webnovel

2. Kelas baru

"Boleh aja sih Ips, tapi kok 5. Kan kelasnya pasti nakal, dicap yang jelek sama guru. Aduh mending 1 deh." Rinai melihat kertas mading dengan berjinjit, susah sekali karena siswa baru berebut saling dorong. Rinai mencari kelas tersebut, hanya tulisan besar dengan kertas ukuran buku gambar A4 X Ips 5.

Rinai menaiki tangga dulu. Sudah didepan kelas barunya barulah Rinai masuk dan duduk didepan dekat dengan pintu kelas. "Disini aja deh, lebih kena anginnya."

Mulai berdatangan siswa baru memasuki kelas ini, dan seorang OSIS lebih tepatnya cowok galak itu. Sehari wajah itu absen saja sehari.

Antariksa meletakkan kertas absen memastikan bahwa yang di kelas ini sudah terisi lengkap sesuai yang di mading. Ia meletakkan dari dekat pintu dulu. "Gak masalah gak urut, yang terpenting nama kalian ada," jelasnya.

Antariksa duduk di meja guru, menunggu selesai absen.

Rinai teetegun, ia mencari-cari namanya namun tak ada. "Loh, nama gue mana?" gumamnya.

Di sebelahnya seorang cewek mengernyit heran. "Kenapa? Ada yang salah ya?"

Terdengar kasak-kusuk, Antariksa menghampirinya. "Ada apa ini? Kenapa absennya masih disini? Lama sekali kalian," tegasnya.

Antariksa meraih kertas itu. "Kenapa?"

"Namanya gak ada kak," jawab cewek di sebelahnya kelewat jujur. Rinai, habislah di marahi.

Antariksa gregetan sendiri. Apa membaca tidak bisa?

"Nama siapa?"

"Rinai-"

"Jelas-jelas disini gak ada," Antariksa sudah membaca sampai 37.

"Tapi kan kelas ini Ips 5 kak," Rinai membela dirinya, apa Antariksa rabun? Atau absen itu yang kelupaan mengetik namanya?

"Dodol banget sih, kelas Ips 5 di sebelah." Antariksa menekan perkatannya, sabar sa.

Rinai menunduk. "Maaf, tadinya saya gak tau."

"Sekarang keluar, masuk ke kelas kamu,"

Dan seorang siswi menunggu diluar, katanya kelas ini penuh. Ia terheran-heran, padahal sudah jelas namanya tercantum di mading menunjuk ke kelas ini. Ia mendapati cewek yang menunduk. "Hei lo kenapa?"

Rinai menoleh, pasti ini yang akan masuk ke kelas ini. Gara-gara dirinya cewek ini jadi menunggu dan berdiri diluar kelasnya. "Buruan masuk, di absen loh." Rinai mencoba ceria.

"Wah telat dong," cewek itu masuk dengan terburu-buru.

Rinai menatap kelas barunya, tak ada tempelan kertas disana. Lalu yang tadi? Tapi disini sudah di isi teman-teman barunya serta seorang OSIS, dia Brian.

"Permisi, boleh saya masuk?"

Brian menoleh, menjeda penjelasan tentang lingkungan sekolah. "Oh kamu, masuk aja. Kok telat?" Brian ramah, seisi kelas sempat bertanya heran sudah kenal dengan OSIS ganteng ini? Hebat sekali.

Rinai berdiri, tak sopan jika langsung duduk. "Ke toilet benyar kak, kebelet tadi." di marahin singa kak, mau di makan.

Brian mengangguk. Ia sempat khawatir, hanya satu nama yang belum hadir. Rinai Pelangi. "Duduk aja, nih tanda tangan dulu," Brian menyerahkan kertas absen.

Rinai menandatangani, sedang beberapa cewek berbisik.

"Rinai kok kenal ya? Apa mereka udah deket?"

"Gak mungkin, masa cewek cupu gitu di lirik kak Brian?"

Rinai menyerahkan kembali ke Brian. Duduk di belakang dan pojok kiri, lebih baik yang tadi tapi di ingat sakit hati.

Rinai duduk dengan cewek yang rambutnya di kepang dua, yang cupu memang di jauhi. "Hai, boleh kenalan?" Rinai menyapa dulu.

"Adel,"

"Rinai,"

"Udah tau kok, tadi lo di omongin."

"Pasti yang buruk ya?"

"Pastilah, secara mulut cewek di kelas ini ngalahin pedesnya boncabe malah," Adel saja sampai di usir-usir, gak ada satu pun cewek yang mau duduk sebangku dengannya. Tapi Adel yakin, Rinai tak akan seperti yang lain.

"Haha, bisa aja. Emang kalau cewek udah nyinyir ya gitu, maklumin aja,"

Adel tak terima. "Gak bisa, kalau di diemin nanti ngelunjak dan malah parahnya lagi nginjek kita nanti,"

Brian tampak terganggu dengan suara itu, melihat ke belakang Rinai mengobrol tanpa mendengarmendengarkan penjelasannya. "Rinai, tolong temenmu itu suruh diem ya," ucapan Brian terlalu lembut di dengar, bahkan para hawa yang hadir pun heran.

"Enak banget gak di marahin, tadi yang rame aja di bentak. Sedeket apa sih Rinai sama Brian?"

"Pacar mungkin,"

"Bisa aja adeknya,"

"Wajahnya gak mirip,"

"Iya kak, diem dong. Nanti kan bisa ngomong pas istirahat,"

Adel saja tak percaya jika itu Brian. "Iya, kak Brian jinak ya sama lo,"

"Gak tau, emang gitu pas minta tanda tangan. Malah di suruh nyanyi lagi, terus masuk ke band-nya,"

"Selamat Rin, tau gak-"

"Ssst, nanti di marahin lagi."

Brian sampai tak fokus melihat tingkah lucu Rinai.

"Kak, maaf kertasnya ke balik," tegur salah satu dari mereka.

Brian membaliknya, jadi bawa tertawaan kan. "Ya, maaf. Tadi gak fokus," sungguh kehadiran Rinai di kelas ini membawa hawa sejuk, Brian berubah seratus persen yang galak menjadi jinak.

☁☁☁

Next chapter