1 chapter 1

Jam sudah menunjukan pukul 1 dini hari dan Juna baru sampai di apartemen. Jadwal individunya hari ini memang cukup padat dari menghadiri acara talk show sampai pemotretan, belum lagi dia harus tampil di acara musikal yang di bintanginya.

Helaan nafas meluncur dari mulut itu, Juna berjalan dengan gontai menuju kamarnya ingin segera mengistirahatkan tubuh lelahnya di kasur, namun langkah itu terhenti tepat di kamar Arjun yang pintunya sedikit terbuka.

Iseng, Juna membuka pintu lebih lebar dan tak menemukan siapapun di sana. Hanya ada sebuah ponsel yang tergeletak di atas ranjang, ragu dia masuk dan mendengar suara air mengalir dari kamar mandi, mungkin Arjun juga baru pulang dari kegiatan individunya.

Juna meletakan tas yang dia bawa di pinggir kasur, berpikir untuk berbaring di sini dulu sejenak, toh Arjun juga tak akan keberatan, dia meraih ponsel yang tergeletak di atas kasur bermaksud untuk melihat-lihat sedikit apa isi dari ponsel teman satu grupnya itu.

Senyum kecil terukir di wajah Juna saat dia berhasil membuka kunci ponsel Arjun, dengan semangat dia mulai membuka-buka beberapa aplikasi seperti instagram, dan beberapa game, terakhir dia masuk ke galeri.

Lagi, senyum di wajah Juna terukir saat melihat isi galeri Arjun yang di penuhi dengan foto-foto yang bisa dikatakan tidak jelas, dia selalu berpikir kalau anak yang sudah menjelma menjadi pemuda gagah dan menawan itu tak pernah pandai dalam mengambil foto, malah terkadang hasil fotonya jauh dari kata bagus.

Setelah puas melihat-lihat foto di ponsel Arjun, Juna beralih untuk melihat video, biasanya Arjun selalu menyimpan video lucu atau film yang di download dari situs tidak resmi. Dahi Juna mengkerut saat melihat sebuah gambar yang sedikit aneh, di mana 2 orang laki-laki yang tak mengenakan atasan saling rangkul dan tampak intim, karena penasaran dia memutuskan untuk memutarnya.

Hal pertama yang muncul di layar adalah sosok pemuda mengenakan seragam sekolah yang memasuki sebuah ruangan, pemuda itu di sambut oleh sosok pemuda lain di sana lalu mereka mengobrol dalam bahasa asing.

Dahi Juna mengkerut tanpa bisa dicegah, sudah sekitar 4 menit video itu di putar tapi tokoh lain tidak muncul, bahkan akting dari 2 orang itu terlihat buruk, ekspresi mereka kurang di tambah pengambilan gambarnya juga tidak terlalu bagus, malah terkesan asal?

Tepat saat Juna berpikir untuk menghentikan acara menontonnya sebuah adegan tak terduga di tampilkan di layar. Di mana 2 pemuda itu saling berciuman, awalnya hanya sedikit menempel tapi lama-lama menjadi saling melumat dan menuntut, mereka bahkan melepas baju masing masing dan mulai bergumul di atas sofa.

What the F***?

Mata Juna terbelalak horor.

Kenapa Arjun mempunyai video semacam ini?

Oke, baik. Juna cukup mengerti kalau Arjun memiliki AV didalam ponselnya, karena bagaimanapun mereka sudah dewasa dan kadang butuh hal-hal tertentu seperti AV untuk membantu melepaskan hasrat. Tapi ini GAV bukan AV!

Mata Juna makin melebar saat mendengar suara erangan dari ponsel di tangannya, juga adegan yang tidak layak di lihat oleh mereka yang berada di bawah umur.

"Holly sh*t!" Juna mengumpat tanpa sadar.

"Jun, kamu..."

Sebuah suara terdengar tak jauh dari tempat Juna, pemuda bernama lengkap Juna Prakarsa Aditiya itu menelan ludahnya susah payah, demi Tuhan kenapa dia tidak menyadari kalau suara gemericik air itu sudah berhenti?

"A... Al!" Juna berkata gugup saat mendapati sosok Arjun yang sedang menatapnya dengan tatapan bingung.

"Itu.. aku.." Juna dengan panik menekan tombol kunci di ponsel Arjun, tapi sayangnya karena terburu-buru bukan tombol kunci yang dia tekan tapi malah tombol volume, yang membuat suara yang keluar dari ponsel di genggamannya tambah kencang.

Seketika suara erangan dan pa! Pa! Pa! Terdengar memenuhi ruangan, membuat Juna panik dan melemparkan ponsel di tangannya lalu melesat pergi dari kamar Arjun tanpa mengatakan apapun.

Brak!

Juna menutup pintu kamarnya dengan kasar, nafas pemuda itu terengah-engah, dia benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja dia lihat, kenapa juga Arjun mempunyai hal semacam itu di ponselnya. Tunggu dulu, apa mungkin anak itu belok?

Tolong jangan salah paham dulu pada Juna karena dia bukanlah seorang antis, dia tidak membenci mereka yang memiliki seksualitas berbeda, tapi tetap saja jika dihadapkan dengan hal semacam ini dia bingung, bagaimana cara menghadapinya.

Lagi pula selama ini dia dan Arjun sangat dekat, selalu menghabiskan waktu bersama, bisa di bilang mereka tidak terpisahkan satu sama lain, bahkan beberapa penggemar malah menjodohkan mereka.

Omong-omong soal jodoh, Arjun tidak mungkin tertarik padanya bukan?

"Ugh !"

Juna menggeleng pelan itu tidak mungkin, Arjun pasti menganggapnya sebagai seorang saudara laki-laki tidak lebih, lagi pula mereka selalu bersikap wajar, paling parah mereka bergandengan tangan, dia yang menyandarkan kepala di bahu Arjun yang memang senderable, menyemangati anak itu saat kalah bermain game, jalan-jalan berdua dan...

Tunggu sebentar, rasanya ada yang salah dengan penjabaran barusan, jika di pikirkan lagi, hal yang sering mereka lakukan adalah kebiasaan yang selalu di lakukan oleh pasangan kekasih, seperti pegangan tangan, menyandarkan kepala-

Tidak! Tidak! Tidak!

Juna menggelengkan kepalanya lagi, berusaha membuang pikiran itu jauh-jauh, dia yakin kalau Arjun tidak menyukainya. Bahwa teman satu grupnya itu-

"Ugh!" Juna mengeluh saat beberapa kejadian melintas di kepalanya, seperti Arjun yang kadang terlihat posesif dengan menanyakan di mana dia berada atau kapan dia pulang, pernah juga Arjun berkata ingin menikahi Juna ketika mereka live di Instagram beberapa waktu lalu dan lain sebagainnya.

Kepala Juna tiba-tiba terasa pening karena berbagai macam pikiran tak masuk akal yang bermunculan di benaknya.

Tok.. tok.. tok...

Suara ketukan pintu menyadarkan Juna dari acara melamunnya, dia menatap ke arah pintu dengan was-was.

"Jun...?"

Juna menahan nafas tanpa sadar saat mendengar suara Arjun, dia memang sudah memperkirakan hal itu, bahwa Arjun akan mengetuk pintu kamarnya tapi tetap saja dia kaget. Juna bingung antara harus membukakan pintu atau tidak. Dia benar-benar belum siap untuk bertemu anak itu.

"Jun, aku tahu kamu belum tidur!" Suara Arjun terdengar memohon.

Pada akhirnya Juna memutuskan untuk membuka pintu, dia meraih gagang pintu kemudian membukanya menampakan sosok Arjun yang menggenakan baju longgar juga celana kain.

"Iya Al, ada apa?" Juna bertanya, dia bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi.

"Tentang yang tadi..." Arjun menggantung kalimatnya, pemuda itu tampak kikuk dan canggung.

"Tentang itu... Tidak apa-apa, aku mengerti." Juna tersenyum, dia tak ingin teman satu grupnya ini menjadi minder atau bahkan depresi, "kamu bebas menentukan apa yang kau inginkan, itu adalah hakmu!" Lanjutnya sambil menepuk pundak Arjun.

Bagaimana pun, dia harus tetap mendukung Arjun.

"Benarkah?" Mata Arjun berbinar cerah.

"Um!" Juna menganggukan kepala, lalu mengusak surai basah milik arjun, "tidurlah, kamu ada jadwal pagi besok bukan?"

"Mmm!" Arjun menganggukan kepalanya, pemuda itu tersenyum ke arah Juna lalu kembali ke kamarnya.

Helaan nafas lega meluncur dari mulut Juna, dia menutup pintu dan berjalan ke kamar mandi, bermaksud mencuci muka juga menggosok gigi, dia merasa sudah lelah jadi tak mau memikirkan masalah Arjun lebih jauh dulu sekarang ini, yang pasti Juna ingin tidur untuk sekarang.

.

.

.

TBC

avataravatar