulkan oleh manusia. Bahkan untuk tidak tinggal sementara saja tidak boleh."

"Kenapa kau tidak mengatakan itu sejak awal, kalau kau tahu tentang hal itu mengapa kau dekati aku, Poseidon?" Zendaya terisak menahan kesedihannya. Jika dia tahu hal ini sejak awal dia tidak mungkin mau mendekatinya, tapi Poseidon, dia telah berbohong padanya atau mungkin selama ini dirinya yang bodoh.

"Maafkan aku, Zendaya. Itu semua salah ku. Semua yang telah kulakukan itu karena aku sangat mencintaimu."

Poseidon memeluk tubuh Zendaya erat. Tangisan Zendaya tak bisa terbendung kan lagi, air mata mulai membasahi pakaian Poseidon.

Zendaya tahu akan hal itu, sejak pertama kali bertemu dengan Poseidon.

Saat itu Zendaya terjatuh dari sebuah kapal pesiar ditengah - tengah laut, tak ada satupun orang yang melihat Zendaya terjatuh. Di sama sekali tidak bisa berenang saat itu, tubuhnya terus bergerak tak beraturan membuat dirinya semakin tenggelam lebih dalam.

Zendaya sudah pasrah akan hal itu, sebelum akhirnya dia kehabisan nafas karena air yang sudah memenuhi seluruh tubuhnya membuatnya sulit untuk bernafas.

Kesadarannya perlahan mulai menghilang hingga akhirnya dia tidak sadarkan diri. Hal terakhir yang dia lihat saat kehilangan kesadaran adalah wajah seorang pria yang tampan.

Pria itu adalah Poseidon, orang yang menyelamatkan hidupnya. Hari demi hari Zendaya semakin dekat dengan Poseidon, dia mulai mencintai Poseidon begitupula sebaliknya.

Perasaan itu membuat Poseidon mulai terbuka terhadap Zendaya. Dia menceritakan siapa dirinya sebenarnya, awalnya Poseidon takut jika Zendaya akan takut padanya dan mulai menjauhi dirinya. Namun jawaban Zendaya membuat Poseidon terkejut, dia tidak peduli siapa sebenarnya Poseidon. Zendaya mengatakan kalau dirinya hanya mencintai Poseidon. Mendengar jawaban Zendaya, Poseidon semakin mencintai Zendaya.

Mulai saat itu, Poseidon melamar Zendaya untuk menikahinya. Pernikahan itu berlangsung cukup meriah dengan di hadiri keluarga dari Zendaya dan juga keluarga 'Palsu' Poseidon. Tentu saja Zendaya tidak memberitahu identitas sebenarnya Poseidon terhadap keluarganya.

Namun pernikahan itu ternyata tidak seperti yang diharapkan Zendaya. Setelah kelahiran Arrhur, Poseidon berpamitan untuk pergi karena ada sesuatu yang tak bisa di tinggalkan di langit sana. Zendaya mengerti akan hal itu dan membiarkan Poseidon pergi.

Lima tahun sudah setelah kepergian Poseidon, Zendaya tidak menduga kalau suaminya akan selama ini pergi dan saat dia sudah kembali, dia mengatakan kalau dirinya akan pergi untuk selamanya.

Zendaya melepaskan tangan Poseidon dari tubuhnya.

"Bagaimana dengan Arthur? Apa kau tidak mencintainya? Kau mungkin bisa meninggalkan aku, tapi bagaimana dengan Arthur? Dia masih kecil, siapa yang akan mengajarinya, dia butuh seorang ayah, Poseidon."

Hanya inilah satu - satunya cara Zendaya agar bisa membujuk Poseidon untuk tidak pergi. Dia tidak mungkin meninggalkan darah dagingnya sendiri.

"Zendaya, maafkan aku. Aku benar - benar tidak bisa tinggal disini ataupun berurusan lagi dengan dunia ini. Jika kau tidak bisa menjaga Arthur, aku akan membawanya ke suatu tempat yang cocok untuknya."

"Tidak! Aku tidak mau berpisah dengan Arthur."

"Tapi Zendaya, Kau tahu kalau Arthur adalah Anakku, dia mempunyai sebagian kekuatan ku di dalamnya dirinya. Kalau dia masih tetap disini, para monster itu akan mengetahui keberadaannya dan akan membunuhnya." jelas Poseidon.

"Tapi..."

Raut wajah kesedihan Zendaya membuat Poseidon tidak tega. Meninggalkan Zendaya saja sulit untuknya apalagi memisahkan anak dan ibu yang telah melahirkannya.

"Baiklah, aku akan membiarkan Arthur padamu, tapi aku meminta padamu satu hal."

Setelah menjelaskan semuanya kepada Zendaya, Arthur berpamitan kepadanya.

"Ini sudah waktunya bagiku untuk pergi. Zendaya, sekali lagi aku meminta maaf, hanya itu yang bisa kulakukan padamu dan juga Arthur. Aku pergi sekarang."

Poseidon berjalan keluar menerjang hujan yang sangat deras hingga dia menghilang menyatu dengan air.

Perasaan Zendaya bercampur aduk, dia masih belum menerima dengan apa yang sudah terjadi. Dia tak percaya suaminya benar - benar meninggalkan dirinya bersama putra satu - satunya. Zendaya terduduk lemas mengeluarkan air mata kesedihan. Dia tak sadar kalau Arthur sedari tadi mengintipnya dari balik jendela.

avataravatar
Next chapter