14 Para Orc dan Takdir II

Die Orc und das Schicksal

Saat aku menatap gadis itu, Dia juga melihatku, pandangan kami bertemu. Lalu..

''Bi-Bitte helfen "

" (To-Tolong)'' Dia mengucapkan lirih tanpa tenaga bahkan hampir tak terdengar suaranya.

Aku tidak mengerti apa yang dikatakannya, tetapi melihat keadaannya sepertinya dia meminta pertolongan kepadaku. Dan entah kenapa aku merasa harus menolongnya.

Melihat situasi saat ini, sepertinya aku tidak punya pilihan. Aku lalu berkata,

'' Hei. Dengar! Sepertinya aku akan membunuh mereka semua. Kau boleh bergabung dengan mereka dan mati ! Tetapi jika kau masih ingin hidup berlututlah dan mundur lah kebelakang! ''

Mendengar keseriusan tentang apa yang barusan kukatakan, Orc yang disampingku ini langsung gemetaran dan bergegas berlutut.

Sebenarnya jika dia tidak segera berlutut aku akan segera bergegas menebas lehernya. Tetapi sepertinya hal itu tidak diperlukan.

''Bagus. Mundurlah!!''

Melihat Orc disampingku berlutut kepadaku mereka pun terkejut.

'' Hey kenapa kau berlutut. APA KAU SERORANG PENGH..''

Ucapannya terputus saat aku tiba-tiba menyerang anak buahnya yang paling dekat denganku.

Aku mengaktifkan Auto-battle.

Aku Tahu jika Para Orc itu tidak ada yang bisa diajak bicara baik-baik terkecuali Orc yang tunduk denganku tadi.

Maka tanpa membuang waktu aku segera menyerang mereka tanpa menunggu reaksi mereka dan hasilnya aku dengan cepat berhasil menebas 2 diantara mereka.

Mereka terkejut dan dengan panik mereka menjatuhkan senjata dan armor jarahan yang mereka pegang. Dengan tergesa-gesa mereka Kemudian berusaha mengeluarkan senjata mereka.

Tapi terlambat.

Aku segera kembali menerjang kearah mereka. 1 kepala Orc mengelinding lagi diatasi tanah.

Tanpa sempat bereaksi Orc yang 1 lagi hanya bisa terkejut dan melangkah mundur. Tapi dengan cepat aku segera mengejarnya lalu menebasnya kepalanya.

1 Orc lagi terjatuh seperti boneka yang terputus dari benangnya dan darah memuncrat darinya.

Dalam waktu singkat aku berhasil menghabisi 4 orc. Tubuhku dipenuhi cipratan darah Orc.

Aku menghentikan seranganku lalu melihat ke arah mereka.

Sepertinya mereka terkejut atas kejadian yang barusan terjadi. Dan kejadian tersebut masih belum bisa mereka sadari.

Tetapi, setelah mereka bisa mencerna apa yang benar-benar telah terjadi, mereka menjadi pucat pasi.

Bahkan Orc yang dibelakangku langsung bersujud lebih merendahkan kepalanya seolah-olah dia takut jika aku juga akan memotong kepalanya jika dia mengangkat kepalanya.

''Ap-apa-apaan itu? Ku-Kurang ajar !! Kalian berenam segera maju, lalu serang  dia sekaligus!! '' Komandan Orc memberi perintah.

Orc yang sepertinya berposisi sebagai komandan memberikan perintah dengan amarahnya.

Keenam orc yang bertugas menjaga tawanan perang, maju serempak kearahku.

Keenam Orc itu bergegas meninggalkankan pekerjaan mereka lalu mengangkat senjata mereka dan berlari ke arahku berusaha menyerangku secara bersamaan.

''Jadi kalian berencana mengeroyokku kah? Menarik. MAJULAH!!''

Aku yang percaya diri akan kekuatanku menyuarakan tantangan ke mereka. Aku merasa harus cepat menyelesaikan pertarungan ini dan segera menolong wanita itu.

Tentu saja dengan auto-battle dan keahlian bertarungku, aku tidak mungkin kalah hanya dengan kroco-kroco semacam mereka.

Aku menghindari setiap serangan mereka dengan gerakan ku yang lincah berkat reflek auto battle dan tubuh kecilku.

Terkadang aku juga menahan serangan mereka dengan pedangku dan tidak lupa juga aku membalas serangan mereka.

Satu persatu dari mereka mulai tumbang.

Aku berhasil memotong tangan dan kaki beberapa dari mereka, tetapi daya regenerasi mereka tetap saja tinggi untuk seukuran kroco.

Dengan cepat tangan dan kaki ataupun luka mereka segera menyembuhkan diri.

Hanya mereka yang aku potong lehernya yang tidak dapat bangkit lagi.

Setelah 15 menit-an pertarungan, akhirnya aku keluar sebagai pemenang.

Tentu saja aku juga terluka melawan musuh sebanyak itu.

Karena mereka mengeroyokku, aku menderita beberapa luka tebasan. Tetapi, itu tidak terlalu dalam sehingga tidak menjadi masalah.

Yang menjadi masalah adalah luka akibat serangan kayu pemukul yang sempat mengenaiku. Aku sempat merasa pening dikepalaku akibat benturan itu. Tapi walaupun begitu, dengan cepat aku segera bangkit secara otomatis berkat skill auto-battle itu dan membunuh mereka.

''Hah..hah..hah Aku menang. Jadi sekarang tinggal kalian berdua. Aku tidaklah mengapa membiarkan kalian pergi, jadi sebaiknya kalian pergi saja atau kalian akan bernasib seperti teman kalian ini!''

Aku mengatakan itu sembari menunjuk mayat orang yang kukalahkan dengan pedangku.

Aku menatap Mereka berdua yang tersisa. Aku berharap mereka pergi saja, karna aku sudah kelelahan. Tapi,

''Ha.Ha...Ha... Hebat manusia. Aku mengakuimu. Kami berdua yang akan menjadi lawanmu selanjutnya!!''

" HEY PERGI SAJA SANA!! "

Aku ingin mengatakan itu kepada mereka setelah mendengar jawaban mereka yang penuh percaya diri itu.

''Hem. Baiklah kalau itu yang menjadi keputusan kalian. Aku akan serius sekarang. Jangan menyesal karena kalian telah menolak kebaikanku!'

Sial.. aku harap gertakan ku akan berhasil menakuti mereka, tetapi hasilnya malah sebaliknya.

''Hahaha tentu saja manusia. Kurasa kau adalah salah satu dari Pahlawan, karena kekuatanmu sangatlah hebat. Tetapi kami Juga akan menanggapinya dengan serius.'' Kemudian dia tersenyum.

Senyumannya bukanlah senyuman yang menenangkan, tetapi lebih seperti senyum yang mengerikan.

Sialan..ini berbeda dari yang kuinginkan. .Tapi aku telah menuai apa yang ku tanam..

"Yah merepotkan." aku berpikir demikian dalam pikiranku.

Aku segera memasang kuda-kuda ku.

Membalas pergerakanku, mereka pun mengeluarkan senjata mereka.

Orc yang besar mengeluarkan Warhammer (palu perang) dan yang lebih kecil mengeluarkan battle-Axe(kapak perang).

Sepertinya mereka waspada terhadap ku setelah melihat kemampuanku.

Sekarang apa yang harus kulakukan?

Mereka sepertinya kuat, seperti dua Orc yang ku lawan pertama kali, bahkan kelihatannya mereka lebih kuat.

Aku harus waspada kali ini.

Komandan Orc mulai mendekat ke arahku, kemudian pertarungan pun dimulai.

Dia mengayunkan warhammer nya secara vertikal kearah ku, sebuah serangan khas dari yang mengandalkan kekuatan.

Walaupun rasanya seperti mengandalkan kekuatan, Tapi kali ini berbeda. Kecepatan ayunannya benar-benar mengerikan.

BUMM...

Beruntung aku berhasil menghindar dengan melompat kesamping berkat reflek auto-battle.

Tapi dari belakang, Orc yang memakai battle-axe mengayunkan kapaknya secara horizontal berusaha membelahku.

Jika aku berbalik pasti tidak akan sempat.

Segera saja aku berusaha menahan dengan pedangku.

Clang...

Akupun terpental karna efek energi mekanik yang diberikan kapak itu begitu besar dan jatuh berguling.

Sial...Apa-apaan kekuatan mereka.

Tidak. Sekarang bukan waktunya mengeluh.

Segera akupun berusaha bangkit lagi.

" Tapi apa yang harus kulakukan? Tidak mungkin aku menghadapi mereka berdua sekaligus, Tidak, itu adalah kenyataannya. Tapi strategi apa yang harus kugunakan ? Apakah aku harus berfokus pada salah satu dari mereka? Tapi mana yang harus kukalahkan dahulu sembari menghindar serangan orc yang satunya? Kalau dipikir-pikir, Orc yang memakai kapak sepertinya lebih lemah. Apakah aku harus mengincarnya? Yah tidak ada salahnya mencoba." Aku terus memikirkan dan menganalisis kondisiku saat ini.

[Skill Learn: Diaktifkan.Mempelajari pola serangan musuh.Proses : berjalan]

Tiba-tiba sistem memberitahuku bahwa skill Learn ku telah aktif dan berusaha menganalisis serangan musuh.

Tanpa memperdulikan pemberitahuan sistem. Aku mulai menjalankan rencana ku.

Aku berlari kearah Orc yang memakai battle-axe itu dan mulai menyerangnya.

Tukar-menukar serangan terjadi diantara kami.

Dan aku benar, Dia lebih lemah dari yang memakai warhammer itu. Malahan, dia sepertinya kewalahan menghadapi seranganku.

Sungguh menyebalkan..

Orc yang memakai warhammer berusaha menyerang ku dan menggangu duel kami.Tapi tentu saja aku juga berusaha menghindari serangan dia.

[Proses:Selesai. Menyiapkan tindakan balasan.]

Sepertnya aku benar-benar telah bisa menguasai gerakan-gerakan dari sistem auto-battleku. Bahkan kini sistem itu hanya berfungsi untuk gerakan refleksi saja.

Setelah bertarung hampir berlangsung 20 menit, aku mulai mengetahui pola serangan mereka.

Benar saja, mereka mulai kerepotan karena serangan mereka mudah saja ku baca dan ku antisipasi.

Tidak berlangsung lama akhirnya kedudukan mulai berubah. Aku yang tadi terpojok sekarang gantian memojokkan mereka.

Orc yang memakai Battle-axe itu tangan kirinya putus karena mencoba menahan serangan ku yang menebasnya dengan vertikal.

Karena dia tidak sempat menarik kapak perangnya, jadi dia menggunakan tangannya sebagai perisai.

Tapi tetap saja aku mulai kelelahan, aku harus menyelesaikan ini secepat mungkin.

Tanpa memberi kesempatan Orc itu beregenerasi aku terus menyerang dia, setelah beberapa kali serangan akhirnya dia tumbang juga.

Kedua tangannya kupotong dan lehernya pun berhasil ku tebas.

Darah ungu kental menyembur darinya..

Sekarang hanya tinggal Orc yang besar itu.

''huff..hufft sekarang tinggal kita berdua.''

Aku mengatakan itu, kemudian aku berlari kearahnya bersiap menyerang.

Aku terus menyerangnya dengan kecepatan yang ku punya, walaupun gerakannya cepat tapi dia masih kalah cepat dengan reflekku.

Senjata besar dia adalah senjata yang mengandalkan kekuatan jadi aku tidak berniat menahan serangannya dengan pedangku dan berusaha menghindar sebisa mungkin.

Kelelahan dan luka tidak hanya padaku, tapi Orc itu juga terluka akibat serangan ku.Walaupun dia bisa beregenerasi tetapi sepertinya regenerasinya tetap membutuhkan energi yang besar sehingga tak ayal dia kelelahan juga.

Setelah menghirup nafas, aku kembali menyerangnya.

Kali ini aku bisa melihat celah yang terjadi setelah dia menyerang ku.

Dari depan, pertahanan bagian bawahnya terbuka...Tanpa membuang kesempatan, kemudian aku menyerang kakinya.

Slasssh...

Hasilnya... kaki kiri dia putus setelah terkena sabetan pedangku. Tapi,

'' Cih kau masih sanggup berdiri rupanya.''

Walaupun kakinya sudah dipotong tetapi dia masih bisa berdiri dengan palu yang dia fungsikan untuk menyangga tubuhnya. Darah mengucur menetes ketanah dari kaki kirinya itu.

''Sebaiknya kau menyerah saja! Kau tidak bisa bertarung dengan 1 kaki. Kalau kau menyerah, aku akan membiarkanmu pergi.''

Aku mengucapkan itu berharap agar dia menyerah. Kepalaku sudah pusing karena kehilangan banyak darah dan badanku sakit semua. Sehingga kalau bisa aku tidak ingin betarung lagi.

''Hebat kau Manusia. Walaupun kau sudah terkena seranganku beberapa kali tapi kau masih tidak apa-apa, bahkan bisa memotong kakiku.Tapi maaf saja. Demi harga diriku. kita akan bertarung sampai mati. Jadi aku tidak akan menyerah!!''

"Harga diri apanya!! Sudahlah menyerah saja !! aku sudah tidak sanggup lagi."

Aku ingin mengatakan itu atas jawabannya.Tapi melihat tekad prajurit yang diperlihatkan nya, aku tidak bisa mengatakannya.

Aku pernah jadi prajurit, jadi aku tahu apa itu yang dimaksut kehormatan seorang prajurit. Karena hal itu pula, aku hanya dapat berkata..

''Baiklah, aku hargai kehormatan mu. Kalau begitu kita akan bertarung sampai mati!''

Aku menguatkan pegangan pedangku dan menyerangnya.

Beberapa saat kemudian aku berhasil mengalahkannya dan membunuhnya.

Ini memang terlihat aku seperti pengecut karna menyerang orang yang bahkan tidak sanggup berdiri dengan sempurna. Tapi, jika mengingat kondisiku yang sekarang sedang babak belur, jadi bisa kunggap ini impas. Selain itu, aku menghargai kehormatan prajurit Orc itu. Jadi aku bertarung dengan serius juga.

Melihatku yang telah membantai semua Orc, Orc yang bersujud tadi bergetar ketakutan dan bersujud semakin rendah.

Dengan terhuyung-huyung aku bergerak kearah orc yang bersujud.

''Jadi, apakah kau juga ingin bertarung denganku?''

''Ti-Tidak Tuan. Saya tidak berani melawan Anda!''

''Bagus, kalau begitu apa yang akan kau lakukan selanjutnya?''

Aku mengatakan itu sembari melangkah lalu duduk bersandar di pohon.

''Angkat kepalamu!!''

''Sa-saya tidak tahu Tuan. Ji-jika saya kembali pasti saya akan mendapatkan masalah karena pulang sendirian. Se-selain itu saya ingin pergi ke dunia luar. Ta-Tapi saya tidak tau harus kemana dan bagaimana.''

Sepertinya dia masih ketakutan dan kebingungan disaat bersamaan dan tengah berpikir.Lalu,

''Saya ingin melayani Anda Tuan.'' Ujarnya kepadaku.

"Hah?"

Apa yang sebenarnya dia katakan? 'Melayaniku' ?

''Saya melihat kekuatan luar biasa Tuan. Selain itu saya tidak ingin kembali ke markas lagi. Saya ingin melihat berbagai hal didunia dan belajar banyak hal sembari melayani Tuan.''

Jadi itu alasannya. Tapi pelayan kah?

Aku tidak membutuhkan pelayan, sejauh ini aku bisa melakukan apapun sendiri. Sebaiknya aku pikirkan matang-matang sebelum menerima/menolaknya.

''Hem saat ini aku tidak membutuhkan pelayan. Jadi aku tidak bisa menerimamu.Tapi karena kau ingin pergi keluar, maka jika untuk menjadi teman seperjalanan sampai kau menemukan tempat yang ingin kau tinggali, maka tidak masalah.''

Saat aku mengatakan hal itu, dia terlihat kecewa. Tapi aku tidak memperdulikan nya. Aku lebih memilih untuk memikirkan tubuhku saat ini.

Luka memenuhi tubuhku lagi.

Aku melihat keadaan sekeliling sekarang.

Terlihat olehku mayat Orc yang ku lawan tadi berserakan.

Lalu ada 3 orang bertelinga panjang yang pingsan. Sepertinya 2 lainnya berhasil kabur saat aku tengah bertarung dengan Orc tadi. Tapi mereka meninggalkan teman mereka? Apa-apaan itu?

Setelah merasa cukup beristirahat. Aku lalu memutuskan untuk membawa 3 Orang itu pergi, karna takut jika bala bantuan Orc datang.

Aku mengendong wanita berambut putih.

Kemudian, Orc itu aku suruh membawa 2 orang yang tersisa. Karena badannya besar aku memutuskan untuk meminta atau memerintahkan hal itu kepadanya.

Dia menyanggupinya.

Kita bergerak kearah tenggara menjauh dari arah datangnya para Orc yaitu arah barat daya.

.

.

bersambung...

avataravatar
Next chapter