9 Awal Sebuah Petualangan I

Der Beginn eines Abenteuers I

Tiba-tiba didepan mataku ada tulisan ''level up : lvl 2 reached"

"Hah apa-apan ini? kenapa ada tulisan seperti ini didepanku?"

Tulisan itu mulayang sekitar 30 cm didepanku.

Tapi kemudian, tulisan itu hilang setelah 3 detik.

''Tapi beneran deh. Apa-apaan itu? ''

''Bukankah Tulisan itu seperti yang ada didalam game? Apakah aku sedang didalam game?'' Aku terus bertanya-tanya apakah yang sebenarnya terjadi.

Aku pun mulai memikirkan semua yang telah kulakukan dan berusaha ku simpulkan jawabannya.

"Tidak..Tidak bukankah mustahil ada game serealistis ini?

Untuk keadaan alam dan suasananya mungkin bisa, tapi bukankah rasa sakit yang kurasakan ini nyata?

Dan darah yang mengalir ini adalah darah asli?"

Bukannya aku tidak terluka karena pertarungan tadi, tapi aku terluka lumayan parah.

Kelinci itu benar-benar tangguh.

Cakarnya tajam dan gerakannya gesit.

Dia berhasil melukai lengan kiriku. Sebenarnya bukan hanya lenganku saja, tetapi luka cakaran hampir memenuhi tubuhku kecuali bagian dada depan yang tertutup oleh rompi anti peluru ku.

Walaupun rompi ini sudah lumayan rusak tapi masih bisa untuk menahan cakar hewan buas itu.

Kecuali dilengan kiriku, semua luka cakaran tidaklah dalam dan untungnya tidak ada pendarahan.

Tapi aku bertanya-tanya, " Apakah bagian kiriku memang menjadi kelemahan ku?

Kenapa selalu bagian kiriku yang terluka serius? "

Huff... Aku menghela nafas karena pusing memikirkan hal itu.

Kembali ke masalah dunia game, jadi dengan ini, bisa disimpulkan kalo aku sekarang sedang berada didalam dunia virtual itu sangat kecil.

Lalu bukankah aku sudah mati saat terakhir kali?

Kurasa hal itu bisa menjawab pertanyaan apakah aku berada didalam game atau tidak untuk saat ini.

"Cukup sudah memikirkan semua hal tidak masuk akal ini. Paling tidak aku sudah menemukan hipotesis sementaraku.. Sekarang, aku mulai lapar."

Setelah berjalan lumayan jauh sejak terakhir kali aku bangun , dan bertarung dengan kelinci gila itu, serta terduduk cukup lama sambil menyender dipohon, aku mulai merasa lapar.

''Apakah ada sesuatu yang dapat dimakan dihutan ini?''

Lalu aku melihat jasad kelinci didepanku.

"Ah, mungkin itu bisa kugunakan.."

.

.

Tanpa membuang waktu aku mulai mengumpulkan kayu-kayu kering disekitar untuk membuat api.

Aku lumayan sulit menemukan kayu kering karena keadaan sekitar yang masih lumayan basah akibat lelehan salju. Tapi, setelah berkeliling cukup lama akhirnya aku menemukan kayu yang cukup untuk membuat api.

Oh tentu saja aku tidak lupa memberikan tanda dipepohonan agar tidak kehilangan arah dari tempatku bertarung tadi.

Setelah aku menguliti dan memotong kelinci itu.

Berbekal pelatihan bertahan hidup di hutan waktu aku dulu dimiliter dan pengalamanku saat aku bertempur di hutan.

Aku berusaha membuat api dari kayu yang aku kumpulkan tadi menggunakan metode hand drill.

*Note : Hand drill= proses membuat api tanpa pematik, selengkapnya bisa cek Google.

Prosesnya lumayan lama. Sekitar 30 menit, tapi akhirnya menyala juga apinya.

Aku menusuk dan membakar daging yang telah kupotong menyerupai sate.

Setelah aku rasa cukup matang akupun mulai memakannya. Tidak ada rasa spesial sih, rasanya khas seperti daging yang dipanggang tanpa bumbu, tapi teksturnya lebih lembut dari daging hewan biasanya.

"Yah, Rasanya lebih baik daripada daging ular yang lumayan dahulu." Memakan daging hewan liar seperti ini, mengingatkanku waktu dulu aku masih menjadi tentara dan harus bertahan hidup dengan memakan daging apapun, termasuk daging ular mentah ataupun yang sudah matang. Rasanya jadi nostalgia..

Tiba-tiba;

[ Learn: skill cook lvl1. Didapatkan]

Didepanku ada tulisan seperti seperti sebelumnya dan itu menghilang setelah 3 detik.

''Belajar? skill memasak? apa sih itu?'' Saat aku memikirkan hal itu tiba-tiba aku mendengar suara,

[Solusi : Karena skill pasif learn, skill cook telah didapatkan.]

Karena mendengar suara dengan tiba-tiba, aku secara spontan menjawab suara itu,

'' SIAPA ITU?KELUARLAH TUNJUKAN DIRIMU!!'' Aku berteriak agar orang yang mengucapkan itu keluar.

.

.

.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter