25 Ist Es Ein paar?

#Didalam kamar.

" Orxsia! Bukankah sudah kubilang untuk berjaga disini dan memberitahuku jika kau ingin ganti shift jaga!! Kenapa kau melanggar perintahku? " Aku mengatakan itu penuh dengan penekanan.

Saat mendengar mengatakan hal ini Orxsia segera berlutut dan menjelaskan,

"Maafkan saya yang sebesar-besarnya Tuan. Saya tadi membantu Kepala Desa untuk menebang kayu. S-saya pikir kita bisa mempercayai mereka setelah saya berbincang dengan Kepala Desa untuk waktu yang lumayan lama tadi malam."

"Jadi begitu. Tapi tetap saja, apakah kau tidak serius untuk menjadi bawahan ku? Bawahan ku yang sebelumnya akan menuruti perintah sebagaimana yang telah ku ucapkan sebagai seorang pemimpin Team.

Cukup... mulai Sekarang terserah padamu untuk menentukan jalan hidupmu, kau bukan bawahanku lagi!! "

Seorang prajurit yang tidak mengikuti perintah komandan/atasan adalah prajurit gagal. Lagi pula bukankah perintahku tidaklah terlalu sulit ?

Aku hanya memerintahkannya untuk tugas jaga sederhana, kalaupun dia ingin pergi meninggalkan tugasnya, harusnya dia membangunkan ku dahulu untuk meminta izin.

Bukankah dia bilang untuk menjadi bawahan ku?

Jika hal sepele saja tidak dapat dilakukannya maka aku meragukan kredibilitasnya.

"M-Maafkan saya Tuan. Saya Tidak bermaksut melanggar perintah Tuan. Saya tidak ingin hal lain selain menjadi pelayan Tuan, mohon ampuni kesalahan saya.

J-Jika perlu Tuan bisa menghukum saya, bahkan memotong tangan ataupun kaki saya sebagai hukuman, saya tidak keberatan. "

Dengan bersujud Orxsia meminta maaf padaku.

"Apa kau pikir aku bodoh? Walaupun aku memotong kaki dan tanganmu, bukankah itu akan tumbuh kembali? Jadi kau menganggap hal itu hukuman? Apakah kau serius?"

"Sa-saya tidak bermaksut seperti itu Tuan, Saya mohon maafkan kesalahan saya dan meminta belas kasihan Tuan Untuk tetap menjadi pelayan Tuan."

Melihat Dia yang bersujud kepadaku sembari dengan tubuh gemetar ketakutan memohon maaf kepadaku cukup membuat iba juga. Mungkin aku memang perlu untuk memberinya 1 kesempatan lagi, toh dia mungkin memang belum tahu arti dari sebuah perintah.

"Hmm kurasa kau benar-benar tulus menyesal. Baiklah, aku akan memaafkanmu, karena kau mungkin belum tahu aturan seorang prajurit.

Dengar Orxsia! Perintah seorang atasan itu pasti sudah penuh dengan pertimbangan, jadi jangan pernah kau langgar saat kau sudah bersedia menerima perintah itu.

Aku hanya memberi perintah sederhana kepadamu, jika kau Ingin pergi atau Sudah lelah berjaga maka bangunkan aku, maka akan kugantikan.

Aku tahu bahwa yang kau lakukan itu adalah kebaikan untuk membantu Kepala Desa, tapi bukankah kau bisa meminta izinku dahulu?

Kau tahu, menutupi sebuah kesalahan dengan kebenaran tetap saja itu adalah sebuah kesalahan. Aku akan memaafkanmu untuk kesalahan ini, tapi Jangan pernah buat kesalahan untuk kedua kalinya. Aku akan memberikan hukumanku kepadamu nanti! Bangunlah!! "

"Te-Terima kasih Tuanku. Saya sepenuhnya menyadari kesalahan saya, dan tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama. Sekali lagi saya berterima kasih. " Masih dalam posisi berlutut dia berterima kasih kepadaku.

Karena urusanku dengan Orxsia telah selesai, aku kemudian beralih ke arah Luxia yang sedari tadi sibuk mengobati kedua temannya dengan mantra penyembuhan yang telah dia lakukan berulang kali.

"Kau sudah selesai Luxi? bagaimana keadaan kedua temanmu? "

"Mereka belum bangun juga. Sepertinya mantra penyembuhanku hanya bisa mengobati luka ringan saja dan sepertinya itu hanya memberikan mereka nutrisi saat mereka tidak sadarkan diri, tetapi tidak cukup kuat untuk membangunkan dan menyembuhkan mereka." Dengan sedih Luxia mengucapkan hal itu.

Jadi mantra itu hanya berfungsi seperti cairan infus kah? Apa karena Luxia belum terbiasa dengan teknik itu atau apakah ada faktor lain.

"Ah! sepertinya tanaman obat kita hampir habis. Luxia, bisakah kau pergi dengan Orxsia mencari tanaman obat?

Kalau bisa cari yang banyak! Aku punya ide untuk menambahkan tanaman obat itu sebagai bumbu rempah-rempah untuk masakanku nanti sore."

Aku memerintahkan mereka untuk mencari tanaman obat yang banyak karena aku penasaran apakah tanaman obat itu bisa digunakan untuk bumbu rempah-rempah, mengingat rasanya mirip rempah-rempah yang ada di duniaku.

" Kenapa bukan kau saja dengan Orxsia? Apakah kau hendak berbuat macam-macam dengan teman wanitaku itu?"

"Hah? Apa maksutmu?? Tentu saja aku tidak akan melakukan hal itu!! Kenapa juga aku harus berbuat sesuatu semacam itu dengan orang yang sedang tidak sadarkan diri. Kau pikir aku tidak punya logika APA!! Aku menyuruhmu pergi dengan Orxsia itu karna aku ingin beristirahat dan tidur nyenyak, Tahu!!"

" Jadi kau hanya ingin tidur ? Betapa rendahnya kau, bahkan menyuruh wanita untuk bekerja saat kau tidur. Apa kau tidak punya rasa malu? "

"Bodo amat. Intinya kau mau atau tidak? Aku tidak memaksamu."

Melihatku mengatakan ini, Luxia hanya bisa memasang muka yang seolah mengatakan 'Apa-apaan dengan pria ini'.

Seolah telah menyerah, dia kemudian berucap.

"Baiklah aku akan pergi. Ayo Orxsia!!" dengan wajah marahnya dia mengajak Orxsia untuk segera pergi mencari tanaman obat dihutan.

.

.

"Baiklah untuk sekarang bagaimana jika kita coba melakukannya..."

.

.

Suka cerita ini? Dukung penulis dengan cara kasih bintang (⭐) 5 dan Power stonenya (batu kuasa) ya? Kalau bisa, kasih ulasan juga🙏🙇.

Tenang, itu gratis kok.

Biar penulis makin semangat dan Cepat Updatenya.

Thanks.

avataravatar
Next chapter