22 TEMPAT BERSINGGAH II

" Jadi kalian tidak mau mendengarkan ya? Sungguh menyebalkan.. baiklah aku tidak mempunyai pilihan lain. Kesabaranku sudah mencapai batasnya. Majulah, akan kupotong siapapun yang menyerangku!! karna kalian yang menyerang jadi itu bisa dianggap sebagi bentuk pertahanan diri. Orxsia, Lindungi Luxia dan para Elf itu, kekerasan ku ijin, hanya saja jangan sampai membunuh mereka. Mengerti?'' sembari mengacungkan senjataku aku memberi perintah kepada Orxsia.

'' Saya mengerti Tuan.''

Berbeda dengan ku yang menunjukan kemarahan, sepertinya mereka mulai menunjukan ketakutan setelah melihat aku mengacungkan senjataku kepada mereka. Mereka pasti mengerti bahwa pedang yang kupegang bukanlah pedang biasa mengingat ada sebuah listrik biru yang menyelimuti pedang ini.

Aku masih menunggu mereka menyerang tapi sepertinya tidak ada dari mereka yang mau maju duluan dan membuka pertarungan.

'' Sampai kapan hal ini berlangsung, mataku sudah ngantuk kampret!'' Aku mengumpat dalam hati karena sepertinya mereka benar-benar tidak ada yang mau maju menyerang.. Dimanakah gertakan mereka tadi?

''Cukup.. jika tidak ada yang mau menyerang, maka aku yang akan menyerang..Dimanakah gertakan kalian ta..''

''Ma-Maafkan kami Tuan, kalian semua.. cepat buang senjata kalian!!''

Saat aku mulai melangkah maju perlahan mereka mundur gemetaran, Tapi seseorang menghentikan kata-kataku. Dia adalah seorang pria yang kutaksir berumur 45 tahunan dan tanpa senjata maju kedepanku.

'' Kepala desa, itu terlalu berbahaya. Mundur lah!'' salah satu pria berteriak kepada Om-om ini, yang sepertinya memiliki jabatan sebagai kepala desa.

'' Diamlah! Dan cepat buang senjata kalian, sebelum kalian benar-benar dihabisi!!'' membalas teriakan orang tadi, om-om ini juga berteriak memerintahkan kepada mereka semua untuk membuang senjatanya. Saat dia bilang 'dihabisi' mereka pun langsung membuang senjata mereka sebagai respon atas kata itu.

''Maaf atas kesalahpahaman barusan, Tuan. Sepertinya Anda bukanlah rombongan para perampok yang datang kemari pada 2 musim yang lalu. Bisakah kami mengetahui siapa Tuan sebenarnya? Nama saya adalah Fenrid, Saya Ketua Desa disini.'' Kepala desa berbicara kepadaku secara sopan .

Akupun memutuskan menurunkan senjataku dan mulai berbicara.

'' Baguslah kalau kau mengetahui kami bukanlah orang jahat atau rombongan apalah itu. Perkenalkan namaku Glen, aku adalah seorang petualang. Yang besar dibelakang adalah Orxsia, Dia adalah Orc, tetapi dia bukanlah Orc yang jahat sejauh ini, dan merupakan bawahanku.

Selanjutnya, Peri hutan putih ini adalah Luxia, dia adalah penjaga hutan atau apalah itu. Dan kedua temannya yang sedang digendong Orxsia itu sedang terluka jadi kami membutuhkan tempat untuk menumpang sebentar.'' Aku menjelaskan tentang diri kami kepada mereka.

'' Hey!! Tidak sopan. Bukankah sudah kubilang, namaku adalah Luxiria vor Duntinea. Aku memang bekerja sebagai penjaga hutan, terus apa maksudmu dengan apalah itu?

Maaf Tuan.. akan saya jelaskan dengan lebih baik mengenai kondisi kami saat ini...,Saat Kami sedang berpatroli dihutan, tiba-tiba kami disergap oleh pasukan Orc. Karena kalah jumlah, akhirnya kami kalah dan banyak orang orang kami yang gugur. Tapi secara kebetulan kami diselamatkan oleh orang menyebalkan ini, jadi kurasa kalian bisa mempercayai dia.'' Dengan memhela nafas Luxia mengucapkan kalimat itu dan membujuk kepala desa untuk mempercayai kami.

'' Hei bukan kah yang tidak sopan adalah kau? Menyebut penyelamatmu dengan orang menyebalkan, apa-apaan itu? Yang lebih penting, kepala desa, apakah kau mengetahui apa yang diucapkannya? Sepertinya dia menggunakan bahasa para Elf lagi.''

'' Ya Tuan Glen, Negara kami sebelumnya mempunyai hubungan yang baik dengan bangsa Elf yang telah terjalin sangat lama, bahkan bahasa para Elf dan bahasa keseharian kami pun tidak jauh berbeda dengan bahasa yang kaum peri lafalkan. Itu merupakan bahasa yang sudah sangat lama ada.''

''Tadi Anda bilang bahwa nama anda adalah Duntine, Nona? Apakah Anda adalah keluarga bangsawan Elf Duntine?'' kepala desa menyambung kalimat nya dan menanyakan hal itu kepada Luxia.

'' Benar, namaku adalah Luxiria Vor Duntinea, aku adalah anak dari Liliana Vor Duntinea. Aku merupakan anak keempat dari raja Elf Zehfi Vor Duntinea.

Bagaimana manusia, apakah kau sekarang bisa lebih menghormatiku?'' dengan nada sombong Luxia mengucapkan kalimat itu sembari mengacungkan jarinya ke arahku.

''Heh jadi kau adalah anak raja kah? Luar biasa..' Aku mengucapkan kalimat itu dengan datar.

'' Apa-apaan itu? Apa-apaan kalimat datar itu? Apakah kau tidak mempercayaiku?'' Luxia yang merasa diremehkan karena kalimat datar ku, memprotes dengan keras.

'' Ya.. Ya.. Aku percaya. Aku percaya, Elf yang bertugas menjaga hutan adalah seorang putri raja, aku percaya Elf yang terkagum-kagum dengan sebuah Padang rumput seperti anak kecil yang pertama melihat hal yang seperti itu dan memasang muka takjub seperti anak kecil adalah putri Raja.*Duak*..Uh...'' masih dengan nada datar aku mengucapkan kalimat itu. Aku terhenti saat ada tangan yang melayang meninju perutku.

''Kau.. kau.. kau membahasnya lagi!! Dasar manusia menyebalkan,'' tanpa rasa bersalah, dia mengucapkan hal itu sehabis memukul perutku.

''Ka- kau yang menyebalkan. Kenapa kau memukulku lagi? Apakah itu sudah menjadi kebiasaanmu."

'' Salah sendiri, kenapa kau mengejek..*sfk hap'' sebelum menyelesaikan kalimatnya, tangan Luxia dan dirinya telah ditangkap oleh Orxsia.

''Tuan, apakah wanita ini hendak menyerang Anda lagi? Apakah perlu saya patahkan tangannya agar dia tidak menyerang Anda lagi?''

Orxsia yang melihatku dipukul oleh Luxia segera menangkap Luxia, setelah menurunkan kedua elf yang terluka itu dan mengucapkan kalimat menyeramkan tadi.

Luxia yang mendengar Orxsia mengucapkan kalimat itu hanya bisa memucat dan ketakutan.

'' Hey lepaskan aku!!''

''Diam. Jika kau bergerak maka akan kupatahkan kedua lenganmu yang kecil ini''

Luxia yang mendengar hardikan Orxsia kemudian diam ketakutan.

'' Cukup Orxsia! Tidak perlu melakukan hal itu. Tapi benar juga, bagaimana kalau kita buat dia terasa terpingkal-pingkal seperti sebelumnya, atau kita telanjangi saja dia. Hahahaha''

''Tidak!!! Kau keterlaluan Glen! Jangan lakukan itu! Maafkan aku, tapi itu bukan murni hanya kesalahanku, kau ingat?

Aku memukulmu karena kau mengejekku, jadi bisa kita anggap impas? Atau jika perlu kau hanya perlu untuk memukulku bukan? Silahkan pukul aku!''

Luxia yang mendengar ku mengucapkan kalimat tadi hanya bisa menjawab pasrah dan dengan mata yang berkaca-kaca.

'' Ha.Ha.ha kau terlalu menangapi serius Luxi. Tadi itu hanya bercanda kau tahu? Lihat ekspresi ketakutannmu itu hahahaha. Mana ada aku kepikiran untuk berbuat hal seperti itu kepadamu! Lagipula aku bukanlah tipe orang yang akan menyiksa atau menyakiti seorang wanita jika itu bukanlah sebuah keadaaan darurat kau tahu! Yah kita bisa anggap ini impas atau lebih tepatnya aku yang menang karena bisa membuatmu berkaca-kaca seperti anak kecil hahahaha. Orxsia, Cepat lepaskan dia!''

Orxsia yang mendengar ku mengucapakan perintah segera menurunkan Luxia dan melepaskannya.

''Kau..hiks..kau keterlaluan Glen! Kau melakukannya lagi! Sudah kubilang kalau aku itu bukanlah anak kecil, umurku lebih panjang darimu. Walaupun aku masih muda untuk golongan Elf tapi aku lebih tua darimu!Candaanmu keterlaluan!." Luxia yang sudah diturunkan mengucapkan dengan muka yang memerah dan mata berkaca-kaca.

Sepertinya dia hendak memukulku lagi, tapi karna masih ada Orxsia di belakang nya, diapun menyurutkan niatnya.

'' Yah maafkan aku, Tenang saja, aku tidak akan memukulmu kok. Baiklah..Baiklah.. Orxsia! Lain kali kau tidak boleh menyakiti Elf menyebalkan ini, okay?

Dia itu sekutu kita untuk saat ini jadi kau tidak diperkenankan untuk menyakitinya, tapi jika untuk menahan dia, kau diperbolehkan. Kau mengerti?'' Karena melihat Luxia yang ketakutan setelah diancam oleh Orxsia aku jadi merasa bersalah.

''Baiklah Tuanku! Saya mengerti dan akan melaksanakannya.''

''Baguslah kalau kau mengerti. Sekarang.. kepala desa, bisa kah kau meminjam kan tempat untuk kami menginap? Kami tidak punya uang untuk saat ini, Tapi aku berjanji, jika kami punya uang, maka aku akan mengembalikan biaya penginapan ya 2x lipat. Apakah kau setuju?'' Aku bertanya kepada kepala desa yang sedari tadi hanya diam, ketika kami sedang bertengkar.

'' Ba-baiklah Tuan, bagaimana kalau Anda menginap ditempat saya? Rumah saya tidak terlalu jauh dari sini, dan berukuran lumayan besar.''

''Hemm. Baiklah, berapa biaya sewanya?''

''Ti-Tidak usah Tuan! Saya menawarkan bantuan kepada anda secara gratis sebagai bentuk permintaan maaf karena telah berlaku tidak sopan kepada rombongan Anda.''

''Gratis? Kau akan memberikan sebuah tempat menginap secara cuma-cuma, kepada orang yang baru kau kenal? Apa kau berniat menjebak ku?'' karena merasa curiga aku menunjuk kepada kepala desa itu.

''Ti-Tidak Tuan, saya tidak punya niat seperti itu. Ini saya lakukan sebagai permintaan maaf yang tulus kepada Anda.. Kalau Tuan masih mencurigai saya, bagaiman jika Tuan memberikan 3 koin perak kepada saya setelah Anda mempunyai uang? Itu adalah harga standar untuk sebuah penginapan.'' Dengan gugup dan terbata kepala desa itu berusaha menjelaskan kepadaku bahwa dia tidak berusaha menjebak ku.

''Baiklah, aku terima tawaranmu. Aku akan mengembalikan nya 2x lipat setelah mendapatkan uang. Tunjukkanlah kami jalannya!''

'' Baiklah, silahkan lewat sini Tuan''

Kepala Desa menuntun kami berjalan menuju rumahnya.

.

.

Kami diantar ke rumah kepala desa. Memang benar, rumah kepala desa memang berukuran besar, besarnya kira-kira 2 kali ukuran rumah normal didesa ini.

Kamar yang dipinjamkan ke kami adalah kamar yang berukuran besar yang sepertinya memang disediakan untuk Tamu. Kamar ini memiliki 2 tempat tidur yang bersebelahan yang masing-masing dapat ditempati 2 orang. Dimasing- masing tempat tidur terdapat kasur yang sepertinya terbuat dari kapas atau bulu unggas.

Akupun menyuruh Orxsia untuk menaruh kedua Elf yang terus dibawanya. Kemudian melanjutkan,

'' Hei Orxsia. Apakah kau sudah kelelahan? Bagaimana jika kau kusuruh untuk berjaga pertama? Apakah kau sanggup?''

'' Tentu saja saya sanggup Tuan. Walaupun sudah membawa 2 orang itu tapi tubuhku tidak mengalami kelelahan yang berarti. Ini semua adalah berkah dari Tuanku.''

'' Baiklah, jadi sudah diputuskan bahwa kau bertugas jaga duluan okay. Jika kau sudah merasa sudah ngantuk bangunkan aku. Aku akan berjaga mengantikanmu. Oh ya, sepertinya tadi aku melihat Ada kumpulan buku di ruang Tamu dilemari kepala desa, bukankah kau suka membaca? Bagaimana jika kau pinjam saja buku itu kepada kepala desa untuk menghabiskan waktu agar kau tidak bosan?''

'' Baiklah tuan, terima kasih atas saran Anda.''

'' Tapi ingat untuk membaca disini okay? Dan fokus juga kepada penjagaan, mengerti?''

''Saya mengerti Tuan, saya pasti tidak akan mengecewakan harapan Tuan.''

''Hem-hem bagus, baiklah Luxia, mari kita Tidur.'' Aku mengangguk mengerti, kemudian pergi ketempat tidur dan mengajak Luxia untuk segera tidur.

''Hei!! Apa maksudmu dengan segera tidur? Apakah aku harus tidur seranjang denganmu? Kau ingin berbuat macam-macam lagi dengan tubuhku?? AKU TIDAK MAU!!!'' Luxia menyuarakan protesnya kepadaku karena kita harus tidur seranjang.

'' Berisik kau wanita menyebalkan! Suara berisikmu akan menggangu Kepala desa dan tetangga kau tahu? siapa pula yang mau berbuat yang tidak-tidak kepadamu?

Aku cuma mengajakmu untuk segera tidur, Terserah padamu untuk tidur dimana! Bahkan jika kau tidur dilantai pun akan tidak akan keberatan... Sudahlah, aku mau tidur, jadi jangan berisik.'' aku menyuarakan protes ku kepada Elf menyebalkan itu. Sepertinya dia mulai berfikir dengan keras setelah mendengar jawabanku.

'' Kau benar-benar tidak akan berbuat yang tidak-tidak kan jika aku tidur disampingmu? '' Dia mulai mendekat ke tempat tidur.

''Entahlah, Tapi mana mungkin aku akan berbuat hal seperti itu selama ada Orxsia disini, Lagipula aku sudah kelelahan. Aku ingin tidur, jadi jangan berisik lagi, okay? Terserah padamu mau tidur dimana, jadi Diamlah okay!''

Aku memang mengatakan bahwa aku tidak akan macam-macam kepadanya karena Orxsia ada disini, tapi kenyataannya dia sekarang tidak sedang berada disini. Orxsia sedang mengambil buku yang ingin dibacanya diruang tamu. Tapi bodo amatlah, aku ngantuk dan ingin tidur.

Setelah mendengar jawabanku walaupun masih ragu Luxia mulai menempatkan dirinya disamping ku dengan posisi tidur membelakangi ku. Kamipun tertidur..

#Disuatu rumah warga terdapat orang yang sedang berkumpul, salah satunya adalah kepala desa.

Mereka berkumpul untuk membahas mengenai para pendatang yang baru saja datang ke desa mereka dan menginap dirumahnya kepala desa saat ini.

''Jadi, kepala desa, apakah yang akan kita lakukan saat ini? Apakah kita akan menyerang mereka saat mereka tengah terlelap tidur? '' Salah seorang warga menyuarakan pendapatnya dan bertanya kepada kepala desa.

.

.

Bersambung..

Apa yang direncanakan kepala desa dan penduduk yang lain? Nantikan kelanjutannya ya😉

Suka cerita ini? Dukung penulis dengan cara kasih bintang (⭐) 5 dan Power stonenya (batu kuasa) ya? Tenang gratis kok.

Biar penulis makin semangat dan Cepat Updatenya.

Thanks

avataravatar
Next chapter