webnovel

2

"apa ini takdir ya pih?"

"takdir? takdir apa mih?"

.

.

"gimana kalau kita jodohkan revan dengan dia pih?" ujar mimih saat revan berjalan menghampiri meja mereka

"hmm.. pipih juga berpikir seperti itu, siapa tau memang jodoh" balas pipih tak kalah antusias

"siapa yang jodoh?" tanya revan yang kini sudah duduk di kursinya kembali

"kamu dan dia" pipih mimih berbarengan sambil menunjuk seseorang yang tak jauh

"hah? maksudnya apa? aku? dengan dia? jangan bercanda, aku saja tidak pernah mengenalnya jadi bagaimana bisa? hahaha" revan menggeleng sambil tertawa 'ada-ada saja orang tua nya ini' dalam benaknya

.

.

"hai nak!" sapa seseorang yang tiba-tiba menghampiri

"ehmm.. maaf?"

muka bingungnya jelas terlihat di mimik muka gadia itu

"apa kamu lupa pada tante? ini loh yang waktu itu pernah kamu tolong untuk ganti ban mobil yang bocor, ingat?"

"ohh iya, halo tante apa kabar?" tanyanya sambil menyalami mimih

, ya mimih memutuskan untuk menghampiri gadis itu dan berterima kasih padanya

"baik nak kamu baik juga bukan?"

"alhamdulillah tan"

"pesan apa? biar tante yang bayar ya untuk ucapan terima kasih tante sama kamu, jangan di tolak lagi menolak rezeki itu ga baik"

"baiklah tante, terima kasih sebelumnya"

"disana yukk sambil kita ngobrol sebentar"

.

.

Putri POV

Saat itu kulihat ada dua lelaki yang duduk di meja yang tante itu tuju

"nah, silahkan duduk" pinta tante itu padaku

"terima kasih tante" aku pun menyimpan nampan berisi makanan ku di meja

"kenalkan ini suami tante dan yang ini anak tante"

"oh iya, halo,, halo om" aku pun bersalaman dengan mereka

"siapa namamu? tanya pria separuh baya itu

"iya siapa nama kamu, kita dari tadi ngobrol tapi lupa dengan nama" kini tante yang bertanya

"hehe.. namaku putri tante" jawabku

"indira"

"saya arya"

sepasang suami istri itu memperkenalkan

"van" tegur tante indira pada anaknya

"ah gue revano" sambil menjabat tanganku

setelah berbincang sana sini akhirnya aku memutuskan untuk pamit karena papa ku sudah menelpon lagi pula saat ini sudah sore

"tante putri pamit ya, udah sore takut kemaleman sampe rumah nya, terima kasih atas makanannya juga tan"

"ah ya sudah sore kamu hati-hati ya di jalannya jangan ngebut!"

"siap tante"

"om saya pamit ya"

aku pun pamit lalu bersalaman dengan mereka

"putri, nomor hp kamu berapa? biar tante bisa menghubungi kamu" tanya tante indira

"revan catet nomornya!" pinta tante indira pada revan

Setelah itu aku pun pergi, sesaat saat menghidupkan mesin, kaca mobil ku di ketuk seseorang lalu kubuka kacanya ternyata revan

"ada apa? apa ada yang tertinggal?" tanyaku

"ini dari mimih tadi lupa mau kasih katanya" sambil memberiku sebuah paper bag

"apa ini?" tanyaku

"gue juga gak tahu, terima aja lah ga usah banyak nanya!" dia pun pergi setelah memberikan paper bag tersebut

"tolong sampaikan terima kasih!" ucapku sedikit berteriak karena dia sudah berjalan menjauhi mobil ku

.

.

setelah sampai di rumah ku buka paper bag yang tadi di beri oleh tante indira, cukup penasaran dengan isi yang ada di dalamnya

"ahh ternyata kue"

"ma putri ada kue tadi di kasih sama orang mau ga?" tanyaku pada mama

"kue? mana?"

"bentar putri bawa dulu di kamar"

ada dua kotak kupikir isi keduanya sama sama kue, satu kotak sudah kubuka barusan isinya adalah kue kering dan satunya lagi

"ya ampun ini apaan?"

"kue apa sih put?" tanya mama yang kini sudah berada di kamar ku

"loh itu gelang dari siapa?" tanya mama lagi kini penasaran dan heran

"ahh pasti dari pacar kamu ya? kok kamu gak kenalin mama sama dia sih, mama kan udah beberapa kali bilang sama kamu kalau punya pacar itu ya kenalin sama mama papa jangan di sembunyi sembunyiin"

"aduhh ma, pacar apaan sih putri kan bilang putri belum punya pacar dan ini putri juga gak tau kenapa ada ini di sini"

"lah katanya ada yang kasih? siapa?"

"iya sih ma ini tuh dikasih sama tante indira ibu ibu yang ga sengaja putri tolong dijalan tapi ya masa sampe ngasih ini segala? apa mungkin salah ngasihin paper bag nya ya?"

"yaudah kalo gitu tinggal kamu kembalikan aja"

"tapi putri gak tau alamat nya ma"

"telpon kan bisa"

"gak punya, oh iya tapi mereka punya nomor putri pasti nanti mereka ngehubungin"

.

.

Minggu pagi ini jakarta cukup mendung wangi aroma air hujan menyapa tanah berpadu dengan angin sejuk menyeruak cukup membuat tubuh ini betah berlama-lama dalam selimut,

kring.. kring.. kring..

suara handphone itu terus berdering sedangkan sang empunya masih enggan untuk bangun walau sekedar untuk mengangkat nya dan memilih membiarkan nada dering nya yang nyaring itu sebagai lagu penggiring tidur

kring.. kring.. kring..

"euhh siapa sih masih pagi udah nelpon?! Hallo Assalamualaikum ini dengan siapa?" tanya putri setengah mengantuk

"Waalaikumsalam ini putri ya?" tanya yang disebrang panggilan

"iya dengan siapa?" tanya putri lagi

"ini tante indira kamu masih ingat?"

'tante indira?' tanya putri dalam hati sambil memilah memori nya mencari nama indira

"oh iya tante putri inget, akhirnya tante nelpon juga aduh maaf ya tan dikira putri siapa hehe" saut putri lagi

"iya put, hari ini kamu ga sibuk kan?"

"emm, engga tan ada apa?"

"oh syukurlah, jadi gini hari ini tante mau ngundang kamu untuk makan malam bersama di rumah tante bagaimana kamu bisa datang kan? tante berharap kamu bisa datang!"

'pasti tante indira mau nanyain gelang itu untung saja sudah kusiapkan'ucap putri dalam hati

"malam ini ya tan? bisa kok tan insyaallah nanti putri dateng"

"yasudah nanti tante kirim alamatnya ya, tante tunggu dirumah ya put. Assalamualaikum"

"iya tante Waalaikumsalam"

.

.

Next chapter