16 Apa Yang Harus Kulakukan Dengan Peri Wanita Menyebalkan Ini? Bagian II

Tidak berasa hari mulai gelap.

Didepan api unggun kami kembali berbincang,

" Hey Orc, siapa sebenarnya namamu? Rasanya aneh memanggilmu dengan nama rasmu. Namaku Glen Indera, kau bisa memanggilku Glen. Jadi siapa namamu?"

"Saya tidak memiliki nama Tuan Glen. Saya terlahir sebagai monster, sehingga saya tidak memiliki nama seperti yang dimiliki para manusia dan kaum peri."

"Hem, tapi aneh rasanya kalau kau tidak memiliki nama. Baiklah, kalau begitu aku akan memberimu nama, apakah kau keberatan?"

"Apakah Anda akan memberikan saya nama? Tentu saja saya tidak keberatan, bahkan saya akan menghargai nama yang telah Anda berikan untuk selamanya."

"Baiklah. Karena kau adalah Orc... Bagaimana kalau Orxsia? Apakah terlalu sederhana?  Apakah kau keberatan?"Aku mengatakannya sembari menuliskan namanya diatas tanah dengan ranting yang kupegang.

"Ti-Tidak Tuan, Maksut saya itu adalah nama yang sangat bagus. Saya akan menerimanya. Sekarang saya akan dikenal dengan Orxsia dan Selamanya saya akan bersumpah setia kepada Tuanku."

Sepertinya dia menyukai nama yang kuberikan. Lalu tiba-tiba,

[Pemberitahuan: Pemberian nama berhasil.Individu bernama Orxsia terdaftar sebagai bawahan.Memulai tahap Evolusi kenaikan tingkat spesial bawahan.]

Ada tulisan yang tiba-tiba muncul didepanku. Apa maksutnya Terdaftar sebagai bawahan? Apapula tahap kenaikan tingkat itu?

"Hey apa maksutnya kau menjadi bawahanku? Bukankah sudah kubilang bahwa aku tidak membutuhkan bawahan?"

"Walaupun Anda bilang seperti itu, saya tetap akan berjuang untuk menjadi anak buah yang pantas bagi Tuanku. Sehingga saya menjadi pantas untuk dianggap sebagai  anak buah yang berharga."

"Yah, lupakan saja."   Kalaupun aku menolaknya lebih jauh maka hal itu pastilah mustahil dan dia pastilah akan terus-terusan berputar-putar untuk tetap bersikukuh dengan keputusannya untuk berharap jadi anak buahku. Jadi aku menyerah saja.Terserah dia lah mau ngapain juga.

Kamipun memutuskan untuk tidur karena akupun sudah merasa  kelelahan dan ingin kembali  tidur secepatnya. Sebelum tidur Orxsia memutuskan untuk mengecek sekeliling dahulu dan memastikan bahwa sekitar aman dan tidak ada monster yang berkeliaran yang kemungkinan akan menyerang kami. Setelah semua dirasa telah aman, dia memutuskan untuk ikut tidur.

Pagi harinya aku bangun dengan terkejut. Saat aku terbangun, aku melihat penampilan Orxsia berubah hampir 180 derajat.

Badannya yang gemuk dan pendek untuk seukuran orc telah berubah menjadi ramping  serta berotot dan bertambah tinggi, bahkan lebih tinggi dariku.

Wajahnya yang mirip dengan babi serta menonjol  berubah menjadi sedikit mirip dengan manusia dan rata. Walaupun wajahnya sudah mirip dengan manusia tetapi masih  terlihat ada kesan babi dengan taring yang masih ada dimulutnya.

Rambutnya menjadi lebih pendek tapi seperti tertata rapi. Dan ada kekuatan serta kebijaksanaan terpancar darinya.

"HEY ADA APA DENGANMU?? APA KAMU ORXSIA? " aku berteriak ketika melihat penampilannya.

"Benar Tuanku. Ini semua adalah berkah Malaikat milik Tuanku. Saya tidak mengetahui bahwa Tuanku sebenarnya adalah malaikat sampai berkah Tuanku mengalir melalui penamaan diri saya. Saya tidak cukup menghaturkan terima kasih  sedalam-dalamnya kepada Tuanku atas berkah yang diberikan ini." Dia mengucapkan kata-kata itu dengan dengan nada yang penuh  kebijaksanaan sembari berlutut kepadaku.

"Apa-apaan itu? Berkat Malaikatku mengalir kepadannya? Bukankah aku hanya setengah malaikat? Apakah itu yang dimaksut dengan Evolosi bawahan spesial? " Aku mulai memikirkan berbagai hal dan berbicara dalam hati.

[Solusi: Berkat malaikat yang Anda miliki akan membuat monster terberkati dan memungkinkan untuk kenaikan Evolusi menjadi individu yang lebih berguna atas keinginannya sendiri.]

[Tambahan: Hanya individu yang benar-benar Anda akui dan memiliki kepercayaan mutlak kepada Anda yang mendapat berkah tersebut.]

Tiba-tiba sistem berbicara panjang lebar.

Dia menjelaskan sebab-sebab kenapa evolusi Orxsia bisa terjadi. Tapi kapan aku mengakuinya sebagai bawahanku? Kenapa salah menafsirkan selalu terjadi?

"huff..Ya sudahlah, toh sudah terjadi…" dengan menghela nafas aku memutuskan untuk menerima kenyataan yang terjadi. kemudian aku melanjutkan,

"Baiklah. Aku terima pengabdianmu. Aku mengharapkan dirimu untuk tidak mengecewaanku."

"Te-Terima kasih Tuanku. Akhirnya Anda mau menerima saya…Sa-saya akan mengorbankan bahkan nyawa saya untuk tidak mengecewakan harapan Tuanku!" Orxsia berkata begitu sembari  mulai menangis.

"Hey kau terlalu berlebihan! Bukankah kau terlalu menganggapnya serius?bukankah tampang kerenmu itu akan ternodai dengan tangisanmu?" Aku ingin berteriak begitu, tapi melihat keseriusannya, maka aku urungkan hal itu.

Memotong suasana yang aneh ini tiba-tiba,

"Was zum Teufel ist das? Hey monster Losen schnell meine krawatten!"

"( Apa-apan ini? Hey monster cepat lepaskan ikatanku!)"   wanita Elf itu berteriak  sembari memberontak dari tali yang aku ikatkan kepadaannya.

Sayangnya, sepertinya tali itu lebih kuat dari kelihatanya.Aku pikir Orxsia berhasil mendapatkan tali yang bagus. Tali itu terbat dari akar tanaman yang menyerupai rotan tetapi bersifat lebih lemas. Walaupun lemas, tapi tali itu tidak mudah putus. Bahkan aku kesulitan memotong tali itu dengan pedangku.

Melihatnya meronta-ronta, kemudian terbesit sebuah ide jahat di kepalaku…

"Hey Orxsia, aku akan mengerjainya. Bantu aku! Pasang muka sekejam mungkin dan sejahat mungkin, serta tetaplah disampingku agak kebelakang!"

"Baiklah Tuanku."

"Bagus sepertinya dia mematuhi tanpa bertanya… Baiklah sekarang…" Aku memikirkan hal itu, kemudian menatap menyerigai ke ElF wanita itu.

Kemudian perlahan aku mendekatinya, berusaha berakting seperti penjahat yang hendak menjahati wanita…

" Hey, Orxsia! Cepat pegangi dia agar tidak memberontak!"

" Baik Tuan."

"Hey was zum Teufel ? nicht nahe kommen !! Ich bitte sie, beruhren Sie mich nicht mit Ihren Schmutzigen handen..Nein..ha.hahahahaha.. Hor..auf ..damit… hahahahha."

"( hey apa-apan? Jangan mendekat!! Aku mohon Jangan sentuh aku dengan tangan kotor kalian.. Tidak… Han..hahahahhaha.. Hen..Ti..kan…hahahahahha)"

.

.

Aku mengelitikinya.

Melihat ekspresinya yang ketakutan saat aku mendekat kepadanya dan kemudian tiba-tiba dia berekspresi kaget ketika aku mengelitikinya benar-benar membuatku puas.

"Pasti lebih menyenangkan apabila aku mengetahui apa yang diucapkannya."

Tapi kemudian dia menangis? Apakah dia begitu ketakutan padaku? Kelihatanya aku keterlaluan.

[Pemberitahuan: Penerjemahan bahasa Elf sudah berhasil dilakukan. Apakah Anda akan menerapkannya?Ya atau Tidak?]

Hah ? penerjemahan bahasa Elf? Apakah sistem berhasil menerjemahkannya?

Kalau benar begitu baguslah, tentu saja aku akan menyetujuinya, jadi (Ya).

Lalu,

"Hah hah Aku mo-mo…hon hentikan, aku sudah tidak kuat hiks hiks" dengan mata berkaca-kaca, Elf itu memintaku menghentikan aktivitas jariku.

Aku mengerti yang diucapkannya! Lalu apakah aku juga bisa berbicara bahasa Elf? Atau ini hanya penerjemahan satu sisi? Aku coba iseng ah..

"Hahaha kau pikir aku akan berhenti setelah mendengar ejekanmu kepadaku? Setelah ini bersiaplah! aku akan melepas pakaianmu dan kau akan menerima hukuman yang lebih kejam lagi. Walaupun kau memohon kepadaku, pasti tidak akan kuampuni hahaha" Aku bergaya seperti penjahat yang pernah aku lihat difilm sembari mengerak-gerakan tanganku.

"Ti-Tidak A-Aku mohon ampuni aku.Tadi aku panik dan tidak berpikir jernih. Aku mohon jangan lakukan itu! Ak-aku masih suci hiks hiks!! "

"Justru karena kau masih suci maka ini akan lebih menyenangkan…Hahahaha Diam saja dan Nikmatilah!!"

Dia meronta-ronta dan menangis. Tanpa memperdulikannya aku terus melangkah mendekatinya. Perlahan aku mengelus lembut pipinya. Kulitnya terasa benar-benar lembut saat tanganku bersentuhan dengan kulit pipinya. Aku menyingkapkan rambut putihnya hingga telinga panjang yang merupakan ciri khas bangsa peri hutan bisa terlihat. Kulitnya benar-benar seputih salju, sejenak aku terkesima dengan kecantikan dan kemulusan kulitnya, Ingin rasanya aku cium pipi lembut ini, kemudian aku mendekatkan bibirku ketelingannya.

"Hem. kulit yang benar-benar lembut. Kau benar-benar cantik nona Elf.. Jangan kuatir,… yah mungkin ini akan terasa sedikit menyakitkan…"

"Ja-jangan,Tu.. an kumohon jangan.."

Saat aku melakukannya dia hanya bisa terpejam pasrah sembari air matanya mengalir dipipi lembutnya. Dia mengeretakan bibirnya seolah mulai pasrah atas perlakuanku.

.

.

.

Suka cerita ini? Dukung penulis dengan cara kasih bintang (⭐) 5 dan Power stonenya (batu kuasa) ya?Tenang gratis kok.

Biar penulis makin semangat dan Cepat Updatenya.

Thanks.

avataravatar
Next chapter