1 ATDK 1

“Ta ta ta, gue pengen nanya dong” Ujar seorang gadis dengan rambut yang dikucir kuda dengan sedikit nada rengekan yang manja.

“Nanya apaan ?” Jawab gadis yang satunya

“Jadi gini, kemarin kan si Dion ngajak gue pulang bareng ya,”

“Hmm”

“Terus dia malah ngajak makan bareng dulu dong, menurut lo ini tandanya dia suka sama gue apa gimana ?” Tanya gadis berkuncir kuda tersebut dengan menggebu-gebu.

"Gue ga ngerti yang kaya gituan,” Jawab gadis yang satunya dengan enggan

“Ck, ko gitu sih. Gak seru ah.” Jawab si gadis berkucir kuda bernama Aleisya Syaibah

“Iya iya gue emang gak seru Le, tanya aja sana sama si baperan" Ucap si gadis yang satunya dengan penampilan yang bisa dibilang rapi namun terkesan tidak serapi wanita lainnya.

Gadis itu berjalan meninggalkan temannya yang meminta saran kepadanya mengenai percintaan,

Yap percintaan. Gadis itu tidak mengerti mengenai hal yang berbau percintaan maka dari itu ia menolak permintaan dari temannya.

Entah memang tidak mengerti atau tidak mau mengerti.

Sinta Adelia Sunjaya itu nama gadis tersebut, namanya lembut tapi tidak dengan perilakunya. Sinta adalah seorang gadis yang memiliki penampilan modis akan tetapi perangainya Bad Girl sekali.

Sinta adalah anak seorang pengusaha property bernama Reyno Sunjaya dan seorang ibu bernama Adelia, ia merupakan anak tunggal dan itu menjadikannya mendapat perlakuan manja dari kedua orang tuanya.

Sinta manja memang benar, tapi itu hanya ketika dia berada dirumah, ketika diluar rumah ia bagaikan seekor macan betina yang ganasnya tiada tara.

Kembali lagi kesekolah, Sinta meninggalkan temannya berjalan melewati lorong sekolah yang tidak terlalu ramai. Dengan langkah besar bagaikan seorang preman ia melenggangkan kakinya.

Meskipun Sinta berperangai seperti singa, tapi ia tetap memiliki teman yang banyak. Memang benar jika setiap orang yang belum berkenalan dengan Sinta pasti merasa jika Sinta itu orang yang arogan, pelit memberi senyum dan lain sebagainya. Tapi pada dasarnya Sinta adalah gadis yang sangat ceria dan lembut, terlebih lagi kepada orang tua.

Ia berjalan santai menuju kelasnya yang berada di lantai dua, tapi tepat ketika ia hendak masuk ke kelasnya, ia melihat seorang siswa.

Amarah, itu yang dirasakan oleh Sinta. Entah mengapa tapi Sinta sangat terlihat tidak menyukai siswa tersebut.

Namanya Ramdan Ali Shiddiq, seorang siswa yang berperilaku layaknya pengemuka agama. Sangat agamis, sopan dan juga ramah. Jangan lupakan kepintarannya yang sudah menjadi rahasia umum disekolahnya.

Mereka berpapasan dan saling menatap selama beberapa detik.

Sinta menatap dengan aura pertengkaran, sedangkan Ramdan menatap dengan lembut dan teduh.

Dasar anak so sopan.

Ramdan mengangguk dan berjalan kembali, memang anak yang sopan.

***

"Jadi setelah anda tahu beberapa hal yang mungkin saja anda rasa perusahaan saya ini tidak memiliki beberapa fasilitas yang memadai dalam bisnis ini, apakah anda tetap akan bekerjasama dengan perusahaan saya ?" Ucap seorang pria.

Pria dengan ketampanan layaknya dewa Yunani, bertubuh jangkung, berkulit putih serta berambut rapi itu mengulang pertanyaannya kepada calon mitra kerjanya.

Ya iyalah bego. Ish anjir kalo bukan disuruh sama papa gak mungkin deh gue mau satu mitra kerja sama dia. Batin Sinta.

Lagian sok merendah buat meroket banget sih ? Halooo semua pebisnis juga tahu keles kalo lo ini punya perusahaan gede dimana-mana. Lagian kalo gak gini, gue yakin papa gak bakalan maksa gue buat harus dapetin kontrak kerja sama jadi mitra kerja. Huh sebel banget.

Perempuan itu mengangguk dan tersenyum

"Saya benar-benar mengharapkan kerjasama antara perusahaan saya dengan anda, karena dengan ini perusahaan kita tentunya akan sama-sama mendapatkan keuntungan yang tidaklah sedikit pak."

“Jika dilihat dari segi keuntungan yang tadi kita perhitungkan memanglah tidak sedikit,” Ujar pria tersebut menjeda “Tapi kenyamanan dalam bermitra juga diperhitungkan bukan ?”

“Ya, tentu saja.” Jawab lawan bicaranya dengan lugas. Sialan batinnya belanjutkan.

“Saya juga paham betul dimana dalam suatu kerja sama, semua pihak dalam kerja sama harus mendapatkan kenyamanan dalam bekerja supaya dalam bekerja kita bisa mendapatkan hasil dengan sebaik mungkin. Dan saya bisa menjamin semua pihak dalam kerja sama ini mendapatkan kenyamanan dalam bekerja sama.”

"Baiklah ibu Sinta, saya setuju dengan kerjasama ini" Ucap pria tersebut sebagai hasil akhir.

"Baiklah terimakasih, senang bisa bekerjasama dengan anda pak Ramdan" Kemudian mereka saling menjabat tangan sebagai akhir dari pertemuan.

Yap. Mereka adalah Sinta dan Ramdan, dua orang pengusaha dibidangnya masing-masing. Dipertemukan kembali sebagai mitra bisnis setelah 8 tahun yang lalu mereka lulus dari Sekolah Menengah Atas mereka.

Sinta yang saat ini mendapatkan tugas dari sang ayah untuk mengurus beberapa cabang perusahaan sang ayah dibidang properti agar bekerja sama dengan Ramdan yang memiliki usaha dibidang desain.

Jika boleh berkata jujur, dari awal Sinta sangat menolak bekerja dibidang bisnis properti. Ia lebih berminat kedalam bidang kedokteran. Dengan keadaan seperti itu, ditambah dengan pertemuannya dengan Ramdan si musuh dimasa remajanya membuat ia semakin geram dan enggan bertahan di bisnis sang ayah.

Sinta masih merasakan hawa pertengkaran jika melihat Ramdan, sedangkan Ramdan masih sama sopan, ramah dan sekarang terlihat lebih berwibawa.

Jabatan tangan mereka melepas dengan sendirinya, Sinta mengangguk lantas keluar dari ruangan Ramdan.

Sinta masuk kedalam mobilnya

SINTA POV

Keluar dari Kawasan kantor si Ramdan, gue langsung menuju kantor gue lagi.

"Anjir yang tadi itu si Ramdan yang di sekolah dulu kan ? Yang agamis itu ? Ah God kenapa mesti ketemu lagi sama anak itu, mana jadi mitra bisnis lagi." Monolog gue di dalem mobil.

Anak hah ya ampun gue nyadar dia udah gede tapi tetep aja gue sebut anak, gatau kenapa gue gasuka aja sama dia. Orangnya itu menurut gue so agamis banget, mana anaknya terkenal lagi.

Hening,

Gue aneh sama kejadian hari ini. Bisa-bisanya gue ketemu lagi sama orang itu dan bahkan kita jadi mitra bisnis. Kenapa juga papa mesti kenal sama orang itu.

Teeet

Suara klakson mobil dan motor dibelakang tiba-tiba ngagetin gue, gue tersentak karenanya.

Sial, kenapa juga gue ngelamunin orang itu pas lagi nyetir. Masa iya gue mati konyol karena mikirin orang itu.

Gue pukul stir mobil kenceng karena kesal sama kebegoan gue sendiri.

Arrrghh kesel.

Ini semua gara-gara papa ! Awas aja ya pa nanti dirumah.

Sampe dikantor gue langsung meriksa kerjaan gue yang ternyata banyaknya minta ampun, mau gak mau gue harus tetep kerjain.

AUTHOR POV

Sudah berjam-jam lamanya Sinta menekuni pekerjaannya. Mengecek satu demi satu berkas yang membutukan tanda tangannya sebagai persetujuan paling akhir yang menentukan sebuah keputusan yang akan diambil selanjutnya.

Trrrd Trrrd tiba-tiba handphone Sinta bergetar

Sinta melirik jam dinding dan ternyata waktu sudah menunjukan pukul Sembilan malam, hari ini Sinta lembur lagi.

Sinta mengambil handphonenya, keningnya berkerut melihat nomor tak dikenal menelponnya.

"Halo ?" Ucap Sinta, tidak ada jawaban dari sang penelpon.

“Halo, selamat malam. Dengan Sinta disini, ada yang bisa dibantu ?” Masih tidak ada jawaban.

Sinta menunggu beberapa detik, karena Sinta berpikir bisa saja sang penelpon terinterupsi dengan hal lain yang membuatnya lupa pada telepon yang menyala.

Selama satu menit sudah Sinta menunggu, Sinta mulai kesal.

“HALO !!” Ujar Sinta membentak

"Ya halo Assalamualaikum" Mata Sinta seketika membulat mendengar orang disebrang sana mengucapkan salam.

"Ramdan ?" Beo Sinta

avataravatar
Next chapter