13 chapter 12

Cinta memang tidak kenal tempat dan waktu. Namun, Cinta itu tidak akan hadir tanpa adanya dirimu.

___________

Aku yang nulis aku yang deg2an :)

❤️

"Lalu sekarang kita mau kemana?"tanya anita.

Arka diam dan berfikir untuk tujuan selanjutnya.

"Kebetulan besok minggu, bagaimana hari ini kita pergi kemah?" Ujarnya sembari menaikkan sebelah alisnya.

Tanpa berfikir anita langsung mengangguk excited disertai dengan senyuman manisnya. "Aku setuju"

Arka menginjak pedal gas lebih cepat. "Kau pernah berkemah?" Tanya arka menoleh.

Anita menggeleng. "Tidak. Kita akan berkemah dimana?"

Arka tersenyum. "Rahasia"

Anita memutar bola matanya malas dan lebih memilih diam sambil melihat keluar jendela.

Kurang dua puluh menit mereka tiba di rumah arka. Ia menekan klakson mobil agar seseorang di rumahnya membuka gerbang untuknya. Saat itu juga wanita paruh baya membukakan pintu gerbang tersebut. Arka langsung memasukkan mobilnya ke halaman.

Anita menganga saat melihat rumahnya, ini cukup mewah baginya dengan tema rumah modern, rumah yang sepertinya terdiri dari dua lantai dan menggunakan material kayu sebagai beberapa dinding, jendela-jendela dengan ukuran besar, dan anita juga melihat ada taman di atap rumahnya.

"Ini rumahmu?"

"Iya. Ayo turun! Kita harus mengambil kebutuhan untuk kemah"

Mereka berdua turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah arka. Saat mereka di dalam, mata anita terus menelusuri setiap sudut ruangannya.

Ada sofa besar berbahan kulit, dinding dan furnitur dengan unsur dekoratif yang unik, serta lampu kristal yang megah merupakan ciri khas ruang tamu pada rumah mewah klasik. Dan dilihat bagaimana pun rumah ini sangat nyaman menurutnya.

"Ayo sebelah sini" arka berjalan lebih dulu dengan anita yang mengekor di belakangnya.

Mereka masuk kedalam gudang, gudangnya pun bersih, setiap barangnya juga tertata rapih.

Arka mengambil tenda berwarna biru lalu memberikannya pada anita.

"Seingatku, aku punya dua tenda. Dimana ya?" Arka terus mencari satu tenda lagi. "Kau tunggu disini" lanjutnya dan pergi dari ruangan gudang itu.

Anita juga membantu mencari tenda di area gudang namun ia juga tidak menemukannya. Anita malah menemukan keperluan lainnya seperti sleeping bag dan matras masing-masing ada tiga.

Sepertinya dia sering berkemah

Anita mengambil dua sleeping bag dan dua matras lalu keluar rumah untuk menyimpan barangnya di bagasi mobil. Ia kembali masuk dan membawa tenda yang ia tinggal di gudang. Anita terus keluar masuk membawa barang yang menurutnya diperlukan.

Saat anita sedang mencari keperluan lainnya, arka datang dengan peralatan makan ditangannya.

"Anita aku lupa, ternyata tenda satunya dipinjam temanku"

Anita terdiam sejenak.

Berarti kita tidur satu tenda?! Oh tuhan.

"Bagaimana kau keberatan?"

Aku sih tidak.

"Tidak apa-apa, kau bisa tidur diluar kan?" Ucap anita dengan kekehan.

Arka tertawa kecil. "Lelucon yang bagus anita"

__________

Mereka kini sudah dalam perjalanan menuju tempat kemah, setelah dari rumah arka membawa semua keperluan kemah, mereka juga mampir sebentar ke rumah anita untuk membawa pakaian cadangan serta jaket yang tebal.

Sudah satu jam mereka berkendara tapi tak kunjung sampai. Sesekali arka juga mengisi bensin karena bahan bakarnya yang sudah menipis. Mereka juga sudah memasuki kawasan persawahan dan melewati gunung.

Mata anita tentu tidak berpaling dari pemandangan yang asri ini, ia juga membuka kaca mobil tersebut. Semilir angin yang sejuk menerpa wajahnya. Ada beberapa petani terlihat sedang menanam padi-padi dan ada banyak kerbau juga yang sedang membajak sawah. Ia merogoh ponselnya dan mengabadikan pemandangan diluar sana.

"Indahnya. Apa masih jauh?"

Arka mengangguk. "Masih sekitar dua jam lagi. Kau boleh tidur dulu kalau mengantuk, aku yakin kau tidak tidur nyenyak tadi malam"

Bagaimana dia bisa tau?

"aku ingin menikmati pemandangan di luar dulu"

Arka hanya mengangguk dan tetap fokus mengendarai mobilnya. Ia juga sengaja membuka kaca mobilnya agar angin yang sejuk itu menyeruak di dalam mobil. Tidak lupa arka mematikan setiap ac di mobil.

Sudah dua jam lebih empat puluh menit mereka di perjalanan. Jalanan yang mereka melewati sudah memasuki kawasan hutan, banyak pepohonan lebat di sebelah kiri dan kanannya. Bunyi suara jangkrik yang sangat nyaring terdengar di setiap lorong hutan. Tentu suara seperti itu sudah menjadi ciri khas di seluruh pedesaan.

Beberapa menit kemudian mereka sudah tiba di tempat perkemahan. Arka memarkirkan mobilnya di area parkir, tidak lupa ia juga membayar tarif parkir kendaraannya.

"Ayo arka!" ajak anita yang sudah turun lebih dulu dari mobil.

Arka menggelengkan kepalanya melihat anita yang begitu excited pada perkemahan ini.

Ia juga turun dari mobil dan membuka bagasi untuk membawa tas ranselnya. Masing-masing membawa tas tersebut, sudah dipastikan ransel arka mempunyai beban lebih. Mereka segera berjalan menuju ke tempat registrasi untuk membayar tarif kemah mereka malam ini.

"Ini bandung ya?" Tanya anita yang baru sadar beberapa orang sekitarnya menggunakan bahasa sunda.

Arka mengangguk. "Ini lebih tepatnya di ranca upas"

Mereka berjalan berdampingan menuju lokasi camping ground. Dan lokasi camping groundnya datar dan dikelilingi oleh perbukitan hijau yang indah serta udara sejuk di siang hari. Berada di ketinggian 1700 mdpl menjadikan keindahan alam di Bumi Perkemahan Ranca Upas Bandung tidak dapat diragukan lagi.

Anita menyimpan ranselnya di bawah dan sangat menikmati pemandangan yang terlihat sangat luas ini. Matanya benar-benar terpesona dengan keindahan alamnya. Wajahnya juga begitu sumringah.

"Ternyata dingin ya" ujar anita sambil memeluk tubuhnya sendiri.

"Disini ada pemandian air panas, kau boleh kesana. Biar aku yang memasang tenda" arka melepas ransel dan mengeluarkan tenda tersebut.

"Aku akan membantumu"

_________

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Arka dan anita sedang duduk di depan tenda sambil menikmati langit senja yang berwarna jingga. Setelah memasang tenda dan ke tempat pemandian air panas, mereka bersantai dan mempersiapkan api unggun. Karena, sebentar lagi langit akan gelap dan api unggun itu juga bisa menjadi sarana untuk menghangatkan tubuh. Mereka berdua juga sudah memakai pakaian tebal dan topi kupluk.

Disini juga tidak terlalu banyak orang yang berkemah, hanya ada sekitar 10 tenda yang terpasang.

Hari sudah mulai gelap, mereka berencana membuat sup untuk makanan malam ini. Dan memasak menggunakan kompor gas mini. Anita menyimpan panci di atas kompor tersebut dan menuangkan air secukupnya ke dalam panci. Arka juga ikut membantu memotong daging sapi dengan potongan dadu dan anita yang memotong beberapa bahan makanannya.

"Potongan yang rapih arka. apa kau bisa masak?" Tanya anita yang terus memotong bahan lainnya.

"Tidak juga, aku lebih suka menikmatinya" jawabnya sambil memasukkan potongan daging ke dalam panci.

"Apa masakanku saat itu terasa enak?"

"Saat kau kalah bertaruh?"

"Iya" sahutnya sambil memasukkan bahan-bahan makanan ke dalam panci.

"Aku suka, padahal kukira aku akan diracuni saat itu" ucapnya terkekeh.

Anita tertawa kecil. "Sempat terfikir olehku"

Anita terus mengaduk sup tersebut hingga matang, aroma sup dagingnya pun sangat menggugah selera. Mereka berdua sudah bersiap dengan mangkuk masing-masing dan menikmati sup buatannya setelah menunggu hingga 20 menit.

"Not bad" ucap anita setelah memasukan satu sendok sup ke mulutnya.

"Ini enak"

________

Suhu disini semakin dingin, anita mendekatkan telapak tangannya pada api unggun setelah itu menempelkannya di kedua pipinya. Arka juga melakukan hal yang sama seperti anita. Ia melihat jam di ponselnya, tertera angka 21.00 Wib.

"Sudah malam, kau tidak tidur?" Tanya arka.

Anita menggeleng. "Disini bintang-bintangnya sangat banyak, berbeda dengan di kota" anita tersenyum melihat penampakan indah di langit.

Arka tersenyum dan terus memperhatikan anita dengan kedua tangan yang berada di belakang sebagai tumpuan.

"Entah kenapa aku lebih tertarik dengan yang ini" ujarnya tidak berpaling dari anita.

"Ap-" anita terdiam saat menoleh ke arah arka yang terus menatapnya.

"Berhenti menatapku seperti itu!" lanjutnya dan memalingkan wajahnya untuk kembali melihat ke atas langit.

"Tidak bisa"

Anita berusaha menetralkan jantungnya. "Di rumahmu tadi kulihat tidak ada siapa pun, kecuali ibu-ibu yang membuka pagar"

Bagus anita, kau harus mengalihkan pembicaraan.

"Yang tadi ibu sara dia asisten rumah tangga, aku tinggal bersama ayah dan adik. Adikku sedang sekolah tadi dan ayahku dinas ke luar negeri" jawabnya masih dengan posisi yang sama.

"Adikmu kelas berapa? Laki-laki atau perempuan?"

"Dia laki-laki dia juga masih kelas 3 sd"

"Ah masih kecil ya, pasti adikmu populer di sekolahnya" ucap anita terkekeh. Dia bisa membayangkan bagaimana adiknya itu, pasti sama tampannya seperti kakaknya ini.

"Dia pasti mencariku sekarang, aku pergi tanpa pamit"

Anita hanya tersenyum menanggapi perkataannya.

"Ah iya ibuku menderita gangguan depresi mayor"

Anita tetap diam dan siap mendengarkannya.

"Dia juga punya penyakit alzheimer, itu sebabnya dia terkadang lupa akan orang-orang sekitarnya, termasuk aku. Bahkan dia juga bisa melupakan siapa dirinya" arka menghela nafasnya sebelum melanjutkan perkataannya. "Karena penyakit mentalnya itu, alzheimernya menjadi makin parah" arka tersenyum miris.

"Sejak aku smp, ayah selalu semena-mena terhadap ibuku. Dia selalu menganiaya ibu, itu sebabnya ibu menjadi seperti sekarang... ahhh aku mempunyai ayah yang buruk.. bahkan dia tidak pernah menjenguknya" arka mendekatkan telapak tangannya pada api unggun.

Anita bisa melihat bagaimana rapuhnya seorang arka. Ia tidak menyangka arka bisa menahan rasa sakitnya itu.

"Kau tau anita?"

"Hem?"

"Aku pernah hampir membunuh ayah kandungku sendiri" arka menoleh kearah anita dan tersenyum miris.

Anita sangat terkejut mendengar pengakuan tersebut. Tapi ia mengerti kenapa arka bisa melakukan hal sejauh itu. Bagaimana bisa seorang anak membiarkan ibunya sendiri disiksa oleh ayah kandungnya.

Sebenarnya keluarga anita juga bisa dibilang berantakan, tidak ada hari tanpa perkelahian. Dan sampai akhirnya kedua orang tua anita lebih memilih berpisah.

Anita memegang tangan arka. "Ibumu pasti sembuh" anita tersenyum manis.

Arka menoleh kearahnya dan perlahan mulai mendekatkan wajahnya. Detak jantungnya hebat. Pemilik bulu mata yang panjang itu pun berkedip turun, dan memperhatikan bibir anita

Anita menahan napas ketika hidumg mereka sudah bersentuhan. Di dalam kepalanya menyuruh untuk menjauh, tapi tubuhnya kaku dan ia juga menginginkan ini. Terasa begitu jelas panas napas mereka yang saling beradu. Tinggal sedikit dorongan lagi untuk menyatukannya.

Namun itu tidak terjadi.

Sebuah panggilan masuk dari ponsel arka. Mereka berdua langsung memalingkan wajahnya, arka juga segera mengangkat teleponnya.

"Halo?"

"....."

"Maaf, kakak lagi pergi. Besok siang kakak pulang"

"...."

"Iya kiel, dah sekarang kau cepat tidur. Jangan tidur terlalu malam"

"...."

"Selamat malam"

Arka memutuskan sambungan teleponnya dan menyimpan ponselnya di saku jaket.

Arka menghela nafasnya. "Baru kali ini aku kesal dengan adikku"

Jantung anita masih tidak karuan, pipinya terasa panas padahal cuaca saat ini sangat dingin.

"Kau tidur duluan saja anita"

"A-ahh i-iya aku akan masuk ke tenda" anita langsung bangun dan cepat-cepat masuk kedalam tenda.

Ia masuk ke dalam sleeping bag dan membaringkan tubuhnya di atas matras.

"Apa aku bisa tidur malam ini?"

💜💜

Fyi, Depresi Mayor adalat Suatu gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus tertekan atau kehilangan minat dalam beraktivitas, menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kualitas hidup sehari-hari. Kemungkinan penyebabnya termasuk ketegangan yang bersumber dari kombinasi kondisi biologis, psikologis, dan sosial. 

Hollaaa.. aku Comeback.. kayak comebacknya bts.. gila sih dynamite mantepp parahhhh....

Telat bgt lagi update ini.. soalnya kondisi tubuh aku lagi ga fit bgt..

Semoga tetap stay sama cerita aku yaaa, saranghaee 💜

avataravatar
Next chapter