4 Dojo Yaegashi

Suasana sarapan keluarga Endou pagi ini cukup meriah.

Semua berawal ketika Kousuke dan Eiji bertanya pada Daisuke mengenai Yaegashi Shizuku.

Kebetulan, Misato yang baru saja keluar kamar mendengar hal ini yang membuat radar gosip wanitanya aktif.

Menghadapi serangan dari tiga sisi, Daisuke dengan gigih memasang tembok baja dan menentang semua tuduhan demi mempertahankan kepolosannya.

Sousuke yang turun dari lantai 2 pun ikut menyerang karena ingin membalas kejadian memalukan tentang lari pagi tadi.

Akan tetapi, Daisuke tetap bersikukuh sehingga para penyerang segera kehilangan minat mereka, dan gencatan senjata sementara terjadi.

Saat semuanya mulai sarapan, Manami yang melihat potongan-potongan kecil paprika hijau yang dia benci di steak hamburger kesukaannya, seketika marah dan menyerang Daisuke dengan berbagai serangan seperti "Bagaimana bisa Dai-nii sejahat itu?" dan "Dai-nii adalah iblis!".

Kemudian, ketika Manami mencoba menyisihkan potongan paprika satu demi satu, Ibu Endou mengeluarkan mandat "Yang membuang makanan tidak akan dapat uang saku minggu ini".

Oleh karena itu, Manami hanya dapat memakan steak hamburger dengan berlinang air mata.

Kejahilan Daisuke ini membuatnya mendapat tatapan menyalahkan dari anggota keluarga yang lain serta ekspresi cemberut dari Manami dan pemutusan komunikasi dua arah sampai waktu yang tidak ditentukan.

Melihat hal ini, Daisuke hanya dapat mengeluarkan senjata pamungkasnya yakni sebuah pudding premium yang tersembunyi di dalam kulkas.

Langkah ini berhasil sedikit meredakan amarah Manami dan secara lisan telah memaafkan kesalahan Daisuke, meski untuk sementara Manami masih membuang muka setiap kali tatapan mereka bertemu.

Setidaknya, anggota keluarga Endou yang lain tidak lagi menyalahkan Daisuke dan permasalahan dapat dianggap selesai jika kita mengabaikan ekspresi terkejut Sousuke yang sesekali bergumam, "Bagaimana dia bisa menemukannya?" atau "Padahal sudah kusembunyikan dengan baik.", dan "Tidak… puding premiumku…"

Usai sarapan, waktu telah menunjukkan pukul 07:05 dan keluarga Endou menuju kesibukan mereka masing-masing.

Ayah dan Ibu Endou pergi bersama menggunakan sebuah mobil karena keduanya bekerja di tempat yang sama, Manami yang sedang tidak ingin menaiki transportasi umum ikut di dalam mobil.

Ketiga saudara laki-laki berjalan bersama hingga Sousuke berhenti di salah satu halte karena jarak sekolahnya lebih dekat, kemudian Daisuke dan Kousuke pergi menuju stasiun.

Sekitar 45 menit kemudian, Daisuke dan Kousuke berhasil sampai di sekolah mereka.

Daisuke berada di kelas yang sama dengan Sakagami Ryutarou, sedangkan Kousuke satu kelas dengan Shirasaki Kaori dan Yaegashi Shizuku. 

Untuk Amanogawa Kouki dan Nakamura Eri, mereka ada di kelas unggulan.

Memaasuki kelas 2-D, tidak ada siswa kelas yang secara aktif menyapa Daisuke, jika tanpa sengaja tatapan Daisuke bertemu dengan salah seorang siswa, keduanya hanya saling memberi senyum sopan lalu kembali pada kegiatan mereka masing-masing.

Seperti yang sudah pernah dijelaskan sebelumnya, Daisuke khawatir jika sewaktu-waktu dirinya tanpa sengaja melukai orang lain karena lupa mengendalikan kekuatan, sehingga dirinya membatasi interaksinya dengan orang lain.

Apalagi selama setahun ini Daisuke jadi lebih sering berlatih yang membuat peningkatan kekuatannya semakin cepat, jadi dia harus lebih sering memperhatikan kontrol kekuatannya.

Mungkin beberapa orang akan mengatakan tindakan Daisuke ini berlebihan karena dalam satu bulan, biasanya dia hanya akan kelepasan sebanyak 1 atau 2 kali karena lonjakan emosi tiba-tiba. 

Tetapi Daisuke masih khawatir jika satu atau dua kejadian itu memberikan cedera fatal pada orang lain.

Untungnya, sejauh ini belum ada kejadian yang memakan korban jiwa, semua hanya mengakibatkan kerusakan pada benda mati. 

Kerugian paling besar adalah salah satu joran pancing kesayangan Ayah Endou.

Melihat masih ada waktu sekitar setengah jam sebelum bel sekolah berbunyi, Daisuke menghabiskan sisa waktunya dengan tidur.

Ketika Daisuke terbangun, guru pelajaran pertama sudah berada di depan kelas memulai proses belajar mengajar.

Sebagai siswa yang disiplin, Daisuke dengan taat mendengarkan penjelasan sensei meski dia terlalu malas untuk mencatat.

- Lebih baik aku fotocopy catatan Kou-chan saja nanti.

...

DING DONG!

Tanpa terasa, waktu menunjukkan pukul 16:00 dan waktu pelajaran hari ini telah berakhir.

Karena Daisuke ingin berlatih kendo, dirinya tidak menunggu Kousuke dan langsung pergi menuju Dojo Yaegashi.

Dojo Yaegashi dan rumah Shizuku berada di lokasi yang sama karena kediaman Yaegashi jadi satu dengan dojo, tetapi ukuran bangunannya sangat luas sehingga tidak akan saling mengganggu aktivitas satu sama lain.

Sampai di Dojo Yaegashi, hampir semua murid dojo yang melihat Daisuke akan menyapanya dengan sangat ramah.

Bagaimana tidak, selain pada satu bulan pertama Daisuke berlatih di dojo, tidak ada satu pun murid yang dapat mengalahkannya lagi dalam sparring.

Pada satu bulan pertama, Daisuke bukannya tidak bisa memenangkan setiap sparring, tetapi tujuan Daisuke adalah untuk belajar teknik bertarung, bukan mengalahkan banyak lawan.

Jadi, Daisuke dengan disiplin hanya menggunakan teknik kendo Yaegashi yang dia pelajari saat sparring sehingga membuat gerakannya kaku karena belum familiar.

Jika hanya ingin menang, bahkan jika Daisuke menyamakan kekuatan fisiknya dengan lawan, kecepatan reaksi Daisuke sendiri sudah cukup untuk mengalahkan semua lawannya.

Dengan skill Daisuke saat ini, meski dia hanya bermain-main dan tidak serius saat sparring, tidak ada murid dojo yang bisa memberinya perlawanan berarti.

Makanya, Daisuke menjadi lebih jarang berlatih di Dojo sebulan belakangan.

Tetapi selama minggu ini, Daisuke datang setiap hari karena dia ingin meminta instruktur dojo mengajarinya teknik lain Yaegashi yang tidak pernah diajarkan secara umum.

Satu hal yang perlu digarisbawahi, meski sudah hampir setahun berlatih di Dojo Yaegashi, Daisuke sangat jarang melihat Yaegashi Shizuku dan Amanogawa Kouki.

Sepertinya mereka berdua diperlakukan berbeda dan diberi latihan secara privat di ruangan lain.

Sebenarnya, teknik kenjutsu Yaegashi bukanlah tujuan utama Daisuke mendaftar di Dojo Yaegashi, melainan teknik ninjutsu yang tidak pernah ditunjukkan pada dunia luar.

Daisuke sendiri belum pernah melihatnya secara langsung, tetapi dia tau teknik itu ada karena berdasarkan memorinya, hal ini beberapa kali disebutkan secara implisit di dalam novel.

Oleh karena itu, setelah berada di dalam dojo lalu mengganti seragam sekolahnya dengan kendogi dan hakama, Daisuke tidak ikut berlatih bersama dengan yang lain. Tetapi hanya duduk seiza di belakang menyaksikan yang lainnya berlatih.

Hal ini Daisuke lakukan untuk memberi 'kode' kepada instruktur dojo bahwasannya dia memiliki suatu urusan yang ingin dibicarakan dengan dojo.

Benar saja, tindakan Daisuke cukup menarik perhatian.

Karena selain popularitasnya, setelah duduk seiza Daisuke mengabaikan semua ajakan sparring dan latihan bersama dari murid-murid lainnya.

Meski begitu, tidak ada satu instruktur dojo yang bertanya padanya, hanya Ibu dari Shizuku, Yaegashi Kirino yang entah dari mana datang menyajikan segelas teh hijau dan semangkuk camilan senbei lalu pergi setelah mempersilahkan Daisuke.

Dengan begitu, Daisuke duduk seiza hingga waktu latihan selesai.

...

Hampir tiga jam berlalu dan sudah waktunya makan malam.

Murid-murid dojo yang lain sudah mulai pulang sejak satu jam yang lalu.

Melihat dojo yang sudah sepi, akhirnya seorang pria paruh baya datang menghampiri Daisuke.

Dia adalah Yaegashi Koichi, ayah dari Shizuku.

Setelah berdiri di depan Daisuke, Koichi melirik sekilas pada gelas dan mangkuk kosong di samping Daisuke sebelum berbicara.

"Jadi, Daisuke, ada perlu apa kali ini?"

"Koichi-sensei, tolong ajari aku teknik ninjutsu Yaegashi!" Pinta Daisuke yang lantang dengan sedikit membungkukkan tubuhnya dalam posisi seiza.

"Bukankah sensei sudah bilang berkali-kali jika Dojo Yaegashi tidak memiliki yang namanya teknik ninjutsu?"

"Koichi-sensei, ku mohon!" Pinta Daisuke sekali lagi dengan tubuh yang lebih membungkuk.

Dari suaranya, Koichi bisa merasakan keseriusan dan kegigihan hati seseorang yang tidak ingin menyerah.

Menghadapi Daisuke yang terus mendesak memohon dengan badan yang membungkuk tanpa niat mengangkat kepalanya, Yaegashi Koichi hanya bisa tepuk jidat dan bingung harus berkata apa.

Karenanya, suasana di ruangan itu menjadi sunyi untuk beberapa waktu.

Entah berapa lama, Yaegashi Koichi melihat ke salah satu sudut kosong ruangan dengan ekspresi meminta bantuan.

Seolah berhasil mendapatkan kode, Koichi sedikit bernafas lega dan akhirnya menanggapi permintaan Daisuke.

"Baiklah Daisuke, kamu menang!"

Jujur saja, Daisuke bisa dibilang murid kesayangan dari Koichi.

Hal ini dikarenakan bakat koichi adalah yang terbaik dari semua muridnya, bahkan lebih baik dari Kouki, murid yang paling dia sukai sebelum Daisuke datang.

Mendengar perkataan ini, Daisuke yang terus membungkuk dengan kepala tertunduk seketika mengangkat kepalanya, menunjukkan ekspresi bersemangat.

"Jadi Koichi-sensei setuju?"

"Jangan senang dulu, ada tiga syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu, jika kamu tidak mampu melakukannya, maka maafkan sensei, tidak peduli seberapa keras kamu memohon sensei tidak akan mau mengajari!"

"Apa aja syaratnya, Koichi-sensei?" Tanya Daisuke dengan buru-buru.

Akan hal ini, Koichi tidak memberikan jawaban, tetapi menggeserkan tubuhnya sedikit ke samping memberi ruang untuk ayahnya, Yaegashi Shuuzou yang entah sejak kapan ada di dekat situ.

Yaegashi Shuuzou juga merupakan salah satu instruktor dari Dojo Yaegashi. Hanya saja karena usianya yang sudah menginjak 80 tahun, sehingga Shuuzou jarang pergi ke dojo untuk memberi arahan.

Berdiri di depan Daisuke, Shuuzou dengan wajah yang sangat serius berkata pada Daisuke.

"Aku tidak tau darimana kamu mengetahui informasi ini. Tapi karena Koichi sudah setuju, maka Dojo Yaegashi akan mengajarimu dengan catatan kamu dapat memenuhi tiga syarat yang disepakati."

"Meski begitu, ada satu hal yang perlu dikonfirmasi."

"Apakah kamu benar-benar yakin ingin coba mempelajari 'sisi lain' dari Dojo Yaegashi? Karena jika kamu sudah setuju untuk memulai, tidak ada lagi jalan mundur."

"Aku sangat yakin ingin belajar, Shuuzou-sensei!"

"Bahkan jika taruhannya adalah nyawa?" Tanya Shuuzou dengan ekspresi penuh keseriusan.

"Bahkan jika taruhannya adalah nyawa!"

Mendengar jawaban penuh keyakinan dari Daisuke dan kedua matanya yang bersinar terang, wajah serius Shuuzou jadi sedikit rileks dan dia menjelaskan syarat yang harus dilakukan Daisuke.

"Syarat pertama, berjanji untuk tidak membocorkan informasi mengenai isi dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan teknik ini pada orang lain. Ayo lakukan!"

"Baik, Shuuzou-sensei!"

Memperbaiki posisi duduknya, Daisuke mengangkat tangan kanannya dan mulai berjanji.

"Saya, Endou Daisuke, disini berjanji bahwasannya tidak akan pernah membocorkan apapun yang menjadi rahasia dari teknik Yaegashi. Jika saya melanggar janji, maka semoga petir menyambar saya hingga mati!"

"Awal yang bagus!" Koichi memberi komentar dari samping.

"Ayo berdiri!" (Shuuzou)

"Baik, Shuuzou-sensei"

Mendapat perintah untuk berdiri, Daisuke yang sudah lelah duduk terlalu lama tanpa ragu langsung berdiri.

Meski telah melakukan duduk seiza selama tiga jam, saat berdiri Daisuke hanya sedikit goyah lalu dengan cepat memperbaiki posturnya dan membuat sikap tegap.

Hal ini membuat Shuuzou dan Koichi yang melihatnya mau tak mau menganggukkan kepala mereka, puas dengan performa Daisuke.

"Kalo gitu, mari kita lanjutkan ke syarat kedua! Satu hal yang perlu saya ingatkan sebelumnya, cucuku Shizuku tidak tau apa-apa tentang sisi lain Yaegashi. Jadi, jangan sampai dia tau."

"Baik, Shuuzou-sensei!"

"Maka dari itu, Koichi, tolong panggil Shizuku dan minta dia untuk mengenakan perlengkapannya."

"Apakah harus memanggil Shizuku, ayah? Tadi dia baru saja pulang setelah pergi berbelanja dengan Kaori."

"Koichi!!"

"Segera laksanakan!" Jawab formal Koichi dan bergegas keluar dari dojo menuju bagian rumah Yaegashi.

"Daisuke, kamu juga siapkan perlengkapanmu"

"Baik, Shuuzou-sensei."

Daisuke kemudian berjalan menuju tasnya untuk mengambil shinai yang dia letakkan di samping tas, lalu memakai pelindung tubuh sebelum kembali ke posisi semula sambil memikirkan hal yang mungkin menjadi syarat kedua.

-Apakah Shuuzou-sensei ingin aku berduel dengan Shizuku?

Dari perkataan Shuuzou, Daisuke otomatis berpikir jika apa yang akan terjadi selanjutnya adalah sparring antara dirinya dan Shizuku.

Meskipun Daisuke mengakui teknik kendo Shizuku sangat luar biasa, tetapi dia kira Shizuku tidak akan dapat memberi tantangan pada Daisuke.

Daripada itu, Daisuke lebih khawatir jika nanti tanpa sengaja mencederai Shizuku.

Karena bukan hanya Daisuke diuntungkan dari perbedaan gender dimana fisik laki-laki lebih kuat dari perempuan, Daisuke sendiri adalah sebuah anomali diantara laki-laki.

Maka dari itu, dia ingin membujuk Shuuzou agar mengganti penantang yang lain.

"Ano, Apakah Shuuzou-sensei ingin membuatku bertarung dengan Shizuku?"

"Iya, benar. Syarat keduamu adalah mengalahkan Shizuku."

"Sensei, bukannya membual, meski saya mengakui teknik kendo Shizuku sangat hebat, tapi saran saya Shuuzou-sensei menggantinya dengan yang lain, karena kami memiliki perbedaan gender dan kekuatanku sedikit lebih kuat dari laki-laki dewasa pada umumnya. Jadi saya khawatir malah akan melukai Shizuku."

"Oh?"

Terhadap permintaan Daisuke, Shuuzou tampak seperti mempertimbangkannya selama beberapa waktu lalu memberi tanggapan.

"Kamu kenal Shizuku?"

"Well, kami berada di sekolah yang sama. Meski kita tidak berbicara satu sama lain, tetapi saya beberapa kali melihat cuplikan pertandingannya di turnamen."

"Oh, begitu ya. Bagus.. bagus.."

"Kalo begitu, Shuuzo-sensei-"

"Tapi tidak masalah, tidak perlu mengganti siapapun, jangan terlalu meremehkan Shizuku walau dia perempuan."

"... Baik, Shuuzou-sensei."

-Kalo gitu, akan aku selesaikan pertandingan dengan cepat untuk mengurangi resiko cedera.

Setelah menunggu sekitar 10 menit, Koichi kembali bersama dengan Shizuku yang telah mengenakan pelindung dan membawa sebuah shinai.

Karena Daisuke jarang bergaul di sekolah dan penampilannya sekarang cukup berbeda, Shizuku sama sekali tidak mengenali Daisuke.

Jadi setelah berada di dalam dojo, Shizuku hanya memberi senyum sopan lalu berdiri diam di samping Koichi.

Penampilan Daisuke saat ini berbeda dengan di sekolah karena dia melepas kacamata yang selalu dilakukanya saat berlatih di dojo sehingga secara jelas menunjukkan tatapan matanya yang tajam. 

Selain itu, duduk seiza selama tiga jam membuatnya berkeringat. Karena tidak mempedulikan gaya rambutnya, poni yang awalnya belah dua, kini terjatuh lunglai menutupi dahi Daisuke, saling melengkapi dengan tatapan tajamnya sehingga membuat kesan siswa rajin sebelumnya berubah menjadi seseorang yang dingin dan sulit didekati.

Melihat Koichi dan Shizuku sudah datang, Suuzhou langsung mengatur duel antara Daisuke dan Shizuku.

Kedua petarung juga tidak basa-basi, mereka segera mengenakan helm mereka dan berdiri di posisi masing-masing.

Baik Daisuke dan Shizuku mengambil postur sikap tengah, dimana petarung menempatkan ujung pedang/shinai selevel dengan wajah lawan.

Posisi ini adalah yang paling umum digunakan saat sparring karena sangat fleksibel dan bisa digunakan untuk menyerang dan bertahan.

Melihat kedua petarung sudah siap, Koichi yang menjadi wasit memberikan aba-aba.

"Mulai!"

"…"

"…"

Baik Daisuke dan Shizuku tidak ada yang mengambil inisiatif menyerang, keduanya hanya diam di tempat menunggu lawan menunjukkan celah.

Suasana bertarung menjadi hening selama beberapa saat.

Karena ingin segera menyelesaikan pertarungan, Daisuke tidak lagi menunggu dan mengambil inisiatif menyerang.

Daisuke dengan cepat melangkah ke depan dan menebas pedangnya ke arah wajah Shizuku.

"Men!"

Menghadapi serangan Daisuke, Shizuku tetap tenang dan menangkis serangan yang datang ke samping.

Plak!

Kedua pedang bertikai dan serangan Daisuke meleset ke sisi kanan.

Disni Shizuku melihat sebuah kesempatan dari shinai Daisuke yang masih berayun dan langsung membuat serangan tusukan ke depan, mengincar leher Daisuke.

"Tsuki!"

PLAK!!

Ronde pertama seri.

Sebuah shinai terlempar. Itu adalah shinai Shizuku yang terlempar.

Shizuku menatap tak percaya pada shinai yang terlempar cukup jauh dan kedua tangannya yang gemetar karena dampak serangan tidak langsung.

Shizuku paham jika tidak ada gunanya melanjutkan pertarungan.

-Aku tidak mungkin menang!

Ya, itulah yang dipikirkan Shizuku saat ini.

Bayangkan saja, setelah dirinya menangkis serangan Daisuke, pedang daisuke masih berayun turun saat Shizuku melakukan serangan tusukan di posisi yang sangat dekat.

Kemudian dalam kurun waktu yang sangat singkat itu, Daisuke mampu menarik kembali serangannya dan menebas shinai Shizuku hingga terlempar jauh dan membuat tangan Shizuku gemetar lemas.

Apa maknanya?

Dari sini bisa dilihat perbedaan kekuatan serangan, kecepatan gerakan dan kecepatan reaksi yang sangatlah timpang sehingga tidak dapat diimbangi dengan penguasaan skill.

Setidaknya, Shizuku saat ini tidak dapat melakukannya.

Jika saja Daisuke membuat serangan pertamanya secepat dan sekuat ketika dirinya menangkis serangan Shizuku, maka Shizuku tidak akan dapat menangkisnya.

Koichi yang menjadi wasit juga sadar akan hal ini, melanjutkan pertandingan hanya akan membahayakan Shizuku.

-Bocah ini, dia sama sekali tidak menahan diri dengan seorang perempuan!

Oleh karena itu, Koichi langsung membuat keputusan.

"Pertandingan selesai, Endou Daisuke menang!"

"Terimakasih atas pertandingannya!" (Daisuke dan Shizuku)

Baik itu, Shuuzou, Shizuku dan Daisuke tidak ada yang protes dengan keputusan wasit.

(End of Chapter)

avataravatar
Next chapter