5 Saudara Kembar yang Terpisah Bertahun-Tahun

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Saat Tong Jiumo sedang sibuk di dapur, Mo Lisi terlihat sedang duduk diruang tamu sambil menonton film kartun. Setelah itu, terdengar telepon di atas sofa berdering. Mo Lisi yang mendengar deringnya, lalu melirik dan melihat siapa yang menelpon.

Hah... ini bukannya nomor telepon dari telepon ku yang rusak dikamar? Mo Lisi berpikir, sepertinya Tong Lele yang saat ini sedang menelponnya. Lalu, dia segera menekan tombol suara dan nada dering pun di bisukan. 

Mo Lisi mengambil handphone itu dan membawanya ke dapur, kemudian dia melihat Tong Jiumo yang sedang serius menyiapkan bahan-bahan masakan. Lalu, dia masuk ke dalam ruangan lain dan mengangkat telepon itu.

"Halo, mami…" terdengar suara Tong Lele, dia mengira yang mengangkat telepon itu adalah ibunya.

"Halo, apa kabar?" Mo Lisi menjawab sapaan yang bukan untuknya itu.

"Ah! Mo Lisi si anak kecil, kenapa kamu tiba-tiba bersama dengan mamiku?!" Kata Tong Lele terkejut.

Suara Mo Lisi masih terdengar lembut, "Mami sedang memasak makan malam, kamu ada masalah apa ya? 

"Ada masalah apa? Dari gaya bicaramu, apakah saat ini kamu menganggap dirimu juga anak mami?" Tong Lele berteriak dan melanjutkan kata-katanya, "Mami sudah kehilangan anak lucu seperti aku, apa dia tidak merasa?"

Aku tidak tahu apakah Daddy juga sadar, bahwa anaknya juga sedang hilang? Mo Lisi berkata dalam hati dan merasa bimbang. 

"Sebenarnya ada apa? Kenapa daddymu yang dingin seperti gunung es itu mirip sekali denganku?" Tiba-tiba Tong Lele bertanya, lalu dia melanjutkan kata-katanya, "Aku sudah sering melihat orang memakai baju yang sama, tapi aku tidak pernah melihat orang yang berwajah sama. Bahkan dua wajah sekaligus yang mirip denganku. Apa itu tidak aneh?

"Lele, coba kamu tebak, apa aku ini kakak kembarmu yang hilang selama bertahun-tahun? Atau mungkin kita hanya mirip? Atau bisa saja, saat mami melahirkan kita, dia sudah berencana untuk memisahkan kita, dan mami sudah berbohong kalau anaknya yang lain telah meninggal dunia?" kata Mo Lisi menebak-nebak.

"Kamu jangan sembarangan, aku pernah melihat foto ayahku sebelumnya, dia sangat jelek. Mami bilang dia sudah pergi ke tempat yang sangat jauh, selamanya dan tidak akan pernah kembali lagi." Tong Lele terdengar sedang membantah Mo Lisi, "Lalu, kenapa kamu yang jadi kakak dan aku adiknya?" tanyanya.

"Karena aku lebih memikirkan banyak hal dibandingkan kamu." Mo Lisi berkata sambil tertawa, dia merasa kalau Tong Lele saat ini sangat lucu. 

"Benar-benar menyebalkan, Cepat beritahu mamiku, kalau anaknya sedang diculik seseorang." Tong Lele menyuruh Mo Lisi untuk memberitahukan ke ibunya. 

"Sekarang aku adalah anak mami juga, kamu tenang saja dan tinggalah di rumah daddy. Setelah itu, carilah tahu apakah benar kita adalah saudara kembar yang telah berpisah selama bertahun-tahun." Kata Mo Lisi dengan serius. 

"Kenapa harus aku? Tidak mau, beraninya kamu menyuruhku tanpa memberiku imbalan?" Kata Tong Lele dengan kesal. 

"Karena kamu lebih pintar! Kamu kan, yang sudah memperbaiki handphone ku itu? Padahal aku sudah mencari-cari tempat servis handphone dan tidak ada yang bisa memperbaikinya. Tapi lihat sekarang, kamu bisa memperbaikinya! Kamu pasti seorang yang jenius!" Kata Mo Lisi memuji Tong Lele. 

"Lele, ayo makan!" Tiba-tiba, terdengar suara Tong Jiumo berteriak dari dapur

"Mami saat ini sedang berteriak menyuruh aku makan, sudah dulu ya!" kata Mo Lisi kemudian.

"Anak nakal! Itu mamiku, mamiku punyaku! Bukan punyamu! Sekarang kamu bisa makan masakan buatan mamiku, ini benar-benar tidak adil!" kata Tong Lele sangat marah. Lalu, dia berpikir, Enak saja Mo Lisi itu, saat ini dia dengan enaknya makan masakan mami, dan juga memanggil mamiku dengan mami juga. Dasar!

"Sudahlah, mami sudah panggil aku makan, nih!" ucap Mo Lisi. Entah kenapa, ketika mendengar suara Tong Lele yang sedang marah-marah membuatnya merasa sangat bangga karena bisa makan masakan ibunya. 

"Mo Lisi, kalau kamu makan masakan di rumahku, aku tidak apa-apa. Tapi, kalau kamu sampai merebut mamiku juga, awas saja ya!" Teriak Tong Lele dengan kesal. 

"Padahal hanya segini saja kan, kalau kamu mau ambil daddyku juga silahkan. Aku dengan senang hati akan memberikannya padamu" Kata Mo Lisi dengan suara tenang. 

Bagaimanapun saat Mo Lisi bersama ayahnya, dia hanya merasakan kehidupan yang menurutnya tidak adil. Setiap hari dia hanya melihat wajah yang dingin seperti es dan tidak pernah sedikitpun ingin dekat dengannya. Dalam ingatannya selama lima tahun, Mo Lisi tidak pernah dipeluk oleh ayahnya, bahkan tidak pernah menciumnya. 

Berbeda dengan Ibu Tong Lele, baru mengenalnya sehari saja, Mo Lisi sudah mendapatkan pelukan dan ciuman. Lalu, sekarang dia masih di dapur membuatkannya makan malam. Meskipun dia salah mengenali anaknya sendiri, tapi tinggal sementara waktu bersama ibu Tong Lele, membuat Mo Lisi mempunyai satu kenangan yang berarti.

"Aku tidak mau punya daddy yang sikapnya dingin seperti itu! Wajahnya hanya mirip denganku, tapi sifatnya sama sekali berbeda! Aku juga tidak mau punya kembaran seperti kamu!" Jawab Tong Lele. 

"Sudahlah berhenti bicara, mami sudah menyuruhku makan!" Kata Mo Lisi yang suasana hatinya sedang baik. Dia langsung mematikan telepon dan keluar dari ruangan itu.

Namun disisi lain, di salah satu ruangan sebuah rumah yang besar, terdengar suara tangisan dan amarah dari seorang anak kecil karena teleponnya tiba-tiba ditutup. Kemudian dia berkata dengan marah, "Dasar Mo Lisi anak nakal, berani-beraninya dia merebut Mamiku! Mami... anakmu di sini mendapatkan perlakuan dingin dan kejam. Apakah kamu tidak merasa bahwa anak kecil yang sedang bersamamu itu bukan aku? Mami, kamu sudah menyakitiku...!"

avataravatar
Next chapter