1 Tentang Kenkyo

Hanasaki Kenkyo dibawa keluar oleh Bibi Minama dari kamar. Masih jelas terdengar keributan dari dalam kamar.

Suara benda-benda berjatuhan dan suara kaca pecah.

Mata Kenkyo berkaca-kaca saat ia berada tepat di depan pintu kamar ayahnya. Ia perlahan menyentuh pintu. Air mata mengalir saat mendengar kata-kata yang terucap oleh ayahnya.

"BRENGSEK KALIAN! KENAPA KALIAN MENGURUNGKU SEPERTI INI, HAH? AKU TIDAK GILA! BERIKAN MINUMANKU SEKARANG JUGA!"

Menyesakkan, mendengar kata-kata itu terucap dari satu-satunya tempat ia bergantung. Kenkyo menyadari ini semua kesalahannya. Andai saja ia sudah dewasa. Andai saja selama ini ia tak menjadi beban bagi ayahnya. Andai saja ayahnya tak memiliki putri yang tak dapat diandalkan seperti dirinya.

"Kenkyo-chan, kau tak apa-apa? Kau bisa berangkat sekolah sekarang. Biarkan ayahmu menenangkan diri dulu!" ucap Bibi Minama lembut. Ia sembari mengelus surai hitam gadis yang berada di hadapannya itu.

Kenkyo mengangguk. Ia tak bisa mengabaikan kewajibannya untuk menuntuk ilmu.

"Titip ayah saya, Bi! Sore nanti saya langsung pulang setelah selesai bekerja paruh waktu."

Kenkyo membungkuk sebelum ia berjalan ke luar rumah.

Bibi Minama melihat punggung Kenkyo yang semakin menjauh.

"Tak seharusnya kau mengalami semua ini, Nak!"

Bibi Minama bersimpati atas gadis itu. Ibunya telah meninggal saat melahirkanya. Selama ini ia hanya tinggal bersama ayahnya, dan beberapa bulan ini sikap ayahnya berubah.

Semuanya berawal dari dipecatnya Tuan Hanasaki Akira dari pekerjaannya. Ia mengalami kecelakaan saat kerja, sehingga kakinya kini pincang. Tak ada yang mau mempekerjakan karena keterbatasannya itu. Ia jadi sering mabuk-mabukkan dan tak jarang melampiaskan semua amarahnya ke  putrinya, Hanasaki Kenkyo.

*****

"Aku terperangkap di matamu. Setiap kali kulihat matamu, di sana hanya ada bayangku. Bolehkah aku berharap jika kau terlahir untukku?"

Hening sejenak. Ucapan remaja lelaki itu tak mendapat respons apa pun dari lawan bicaranya.

"Aku akan berada selalu di sisimu. Kuharap kau hanya melihatku. Bisakah kau lakukan itu, Kyo-chan?" lanjut si remaja pria.

"Heh?? Kalau aku melihat Yamada-kun terus di saat lagi jalan, bisa-bisa aku nabrak dong?" balas Kenkyo.

"Astaga! Bukan seperti itu. Melihatku itu maksudnya aku ingin kau hanya melihatku sebagai pria satu-satunya untukmu. Mengerti?"

Remaja yang dipanggil Yamada menghembuskan napas kasar. Ia harus ekstra sabar menghadapi kekasihnya yang terlampau polos ini.

Remaja perempuan yang ada di hadapannya hanya mengangguk sekali. Tak biasanya kekasihnya itu bicara romantis. Bahkan, ketika anniversary jadian kemarin saja kekasihnya memberi hadiah panci bukannya bunga dan cokelat. Entah apa maksudnya.

"Yamada-kun?"

"Heum?"

"Kau nonton drama 'Our Promise' kemarin?"

"Ahahaha tentu saja. Apa yang kau bicarakan, heh?"

"Hmm, pantas saja. Aku ingat ada adegan seperti itu di drama. Kau pasti mengutipnya, kan?" ucap Kenkyo sembari tersenyum mengejek.

Yamada tersentak sedikit. Ia tak menyangka saja, usahanya yang ingin terlihat romantis harus gagal seperti ini.

Yamada menggaruk tengkuknya.

"Hehehe ketahuan, ya?"

Kenkyo tertawa. Setidaknya ketika berada bersama Yamada, ia dapat melupakan sejenak tentang masalahnya. Meski hati sebenarnya rapuh, ia akan mencoba baik-baik saja di depan pemuda yang telah mencuri hatinya itu.

"Kenkyo-chan?"

"Hmm?"

"Ujian masuk universitas sebentar lagi, kau mengambil jurusan apa?" tanya Yamada sembari menggenggam tangan Kenkyo. Daritadi Yamada melihat keanehan pada diri Kenkyo. Walau Kenkyo terlihat bahagia, tangannya yang dingin dan kadang gemetar tak dapat membohongi Yamada. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan kekasihnya ini.

"Kenkyo-chan?"

Lagi, Yamada memanggil kekasihnya saat ia tak mendapat respons dari tadi.

"Kenkyo-chan?"

Hening. Yang terdengar hanya hembusan napas Kenkyo berkali-kali.

"Hanasaki Kenkyo?"

"Ah, iya?" Kenkyo setengah terlonjak mendengar nama panjangnya diucapkan Yamada.

Yamada hanya tersenyum lembut. Mungkin bukan waktu yang tepat untuk menginterogasi kekasihnya. Ia menarik kepala Kenkyo untuk bersandar di dadanya.

Kenkyo mendongak sejenak, memandang Yamada. Entah kenapa, matanya terasa perih saat ini. Seberapa pun ia mencoba untuk kuat, tapi tak dapat dipungkiri kalau saat ini ia butuh tempat bersandar.

Bahu Kenkyo mulai bergetar. Isak tangis perlahan terdengar. Pada akhirnya Kenkyo menangis sesenggukan di dada Yamada.

Yamada tak mengucapkan apa-apa. Ia mengusap lembut lengan Kenkyo, memberi kenyamanan pada gadis yang satu tahun lalu berstatus sebagai kekasihnya itu.

"Huks huks aku membenci diriku, Yamada-kun! Aku membenci diriku yang lemah ini hiks hiks," ucap Kenkyo di tengah isak tangisnya.

Yamada semakin mengeratkan pelukannya pada Kenkyo. Ia juga mengusap lembut kepala Kenkyo yang masih berada di dadanya.

"Tidak apa, Kenkyo. Kau boleh terlihat lemah saat bersamaku," ucap Yamada lembut.

*****

"PENCURI!! BAGAIMANA BISA KELAS INI MENYEMBUNYIKAN SEORANG PENCURI!!"

"ENYAH SAJA KAU!!"

"SAMPAH MASYARAKAT!"

"TAMPANG POLOSMU TELAH MENYEMBUNYIKAN KELAKUAN BEJATMU!"

"MENJIJIKKAN!"

Gunjingan-gunjingan keji telah dilontarkan oleh teman sekelas Kenkyo. Kenkyo duduk di sudut ruang kelas. Tangisnya terdengar begitu memilukan. Tubuhnya gemetar. Pakaian ia kenakan kotor akibat serangan teman-temannya. Ada yang melempari Kenkyo menggunakan sampah, buntalan kertas, kotak susu dan masih banyak lagi.

"HENTIKAN INI!!" seru seorang pemuda yang berada di ambang pintu. Adalah Yamada yang saat ini datang dan menghampiri Kenkyo di sudut ruangan. Ia membantu Kenkyo berdiri, dan membersihkan pakaian gadisnya.

"Kau tak apa?" tanya Yamada, mengguncang pelan bahu Kenkyo.

Kenkyo mengangguk. Ia mengusap kasar air mata yang sedari tadi menghianatinya.

Sorot mata tajam Yamada tertuju pada semua orang yang berada di kelas itu.

"APA-APAAN KALIAN INI, HAH? KELAKUAN KALIAN SEPERTI BERANDAL!" bentak Yamada pada seisi kelas 3-F.

Salah seorang remaja berambut merah maju ke depan. Ia mengunyah permen karet saat ini.

"Oho, ternyata ada seorang pahlawan kesiangan yang melindungi pencuri," ucapnya.

Saat berada tepat di depan Kenkyo, pemuda itu meludahkan permen karetnya tepat mengenai pipi Kenkyo.

"HEY! BERANINYA KAU!!"

Yamada menarik kerah seragam pemuda tadi. Ia menonjok muka pemuda sok tampan itu beberapa kali.

"BRENGSEK KAU, FUKUSHI!!" teriak Yamada, masih terus meninju muka Fukushi.

Fukushi tak melawan. Keributan itu baru berhenti saat seorang guru masuk ke ruangan itu.

*****

Kenkyo dan Yamada berada di ruang BP saat ini. Mereka diberi hukuman untuk menulis 'surat permohonan maaf' sebanyak 200 lembar.

Sedari tadi Kenkyo hanya terdiam. Bahkan berulang kali air matanya lolos dan jatuh ke kertas yang berada di hadapannya. Ia tak takut meski ia harus dimusuhi seluruh sekolah, yang ia takutkan hanya jika ayahnya benar-benar di panggil ke sekolahan. Apa yang akan ia jelaskan atas fitnah yang saat ini menimpa? Bagaimana kalau setelah itu ayahnya semakin membenci dirinya?

Bagaimana jika ayahnya sakit karena memikirkan masalah ini? Membayangkannya saja sudah membuat hati Kenkyo sesak.

"Kenkyo-chan?" panggil Yamada.

"Iya?"

"Sekarang apa yang coba kau rencanakan, heh?"

Kenkyo mengernyit. Ia sama sekali tak mengerti arah pembicaraan Yamada.

"Maksudnya?"

"Apa mencuri kini jadi hobi favoritmu, eum?" ucap Yamada, sambil terus menulis hukumannya.

Kenkyo terdiam. Amarahnya membuncah. Ia bisa terima jika itu tuduhan dari orang lain, tapi jika tuduhan itu dari kekasihnya sendiri, ini sungguh sangat menyakitkan. Ia berkali-kali menghela napas untuk mengontrol emosi.

"Apa mencuri hatiku saja belum cukup bagimu?"

"Heeehhh???"

Kenkyo geram. Ia melempar penanya dan berhasil mendarat ke kening Yamada.

"Tidak lucu!"

"Aakh!! Betapa kejamnya kau pada pria tampan sepertiku, eo?"

Kenkyo mengerucutkan bibirnya, mengabaikan keluhan dan ocehan Yamada.

"Ahahaha tersenyumlah!" Yamada menarik kedua sudut bibir Kenkyo, membentuk sebuah senyuman. "Ah jelek sekali! Kau harus tersenyum jika ingin terlihat cantik!"

Kenkyo sedikit menarik sudut bibirnya. Setidaknya masih ada Yamada yang selalu akan percaya terhadapnya, jadi ia merasa sedikit tenang.

"Percayalah! Keadilan pasti akan menang," ucap Yamada sambil menepuk kepala Kenkyo.

"Arigatou, Yamada-kun."

To be continued ....

avataravatar
Next chapter