19 19 Rencana Membunuh Zahra

"Sayang..."

"Ada apa Jesi ?"

"Aku merindukanmu " Jesi berusaha mencium Brian, namun tiba-tiba perut Brian kembali seperti di aduk-aduk. Hoek..Hoek...

Brian berlari ke kamar mandi, mengeluarkan isi perutnya, walau hanya air yang keluar.

" sayang..apa yang terjadi padamu ?" Jesi mengikuti Brian ke kamar mandi. membantu memijat tengkuknya.

' Kamu sudah menghianatiku Brian, kamu sudah berhubungan dengan gadis itu. bahkan kamu juga seperti ini aku membencinya Brian. jika kamu menunda membunuhnya aku sendiri yang akan membunuhnya '

" Apa yang kamu pikirkan Jesi ?"

" Tidak ada. Brian katakan padaku, ada apa denganmu ?"

" Aku tidak apa-apa ini hanya masuk angin, tadi pagi Rian sudah kesini, kamu jangan khawatir "

" Brian bagaimana jika wanita itu hamil anakmu, apa kamu tetap akan membunuhnya ?"

" Apa maksudmu Jesi ?"

" Kamu tau maksud pertanyaanku Brian!! "

" Sekarang keluarlah aku akan berganti baju "

" Jawab pertanyaanku Brian ?"

" Jesi keluarlah..."

" Kamu pembohong Brian, kamu sudah menidurinya!!!"

Jesi memukul dada bidang Brian, dengan brutalnya. kemarahannya tidak lagi terbendung. lelah memukul Brian, Jesi ambruk di pelukan Brian. dengan sigap Brian menangkap tubuh Jesi.

" Maafkan aku Jesi "

Brian mengecup kening Jesi, namun lagi-lagi perutnya seperti di aduk-aduk. usai mengeluarkan isi perutnya Brian kembali duduk di kursi kebesaran.

" Kenapa saat berdekatan dengan Jesi perutku seperti di aduk-aduk " Brian meraih ponselnya yang berada di atas meja dan menghubungi Beni sang asisten.

" Cepatlah kesini Ben "

" Baik tuan "

Setelah menghubungi Ben. Brian keluar dari ruang kerjanya,

Saat Brian membuka pintu Ben sudah berdiri di depannya.

" Ben angkat tubuh Jesi bawalah kekamarnya "Ben mengerutkan dahinya, namun dengan sigap menganggukkan kepala.

Brian melangkah kekamar utama, entah kenapa hari ini ingin bertemu dengan Zahra. tanpa mengetuk pintu Brian langsung membukanya.

Ceklek....

Pertama pintu terbuka yang di lihat oleh Brian sosok wanita yang tengah duduk di samping jendela. padangan matanya terlihat kosong. Brian beralih kearah nakas terlihat makanan semalam yang masih utuh.

"Kenapa kamu tidak makan ?" Brian bertanya namun Zahra sama sekali tidak menjawabnya bahkan bergerakpun tidak.

" Zahra!!! " suara Brian meninggi namun hasilnya tetap sama.

Zahra tak bergeming.

"Kamu menguji kesabaranku Zahra!! " Brian menarik tangan Zahra dengan kasar, sehingga tubuh Zahra kini berdiri tepat di hadapan Brian. namun tatapan matanya tidak berubah sama sekali.

"Katakan kenapa kamu tidak makan hha!!! " bentak Brian.

Brian menarik tubuh Mila ke tempat tidur dan mendorongnya kasar.

"Apa kamu ingin mati sekarang hha!! " Brian mencengkeram dagu Zahra dengan kasar.

"Aku tidak pernah takut untuk mati sekarang Brian " Suara Zahra terdengar tegas namun terlihat jelas jika dia berusaha tegas, pada kenyataannya tubuhnya sangat lemah.

"Baik. tunggu sebentar lagi, aku pasti membunuhmu Zahra "

" Kenapa tidak sekarang, hari ini atau lusa tidak ada bedanya bukan, aku tetap mati di tanganmu "

" Katakan apa kamu sedang mengandung anakku ?"

Deg... jantung Zahra berdetak lebih kencang. bagaimana Brian bisa tau jika dia tengah hamil

" Apa pedulimu Brian!! "

"Katakan iya atau tidak!!?"

"Iya aku hamil, hamil anak seorang pembunuh sepertimu "

Deg...Brian merasa sesuatu yang berat menghantam kepalanya, anak pembunuh. benarkah anaknya memiliki ayah seorang pembunuh. tidak ini tidak mungkin.

" Siapa yang pembunuh hha!!!?? "

" Katakan Zahra!!! "

" Kamu. kamu pembunuh Nenekku, sebutan apa yang pantas untukmu kalau bukan pembunuh Brian. kamu seorang pembunuh, aku mengandung anak seorang pembunuh pembunuh..pembunuh.. " Zahra mengulang ucapannya membuat Brian menatap iba, tidak aku tidak akan lemah meskipun dia hamil anakku. Brian kembali menarik tubuh Zahra dan mendorongnya ke tempok.

" Sekali lagi kamu katakan pembunuh, aku tidak segan-segan membunuhmu sekarang juga "

" pembunuh...kamu pembunuh Brian " Brian yang dari tadi menahan kemarahan namun kali ini tidak lagi. dengan kasarnya Brian menampar Zahra hingga bibir Zahra mengeluarkan darah.

" Jangan kamu pikir sedang mengandung anakku, aku akan berbaik hati padamu Zahra tidak aku tidak akan berbaik hati padamu. bahkan aku tidak peduli anak yang berada dalam kandunganmu " sebelum pergi Brian mendorong tubuh Zahra hingga membentur meja yang berada di sampingnya.

berlahan Zahra mengelus perutnya yang rata, air matanya kini sudah mengalir.

' Apapun yang terjadi ibu akan menjagamu sayang '

Brian pergi ke kamar tamu melihat kondisi Jesi yang pingsan.

" Sayang...apa kamu rasakan ?"

Jesi hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

" Katakan jangan diam seperti ini "

" Brian...."

" Apa sayang..?"

" Apa yang akan kamu lakukan padanya ?"

" Apapun yang terjadi tidak akan merubah niatku untuk membunuhnya, namun tidak sekarang dia mengandung anakku '

" Maksudmu..?"

" Aku menginginkan anak itu Jesi. biar bagaimanapun anak yang berada dalam kandungannya, adalah darah dagingku. aku tidak akan membunuh anakku sendiri "

Pengakuan Brian benar-benar menyayat hati Jesi.

' bagaimana mungkin Brian hanya menginginkan anaknya, setelah mengetahui Zahra mengandung, tidak ini tidak mungkin terjadi sekarang Brian mengatakan hanya menginginkan anaknya tidak menutup kemungkin suatu saat nanti Brian akan jatuh cinta pada Zahra. sebelum itu terjadi aku harus melenyapkannya '

" Jesi kenapa kamu diam apa yang kamu pikirkan ?"

" Tidak ada.."

" Baiklah aku harus pergi ada meeting penting "

" Pergilah.."

Setelah kepergian Brian. Jesi keluar dari kamar menuju dapur untuk mengambil minum, tujuan sebenarnya melihat situasi rumah Brian.

" Bi Rima.."

" Ada pa non.."

" Bi tolong belikan saya makanan semua sudah aku tulis di

sini " Jesi memberikan secarik kertas berisikan barang dan makanan yang dia inginkan.

" Jangan lama Bi Rima "

" Baiklah non.." Rima keluar dari rumah untuk membeli keperluan Jesi dengan di antar seorang sopir. setelah keluar dari gerbang Bi Rima baru menyadari jika semua yang di butuhkan Jesi berada di tempat yang berbeda.

" Aneh kenapa dia menyuruhku pergi ketempat yang jauh seperti ini tapi dia menginginkan aku cepat pulang apa...aachh tidak mungkin ini tidak mungkin "

" Bi Rima apa yang kau katakan ?"

" Tidak ada hanya saja..."

" Ada apa Bi Rima..?"

" Ini non Jesi menyuruhku membeli semua barang dan makanan yang dia inginkan di tempat yang berbeda "

" Apa masalahnya dengan tempat yang berbeda ?"

"Jarak satu tempat dengan yang lain membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit apa ini tidak aneh "

" Sudahlah Bi kita jangan berfikir macem-macem bagaimanapun non Jesi adalah kekasih tuan Brian, jika kita menolaknya. non Jesi pasti mengadukan pada tuan Brian dan kita yang nanti kena imbasnya "

" kamu benar tapi aku memikirkan kondisi nyonyah Zahra "

" Kamu tidak usah memikirkan nyonyah Zahra ada pengawal yang berjaga di depa...."

" Kenapa kamu berhenti katakan ada apa ?"

" Bi Rima hari ini semua pengawal pergi ke markas "

" Aapaaaa.....!!!"

" Sudahlah Bi jangan berfikir yang tidak-tidak semoga saja non Jesi tidak melakukan apapun pada nyonyah Zahra "

" kamu benar semoga saja, sekarang cepatlah agar cepat sampai pikiranku tidak tenang meninggalkan nyonyah sendiri "

" Iya Bi semoga nyonyah baik-baik saja"

" Hahahaha.....sekarang waktunya beraksi hahaa... Zahra besiaplah mati "

Jesi menuju kamar utama yang di tempati oleh Zahra. dengan langkah yang anggun Jesi medekati Zahra.

"Hallo Zahra.."

" Untuk apa kamu kesini ?"

" Untuk membunuhmu Zahra apa lagi memangnya "

" Kalian pasangan yang menjijikkan ciihh " Zahra berkata dengan sinisnya.

" Hahaha...kamu benar Zahra kami memang menjijjkan itu sebabnya aku harus membunuhmu sekarang "

" Hha satu lagi, apa kamu ingin tau jika Brian tidak menginginkan anak yang berada di dalam kandunganmu "

" Sudahlah basa-basinya " Jesi menyuruh berapa orang berbadan tegap untuk mengikat tubuh Zahra. Zahra terus memberontak namun tenaganya kalah.

mereka membawa tubuh Zahra kedalam sebuah mobil berwarna hitam.

" Kalian lenyapkan wanita itu. ingat tanpa meninggalkan jejak apapun. apa kalian paham!! "

" Baik non kami akan melakukannya dengan baik "

" Bagus..sekarang pergilah sebelum mereka kembali "

Mobil hitam yang membawa Zahra keluar dari gerbang dengan kecepatan penuh.

" Tuan muda, sepertinya non Zahra di bawa pergi saat ini saya mengikutinya "

" Baik ikuti terus kemana perginya mobil itu, dan pastikan orangmu terus mengawasi rumah Brian "

" Jangan sampai kita mengikuti mobil yang salah "

" baik tuan muda "

Setelah menerima kabar dari anak buahnya dia dengan cepat mengambil kunci mobilnya dan melaju kearah yang di maksud dengan anak buahnya.

avataravatar
Next chapter