17 Kau Sebenarnya Memahamiku

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Saat dirumah, Mo Lisi berpikir bahwa Tong Jiumo selalu memanjakan Tong Lele, jadi demi membuat bahagia ibunya, dia akhirnya memutuskan untuk menelpon Tong Lele. Di tempat lain, ketika mendengar ponselnya berdering, dengan cepat Tong lele menerima telepon itu, "Halo Mo Lisi, bukankah kamu sudah mengaku kepada mami? Tolong suruh mami menjemputku, ya!" katanya bersemangat.

"Mami sedang keluar! Mungkin sebentar lagi dia akan pulang. Oh iya, aku ingin bertanya padamu. Biasanya saat mami pulang, kamu masak makanan apa untuknya? Aku ingin mempelajarinya!" kata Mo Lisi sambil berdiri di depan kulkas dan melihat beberapa bahan makanan di dalamnya.

"Kamu tidak punya inisiatif sendiri?" tanya Tong Lele yang sedang berbaring di kamar Mo Lisi sambil menyilangkan kakinya. Tanpa Mo Lisi berbicara, dia sudah tahu, apa yang ada di dalam isi hatinya. 

Dengan santai Mo Lisi mengatakan bahwa tidak akan menjadi masalah, jika Tong Lele tidak memberi tahunya. Karena, ketika tahu bahwa anaknya tak bisa melakukan pekerjaan apapun, pasti ibunya akan mengira kalau anaknya sekarang begitu pemalas. Saat mau berbicara, tiba-tiba Mo Lisi melihat TV yang ada di depannya, di sana terlihat seekor anak anjing yang saat ini sedang buang air kecil di samping pohon. Lalu, dia pun langsung mendapatkan ide, "Aku buang air kecil sembarangan di rumahmu!" katanya.

"Jangan! Kamu jangan merusak reputasiku dihati mami ya! Aku... " kata Tong Lele dengan khawatir.

"Jika kamu bilang seperti itu, aku malah tidak akan mau kembali bertukar posisi. Silahkan saja lanjutkan menjadi Mo Lisi. Lagi pula, tidak akan ada yang bisa membedakan kita." jawab Mo Lisi dengan santai.

"Aaaa... Mo Lisi, kamu begitu menyebalkan!" kata Tong Lele dengan tidak puas, sedangkan Mo Lisi hanya terdengar sedang menertawainya.

"Salah sendiri, kamu barusan tidak memberitahuku bagaimana cara memasak makanan. Bukankah kamu sangat ingin kita bertukar kembali?" kata Mo Lisi.

"Kamu sebenarnya memahamiku!" kata Tong Lele dengan mata berbinar binar, karena ini pertama kalinya dia bertemu seorang anak yang sama pintarnya dengan dirinya. Lalu, dia juga baru pertama kalinya pula bertemu dengan seorang anak yang cukup tahu, bagaimana tentang jalan pikirannya.

Mo Lisi melihat jam kemudian berbicara kepada Tong Lele dengan suara berbisik, "Oke, mami akan segera pulang. Jadi, beritahu aku apa yang harus aku masak untuknya sekarang!" katanya.

Namun, setelah mendengar itu, ada sedikit kecurigaan di pikiran Tong Lele kepada Mo Lisi, "Kamu adalah anak yang manja dan punya seorang koki pribadi. Apa benar kamu bisa memasak?" tanyanya.

"Tentu saja, karena aku memiliki pemahaman yang begitu tinggi. Selama kamu mengatakannya, aku pasti bisa melakukannya!" jawab Mo Lisi.

Tong Lele tidak mau berpikir panjang lagi mengenai Mo Lisi, dia juga tidak mau membuat ibunya kelaparan. Sehingga, akhirnya dia mau mengajari Mo Lisi memasak lewat telepon.

"Wow, ternyata aku juga mempunyai bakat memasak! Lele kuberitahu kamu ya, masakanku itu begitu lezat" kata Mo Lisi dengan semangat.

Sambil menghela napas, Tong Lele kemudian mengalihkan pembicaraan, lalu mengatakan kepada Mo Lisi bahwa rumahnya itu bukanlah sebuah rumah yang seperti istana, melainkan rumah yang mirip seperti penjara. Karena, setiap Tong Lel akan pergi kemanapun, dia selalu berhasil untuk ditangkap kembali. Ketika sekolah pun dia juga harus tetap berada di dalam rumah besar itu, dia benar-benar membenci sistem yang seperti ini.

Mo Lisi membenarkan perkakata Tong Lele, bahwa ketika bersekolah dia biasanya tidak pergi ke sekolah pada umumnya. Lalu, dia menyuruh Tong Lele untuk melihat betapa dermawan dirinya, karena sudah memberi kesempatan pada Tong Lele untuk menerima semua itu.

Lalu Mo Lisi berpikir, kalau sepertinya tidak masalah dia memberikan ayahnya kepada orang lain. Sebenarnya jika bisa, dia cukup menjadi anak ibunya saja, karena dia tidak mau mempunyai seorang ayah. Mo Lisi saat ini benar-benar berterima kasih kepada Tuhan, karena sudah diberi kesempatan ini. Ketika di rumahnya, setiap hari dia harus menerima sistem kursus yang berbeda. Lalu, dia hanya bisa keluar sebulan sekali, dan hal itu seperti tidak ada bedanya dengan di dalam penjara.

"Mo Lisi, aku tidak mau menjadi dirimu. Kalau kamu tidak mau bertukar posisi kembali, kamu benar-benar akan menyesal!" kata Tong Lele mengancamnya sambil tersenyum...

avataravatar
Next chapter