19 Chapter 17

Hari ini, esok, dan selamanya. Bagaimana dengan kita?

________

Sudah tiga hari berlalu, Arka dan Reva sering menghabiskan waktu bersamanya dengan berlatih untuk lomba. Entah di tempat kampus atau di rumah Reva. Walaupun akhir-akhir ini ia agak sibuk, Arka tetap menyempatkan dirinya untuk mengantar dan menjemput Anita. Setidaknya dari situ Anita paham kalau arka memang sungguh-sungguh dalam hubungannya ini, Anita percaya dan tak pernah meragukan itu.

Setelah diantar pulang oleh arka barusan, arka juga sempat izin untuk ke rumah partner lombanya itu dan berlatih disana. Anita tentu saja mengizinkan dan menitipkan salam untuk bundanya.

Kini Anita tengah asyik menonton film action setelah mengerjakan semua tugas kampusnya. Terkadang ia juga memeriksa ponselnya berharap ada pesan dari kekasihnya itu. Tapi, itu hanya harapan anita saja.

"Ayolah anita, setelah latihan dia juga pasti lelah. Kau tidak usah berharap" anita berkata pada dirinya sendiri berusaha untuk menenangkan pikirannya.

Sambil menonton film anita berfikir akan lebih nikmat jika ia sambil memakan sesuatu. Ia beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju dapur. Setelahnya ia membuka kulkas dan tidak ada camilan sama sekali. Hanya ada air putih dan 1 liter susu, itu pun tinggal sedikit.

Anita menghela nafasnya, ia berniat untuk pergi ke minimarket dan membeli beberapa camilan. Tanpa pikir panjang anita keluar rumah lalu tidak lupa ia menguncinya sebelum pergi.

Keadaan diluar juga tidak terlalu sepi, karena memang malam juga belum terlalu larut. Ada beberapa anak-anak yang bermain dan ibu-ibu yang sedang merumpi.

Dengan langkah santai anita berjalan kaki menuju minimarket yang agak jauh dari perumahannya. Anita tidak peduli dengan jaraknya, ia malah senang karena sudah lama juga ia tidak berjalan malam seperti ini.

"Malam ini sangat sejuk"

Setelah berjalan hingga 10 menit, anita sudah tiba di minimarket. Tidak ingin berlama-lama ia segera mengambil beberapa camilan dan minuman favoritnya lalu mengantri di meja kasir. Kondisi minimarket ini sangat ramai, jadi mungkin membutuhkan waktu lama untuk anita melakukan transaksi.

Tiba-tiba ada suara gemuruh yang terdengar begitu nyaring, pertanda bahwa malam ini akan turun hujan. Anita terus meramalkan doa dalam hati supaya hujannya turun saat ia sudah berada di rumah.

5 menit berlalu kini giliran Anita membayar semua makanannya. setelah itu ia cepat-cepat kembali ke rumahnya. Beruntung hujan belum turun, Anita berjalan cepat. Namun, di tengah perjalanan air hujan langsung mengguyur wilayah setempat.

"Ah! Sial!"

Karena sudah terlanjur basah kuyup, anita tetap melanjutkan perjalanannya tanpa ada niat untuk berteduh terlebih dahulu.

________

Sudah 2 jam Anita mengikuti mata kuliah saat ini, dan ini adalah mata kuliahnya yang ke-2. sebenarnya ia kurang fokus untuk pelajaran hari ini. Karena kepalanya terasa pening, mungkin efek semalam ia terguyur derasnya hujan. Namun Anita tetap menulis semua materi yang diterangkan, nilainya tidak boleh turun hanya karena hal sepele ini. Sambil menulis terkadang ia juga memijat pangkal hidungnya, berharap rasa sakit di kepalanya akan hilang.

Beberapa menit kemudian kelas mata kuliah saat ini selesai. Ia langsung merapikan semua alat tulisnya serta memasukkan laptopnya. Dengan langkah kaki yang lemas, Anita berjalan keluar kelas dan duduk di kursi depan kelasnya. Berniat untuk menunggu arka. Semenjak mereka berpacaran, Anita sudah jarang menggunakan taxi.

Anita mencoba menghubungi Arka, tapi tidak ada jawaban. "Apa mungkin sedang latihan?" Dengan terpaksa Anita bangun dari posisi duduknya dan berjalan gontai menuju ruangan musik. Saat di perjalanan ia berpapasan dengan Dirga dan Dirga tentu saja langsung menyapanya.

"Lho Anita Kau baik-baik saja? Wajahmu pucat."

"Ha benarkah? Aku hanya sedikit pusing. Oh iya Kau lihat Arka?"

"Mungkin dia di ruang musik"

Anita mengangguk. "Terima kasih ga" ucapnya dan berlalu melewati Dirga. Sekitar dua menit ia sampai di ruang musik. Anita memutar kenop pintu dan masuk ke dalam.

Benar dugaannya Arka berada disini tapi Arka tidak sendiri ada Reva juga di dekatnya, yang lebih mengganggu penglihatannya adalah posisi Reva yang sedang melingkarkan kedua tangannya di leher Arka. Kedatangan Anita membuat mereka berdua membeku, this is the awkward moment. Tapi Anita bisa melihat senyum licik dari gadis itu.

Anita membungkukkan badannya. "Maaf mengganggu kalian berdua" Anita langsung pergi dari ruangan itu.

Good job Reva, kau sudah mulai berani.

"Ah menyebalkan!" Anita terus bergerutu dan melangkahkan kakinya keluar gerbang untuk menaiki taxi. Ia berjalan dengan wajah yang tertunduk, Anita merasa kepalanya semakin berat. Ia ingin segera mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.

"Anita!" Anita tau yang memanggilnya adalah Arka, ia juga merasakan genggaman tangan Arka di pergelangannya.

"Kenapa?" Tanya Anita pelan dan menoleh ke arahnya.

"A-anita kau sakit?" Arka agak terkejut melihat wajahnya yang pucat, dan tangan Anita juga terasa panas saat digenggamnya.

"Hmm. Lebih baik kau latihan sana." Anita berusaha melepaskan pegangannya, Namun Arka tidak mau melepasnya.

"Anita, itu hanya salah paham. Aku juga tidak tau kenapa tiba-tiba dia seperti itu. Saat itu juga aku berusaha melepaskan pelukannya itu dan bersamaan dengan kau yang datang dari luar." Arka menghela nafasnya. "Anita, aku tidak bohong. Kau harus percaya"

Sebenarnya Anita tau Arka tidak mungkin berbohong. Ia tau dari awal Reva memang sengaja ingin merusak hubungannya. Anita hanya ingin mengetes sampai mana Arka mau meyakinkannya.

"Kau yakin Kau tidak bohong?" Tanya Anita mengangkat sebelah alisnya. "Sepertinya Kau juga menikmati itu"

Arka menggeleng. "Aku tidak bohong Anita" ucapnya dengan wajah yang memelas.

Kenapa dia menggemaskan begini?

"Mungkin lebih baik kita tidak bertemu dulu hingga beberapa hari. Aku beri kau peluang untuk terus bersama dengan Reva dan mungkin kalian juga bisa bebas berpelukan seperti barusan." Anita tersenyum tipis.

Arka menggelengkan kembali kepalanya. "Tidak, aku tidak mau. Jangan tersenyum seperti itu Anita, kau membuatku takut. Kau boleh menamparku atau semacamnya"

"Sudahlah Arka, kepalaku sakit. Aku ingin pulang, jangan pedulikan aku. Aku yakin Reva menunggumu disana"

"Ayo aku antar, hari ini aku tidak mau berlatih dulu" Arka langsung menarik tangan Anita untuk mengikutinya ke area parkir. Anita juga hanya diam dan tidak berontak sama sekali.

Mereka sudah berada di mobil Arka, Arka juga sudah melajukan mobilnya. Anita tetap diam sambil bersandar di kursi mobil, ia juga memejamkan matanya. Kepalanya terasa sangat sakit dan sepertinya ia sedang demam saat ini.

Arka menoleh. "Mau ke apotek? Sepertinya Kau sedang tidak enak badan" tidak ada jawaban dari Anita. Ia merasa Anita masih marah padanya. Arka menghela nafasnya kasar, Ia menyentuh kening Anita dengan tangan sebelahnya lalu memijatnya pelan. 

Pijatan di keningnya membuat Anita merasa nyaman. Arka adalah laki-laki yang sudah membuat Anita jatuh semakin dalam. Sikap dan sifatnya yang manis sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Anita.

Aku memang gadis yang beruntung.

_________

Setelah makan disuapi oleh Arka dan meminum obat, Anita berbaring di kasurnya. Ia menutupi tubuhnya dengan selimut. Arka duduk di bawah ranjang, tangannya ia lipat di atas kasur. Dengan posisi seperti itu Arka terus memperhatikan wajah Anita.

"Anita, Aku minta maaf"

Anita membuka matanya, sebenarnya ia cukup terkejut saat melihat Arka yang terus memperhatikannya.

"Maaf. Aku tidak ingin kau marah Anita. Maafkan aku" Ucapnya memelas. Arka tidak berhenti memohon maaf pada Anita karena kejadian di kampus tadi.

"Arka," panggil Anita pelan.

"Iya?"

"Aku sudah memaafkanmu. Terima kasih sudah merawatku" Anita menyunggingkan senyumnya tipis.

Arka tersenyum manis. "Iya sayang"

Ini pertama kalinya Arka memanggilnya dengan sebutan sayang. Wajahnya semakin memanas karena dua kalimat itu.

"Te amo (aku mencintaimu)"

Arka mengerutkan dahinya. "Apa itu?" Arka bingung dengan bahasa asing yang Anita ucapkan.

Anita menggeleng pelan. "Bukan apa-apa"

Arka mengusap kepalanya. "Kau harus tidur. Jangan sakit terlalu lama."

Anita mengangguk dan tersenyum, ia kembali memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut tangan Arka di kepalanya. Sudah sangat lama Anita tidak dimanja seperti ini semenjak kakak laki-lakinya menikah. 

Aku harap kau tidak meninggalkanku, Arka.

💜💜💜

holla.. gimana kabarnya nich??

Maaf ya klo part ini gak jelas :(. Tapi aku udh usahain yang terbaik kok. Beneran ga boong :")

avataravatar
Next chapter