2 chapter 2 : Pulang

Hari berganti, menandakan hari pertama di zaman yang baru.

Saat ini ratusan ribu ilmuwan dan petinggi organisasi keamanan di berbagai negara mengalami panik, ketika dalam waktu beberapa detik setelah gempa besar yang bisa menggetarkan benua sebesar Eurasia menyusul ledakan energi yang sangat besar, hingga menyebabkan perangkat sensor energi yang paling besar kapasitasnya pun bisa meledak karena over load. Beberapa reaktor nuklir di sejumlah negara nyaris meledak karena intervensi energi asing dalam unit reaktor mereka. Secara bersamaan semua negara ini menetapkan status bahaya tertinggi, bersamaan dengan para peneliti sedunia saling mengonfirmasi temuan mereka. Sementara itu Pemerintahan diberbagai negara berusaha menenangkan kepanikan massal yang terjadi dengan berbagai alasan dan spekulasi sembari menunggu jawaban pasti. Beberapa orang yang masih bisa berpikir rasional juga berusaha menenangkan orang-orang disekitar lingkungannya, usaha itu mulai berhasil mengingat tidak adanya kerusakan yang timbul secara kasat mata semua masih terlihat normal dan beberapa jam kemudian sebagian besar orang sudah mulai melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasanya walau pun dengan perasaan waspada masih membebani pikiran mereka.

***

Di sebuah kantor organisasi rahasia pemerintah, seorang wanita berlari tergesa-gesa dengan lembaran kertas di tangannya. Sejak bencana itu terjadi dia sudah berlarian bolak-balik melewati lorong ini. Banyak instansi pemerintah yang kacau balau akibat kepanikan ini, banyak pegawai instansi yang kabur karena ketakutan dan khawatir dengan keluarga mereka. Berbeda dengan semua instansi di bidang pertahanan yang sekarang sedang bekerja 24/7 dan entah sampai kapan akan berlanjut.

"Huft..." keluh pelan wanita itu mengingat dua belas jam kerja lemburnya sejak waktu normal kerjanya karena bencana aneh ini, dengan kantung mata yang tebal dia berjalan cepat menyusuri lorong hingga tiba di depan pintu kayu yang kemudian diketuknya pelan.

"Masuk." Suara parau dan serak terdengar dari balik pintu.

"Cekereek ..." Duduk di balik meja kerja seorang pria paruh baya dengan tatapan tajam memperhatikan siapa yang masuk dari pintu ruang kerjanya. Keriput dan beberapa bekas luka tidak bisa menyembunyikan mata merah dan lingkaran hitam disekitar matanya.

"Selamat pagi komandan, laporan yang anda inginkan sudah datang. Dari setiap responden pesan yang kita kirimkan semuanya melaporkan kejadian dan fenomena yang sama di setiap wilayah pengawasan. Lembaga keamanan setempat juga mengonfirmasi sifat dan perilaku aneh dari energi ini, seperti mudah terserap kedalam materi baik organik maupun anorganik dan perubahan sejumlah struktur kimia dari zat tertentu karena paparan energi ini seperti yang peneliti kita temukan semalam. Para ilmuwan di beberapa negara juga berhipotesis jika energi ini kemungkinan akan berefek pada rantai evolusi manusia dalam waktu dekat..." Wanita itu terus menjelaskan detail-detail dari laporan yang dia bawa dengan tenang, sedangkan komandan yang tengah duduk dan memejamkan mata berusaha menyerap informasi yang disampaikan sekretarisnya.

"Bagus, kerja bagus. Kamu bisa pulang setelah ini tapi sebelumnya kamu harus mencari orang lain untuk menggantikan tugas kamu." Tanpa membuka matanya, sang komandan memberikan instruksi yang membuat wanita disampingnya sedikit tersenyum lega.

"Terima kasih komandan, saya laksanakan." Segera wanita itu berjalan menyeret badan lelahnya keluar ruangan dan bergegas untuk pulang setelah melimpahkan tugasnya ke teman kerja di meja sebelahnya yang baru saja bangun dari tidur pulasnya di meja dan bergegas menuju parkiran mengambil motor kesayangannya untuk pulang.

***

"woaahh....ugh...hemh..ini hanya pikiranku atau memang kasur ini buat aku sakit punggung terus...hahaha setidaknya ini yang terakhir." Alve bangun dari kasur bututnya dan langsung mandi sepenuhnya lupa dengan kejadian yang dialaminya semalam yang dia rasakan saat ini hanyalah semangat hidup baru yang tidak dia tahu dari mana asalnya.

"Koper siap, tas siap, bekal makanan oke." Menatap keseluruhan kamar sempitnya untuk yang terakhirkalinya "Rasanya sulit buat yakin aku bakalan pulang sebentar lagi, padahal udah setahun lewat tapi di sini tetap terasa asing." Alve mengingat betapa canggungnya dia saat bertemu teman kostnya saat pertama kali dia datang dan kemudian tertawa sendiri.

'Setidaknya aku harus pamit.' Alve berjalan ke kamar kost di seberang kamarnya. Dengan gugup dia mengetuk pintu kamar itu. Dari jendela di sampingnya dia bisa melihat siluet seseorang yang selama setahun ini dia sapa.

"Hai Doubie." Di hadapannya muncul seorang remaja laki-laki memakai kaos putih tipis dan celana pendek tersenyum ramah. Terlihat lingkaran hitam dan wajah lelah tetangganya walau begitu dia tetap tersenyum menyapa Alve.

"Yo Alv, ada apa nih? kok tumben jam segini udah bangun?" Alv cuma bisa meringis, memang biasanya jam-jam segini dia masih molor di atas kasurnya.

"Aku mau pamit pulang duluan Doub, sekalian mau bilang makasih udah bantu aku setahun kemarin, sama maaf kalau aku pernah ada salah ke kamu..." Alv mengulurkan tangan kanannya yang segera disambut oleh tangan kanan Doubie.

"Santai aja Alv, aku juga ya kalau aja ada yang buat kamu gak nyaman jadi tetangga kost ku. Alv kamu kok buru-buru banget pulangnya? gak ada acara kayak perpisahan gitu?."

"Gak ada, semua temanku juga udah rencana pulang cepat. Yaudah Doubie aku berangkat dulu ya ke stasiun, sekali lagi makasih ya. Oh aku juga titip kunci kamar ya tolong kasih ke ibu kostnya kalau nanti kesini." Alve mengakhiri percakapan dengan canggung, sama seperti pertama kali berbicara dengan Doubie setahun lalu. Setelah mengambil nafas panjang Alve keluar dari rumah kostnya. Disepanjang

***

"Kak Mala! ibu, Kak Mala pulang!" Seorang bocah kecil berlari masuk kedalam rumah meninggalkan mainan mobilnya di teras, sedangkan dari gerbang besi pendek masuk wanita muda membawa tas jinjing kecil dan box makanan dengan wajah lelah dan lingkaran hitam di sekitar matanya. Beberapa kali tersandung saat memarkirkan motornya dan kembali tersandung didepan teras Mala akhirnya sampai di depan pintu rumahnya dan yang telah menunggu wanita paruh baya dengan senyum hangat menyambut kepulangan putrinya.

"Mala, cepat mandi dan makan lalu istirahat, ya." Wanita itu mengambil alih tas dan box di tangannya.

"Iya bu, Mala udah ngantuk banget. Ibu gak apa-apa kan semalam?"

"Ndak apa-apa kok, semalam ibu cuma pusing sedikit sama adik kamu nangis terus..."

"Kak!, gak lupa pesanan ku kan?" Bocah yang sedari tadi tidak terlihat tiba-tiba langsung memeluk kaki kakaknya yang membuat Mala sedikit terhuyung.

"Kamu semalam nangis terus kan, kakak gak jadi beli.." Dengan senyum jahil Mala menggoda adik laki-laki kecilnya yang membuat merah muka adiknya.

"Ah~..." adiknya yang kini sudah bersiap menangis dengan air mata berkumpul disudut matanya, tapi belum sempat sudah di ingatkan ibunya dengan sedikit keras.

"Sudah, sudah jangan ganggu kakak terus Miko. Sini makan sama ibu Kak Mala udah beliin kamu ayam goreng."

"Yay!" langsung saja bocah itu dengan riangnya berlari ke ruang makan bersama ibunya.

"Huft...akhirnya bisa tidur." membaringkan diri di kursi tamu, tak lama kemudian Mala sudah tertidur pulas.

Beberapa menit kemudian ibunya melihat putri tidurnya tertidur diatas sofa keras dengan susah payah memapah Mala ke kamarnya. "Sudah besar masih bikin susah saja" bisiknya dalam senyum lalu keluar dari kamar.

avataravatar
Next chapter