2 Bab 2

"Apa ini?"

tanya ia kepada ronald, saat melihat sesosok wanita kaku yang ada dibalik kardus tadi.

"Inilah yang kita bicarakan semalam, robotika. Ia sekarang akan jadi milik mu"

jelas ronald sambil melihat-lihat kesekeling robot itu,

"Ee... Tunggu dulu"

lalu ia pergi kedapur rahmat dan mengambil sesuatu dari sana, segelas air putih, lalu ia tuangkan kemulut robot itu dengan paksa.

Seketika robot itu mengerakan tangan nya sambil berkata,

"selamat pagi"

kata pertama yang diucapkan robot itu, Rahmat menoleh ke ronald sambil mengatakan bahasa isyarat dengan cara membelakkan matanya,

"apa ini" mungkin begitulah bahasa isyaratnya, ronald hanya tersenyum sambil memberi segelas air ke mulut robot itu, robot itu pun meminum habis air yang diberikan ronald.

 

"Ah... Bagamana robot bisa meminum segelas air, Apakah ia tak konsleting nantinya?" kata rahmat bertanya kepada ronald, dan seketika itu Ronald dan sang robot wanita itu tertawa karena pertanyaan bodohnya itu,

"tidak, tidak ia tak kan konsleting kok, ia sama seperti manusia pada umumnya, ia bisa minum, makan, tidur pokoknya hampir sama dengan manusia pada umunya, hanya saja yang membedakanya, di sisitem internal nya saja, dan tentu umur nya yang hanya terbatas di usia sekisaran 1 tahun" jelas ronald kepadanya.

 

"Sitem internal? Apa maksudnya?" Lagi-lagi ia bertanya pada ronald.

"Em... Gimana ya jelasinya" sambil melirik ke arah robot itu.

"Nanti ia akan menjelasinya"

lalu ia mengemasi kardus yang berserakan dilantai rumah rahmat.

"Namun kamu harus ingat, memori yang tertanam di kepalanya, hanya berisi sekitar 50% pengetahuan, masih ada sekitas setengahnya lagi, jadi kamu harus mengajarkan beberapa hal padanya nanti"

lalu ia pegi dari rumah rahmat dan meningalkan rahmat dan robot itu.

 

"50%, Setengahnya kosong, otak macam apa ini"

pikirnya, lalu duduk dan menatap robot itu yang sedari tadi berdiri menunggu aba-aba dari nya.

" Kenapa kamu berdiri saja?"

tanya ia pada robot itu,

"maaf anda belum menyuruh saya untuk duduk"

kata robot itu dengan nada bicara yang kaku.

 

"Adeh..." sambil menepuk kening sendiri.

"duduk lah" lalu ia menyuruh robot itu untuk duduk,

"maaf, apa saya boleh bicara?" tanya sang robot itu,

"silahkan".

 

"Anda belum memberi nama kepada saya, dan belum memberi setatus apa kepada saya" kata sang robot itu kepadanya lagi, ia diam sambil memeikirkan nama apa yang cocok untuk robot ini,

"erna? Tidak, elizabet? Nama orang luar, tukiyem? Kampungan"

kata ia dalam hati sambil berpikir terus, nama apa yang harus ia berikan pada robot ini.

"intan"

seketika itu ia menemukan nama yang cocok untuk robot itu,

"intan" sebut ia kepada robot itu,

"terimakasih" senyum kaku dari robot itu.

"Dan untuk setutus saya?" tanya robot itu kepadanya.

"Maksudnya?" ia balik bertanya.

"Apakah saya seorang pembantu dirumah ini, atau seorang nyonya, teman atau sebagainya dirumah ini"

jelas robot itu.

 

"Nyonya?" tanya ia namun pertanyaan nya itu malah diangap sebagi setatus oleh robot itu "terimakasih".

Kata robot itu berterimakasih kepadanya yang telah memberi nama dan setatus untuknya.

"Eh... Bukan itu maksudku bodoh" kata ia dalam hati, ia tak berani berbicara sebenarnya, sebab ia melihat robot itu yang bahagia saat ia sudah memberi indentitas kepadanya.

 

"Kriuk kriuk.."

bunyi suara dibalik perut robot itu,

"kau lapar intan"

tanya ia kepada robot itu dengan nama barunya,

"ya aku belum makan sama sekali"

dengan memegangi perut nya.

avataravatar
Next chapter