24 Ungkapan

Pada malam hari di bar ...

Kasuvi sedang bingung akan Sema yang tidak pulang, ia bermalas-malasan di kursi yang diperuntukkan sebagai penjaga kasir.

   "Sema ... apakah dia sedang sibuk, kuharap aku bisa melihat wajahnya lagi di esok hari."

Ucap Kasuvi dalam hati yang dirinya saat ini ditemani dua lilin sebagai penerangan di ruangan depan. Saat ini, Sera dan Ruina sedang meminum darah dari Levius.

Karena apa? Sera dan Ruina merupakan mayat hidup dan mereka membutuhkan energi sihir dan yang terpenting adalah darah. Levius menjadi pemasok darah setiap habis kerja karena Ruina dan Sera akan melemah jika tidak meminum darah.

   "Kuharap, Soutarou baik-baik saja ... "

* * * * * *

Di bangunan yang menjadi tempat tinggal para kesatria sihir dari faksi Night Light. Sema baru saja selesai mandi dan ia hanya mengenakan celana panjang berwarna hitam dengan di atas kepalanya yang menempel sebuah handuk putih.

   "Dingin sekali mandi di sungai."

Pikirnya, sebelumnya ia mandi sendirian di aliran sungai di dekat sini ditemani dengan sebuah alat sihir yang menjadi penerang seperti lampu dalam botol kaca.

Untuk pakaian atasnya ia masih terpikirkan karena ia tidak membawa baju ganti. Sehingga, saat ini ia main selonong ke ruangan tengah yang terdapat Waka, Seo, dan Sebas.

   "Hoi Pemula, apakah kau tidak punya baju ganti?"

Tanya Sebas yang melihat Sema sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Perhatian Sema teralihkan karena perkataan Sebas, dan ia pun menanggapinya dengan anggukan kepala.

Karena itu, Sebas beranjak dari tempat duduknya lalu pergi terlebih dahulu ke ruangannya yang ada di lantai satu untuk membawa baju miliknya.

Ketika Sebas pergi, Seo menghampiri Sema dari belakang dengan cara mengendap-endap lalu memeluknya dari belakang. Insting dari si Jomblo ini langsung bereaksi cepat, ia segera menghindar dengan cara merunduk lalu berguling ke depan.

Seo yang berniat memeluk Sema dari belakang cukup heran karena Sema menghindarinya. Waka yang sedang melihat tingkah mereka berdua terlihat sedang serius memikirkan suatu hal.

   "Jika Sema mendapat pelukan dari Seo, itu berarti Seo sudah menjadi incaran uji coba. Jika seperti ini ... Sema, aku harap kau dapat selamat."

Pikir Waka dengan wajah yang pesimis dan merasa depresi apalagi dengan tangan kanannya yang memijat dahi. Sema segera berdiri untuk menanyakan alasan Seo ingin memeluknya dari belakang.

   "Ekh? Tentu saja, untuk membuatmu tergila-gila padaku."

   "Amit-amit dan hentikan itu!"

Seru Sema dengan kesal tingkah Seo Suinwood, dalam pikiran Sema ia berpikir bahwa Seo merupakan wanita yang anggun dan kalem apalagi sifatnya yang seperti bangsawan. Akan tetapi, itu semua hanyalah penampilan semata dan Sema menyadari bahwa Seo memiliki sifat ... tomboy dan ia sepertinya terbiasa dengan para laki-laki.

Akan tetapi ia memiliki trauma yang mendalam, di masa lalunya ia hampir saja skidipapap oleh para gerombolan Goblin yang mengejarnya ketika masih belajar akan sihir. Dan pada saat itu, terdapat seorang pria yang sedang numpang lewat dan pria itu adalah Hazama Yuuji.

Pada saat itu ia sedang mencari nafkah untuk membeli rokok dengan cara mencari bahan-bahan alami di hutan. Dan pada saat itu juga ia bertemu dengan Seo yang akan skidipapap oleh gerombolan Goblin.

   "Nona Seo, bisakah anda berhenti melakukan hal tersebut?"

Bujuk Sema dengan pertaruhan yang jelas bahwa Seo Suinwood akan menolaknya. Waka yang terlihat sedang mengeluh akan sesuatu, ia pun bersandar pada sofa yang sedang ia duduki lalu menghela napas.

Entah kenapa dan ada apa dengan jalan pikiran Seo Suinwood, ia merapal sebuah sihir memunculkan lima tombak dengan elemen angin yang menyertainya.

Sema yang merasakan ancaman dari niat terselubung Seo langsung saja bersembunyi di balik sofa yang sedang dipakai oleh Waka untuk bersandar dengan pandangannya ke atas memikirkan suatu hal.

*Brakk

Seo meluncurkan satu tombak elemen angin miliknya dan itu hampir mengenai kepala Waka namun untungnya hanya melalui samping kanan kepalanya.

Karena Waka menyadari terpaan angin yang sedikit dingin melewati telinga kanan. Dengan rasa penasaran, ia melihat ke depan dan melihat Seo terlihat sedang mengincar dirinya dengan keempat tombak elemen angin.

   "Sialan!? Seo berniat membunuhku namun aku salah apa coba!?"

Pikir Waka dengan panik dan gobloknya lagi ia baru menyadari situasi yang sudah kacau balau ini. Sebas datang dari pintu yang ada di sebelah samping kiri Seo dengan tangan kanannya menggenggam kaos berwarna hitam.

   "Apa yang sedang kalian bertiga lakukan? Ngomong-ngomong jangan hancurkan dindingnya, Kapten akan menghukum kalian."

Sahut Sebas dengan santainya meskipun situasi saat ini antara hidup dan mati. Seo menoleh ke samping kiri yang terdapat Sebas, ia pun menganggukkan kepala disertai senyuman manisnya pertanda mengerti.

   "Woi Sebas! Sadar diri sedikit akan situasi ini!"

Waka marah dengan teriak-teriak tidak jelas, Sema yang melihat peluang untuk kabur dari situasi ini segera berguling ke samping kiri. Akan tetapi, pergerakannya sudah diprediksi dan ia meluncurkan satu tombak elemen angin tepat di depan wajah Sema.

Sema yang terkejut hebat akan tombak elemen angin yang akan mengenai kepalanya hanya bisa menelan ludah. Ia pun langsung menetapkan bahwa, jika ia terus bersama dengan Seo maka dirinya sendirilah yang akan mati karena ia dikerjai.

   "Dibully dengan tingkat extreme yang hampir mendekati kematian, mirip seperti Mad*g yang greget."

Pikir Sema, suara tepuk tangan seseorang terdengar oleh mereka berempat. Pria tersebut adalah Hazama Yuuji yang baru saja bangun tidur karena di dalan perutnya sudah demo minta makan.

   "Ngomong-ngomong Ausregina ke mana? Apakah dia sudah membuat makan malam?"

   "Tidak belum."

Jawab mereka bertiga kecuali Sema yang terbengong akan kekompakkan mereka bertiga yang sepertinya bukanlah kebetulan semata. Hazama menggaruk-garuk kepala bagian belakang dengan ekspresi yang bingung dan sedikit kesal.

   "Jika dia sudah pulang segera buat makan malam, aku sudah lapar."

   "Siap, sesuai keinginan anda."

Jawab mereka bertiga dengan bersamaan secara kompak. Anggota Night Light hanya akan kompak pada situasi di mana mereka menghadap Pemimpin dari Night Light yaitu Hazama Yuuji.

Hazama kembali ke ruangannya, cuaca yang mendung menjadikan daerah Archdale diguyur dengan hujan bagaikan kesedihan seorang perempuan menunggu kedatangan seseorang yang ingin ia jumpai.

Seo mengurungkan niatnya, ia lebih memilih untuk kembali ke ruangan miliknya lalu menunggu Ausregina datang. Pergi ke kamarnya yang ada di lantai satu dekat Sebas, ia pun menjatuhkan tubuhnya di atas kasur yang empuk.

Suara rintikkan hujan yang terdengar oleh Seo mengingatkannya akan kejadian di hutan setelah bertemu dengan Hazama. Ia ingat betul dengan semua kejadian yang menimpanya kala itu.

   "Aku lemah, aku tidak boleh menghambat Yuuji."

Pikir Seo seraya memendamkan wajahnya pada bantal putih. Perlahan-lahan ia menutup kedua matanya dan mencoba mengistirahatkan tubuhnya.

Di ruangan tengah saat ini, Sema menerima kaos hitam pinjaman dari Sebas yang agak khawatir jika saja Sema sakit. Ya, Sebas selalu memikirkan orang lain ketimbang dirinya sendiri entah apa alasannya dia menjadi seperti itu.

   "Sebas, bisakah kau antarkan aku ke dapur?"

Tanya Sema setelah memakai kaos hitam pinjaman Sebas, Sebas cukup terkejut dan ia menanggapinya dengan anggukan kepala.

   "Kemarilah, biar aku antar."

Sahut Sebas seraya berbalik badan lalu berjalan menuju lorong yang ada di samping kanan. Lorong tersebut menuju dapur dan menyatu dengan ruang makan agan menghemat ruang.

Sebas menyalakan alat sihir yang menempel pada atap sehingga dapur ini diterangi cahaya yang terang. Sema langsung mencari bahan-bahan makanan dengan cara mencium aroma, mencicipi, dan menyentuh teksturnya.

Dia mengambil dua daun pandan, jahe, gula dari pohon palem, sedikit madu dan satu lagi air bening yang jernih serta santan kelapa pada mangkok kayu. Ketika Sema mempersiapkan bahannya seraya dilihat oleh Sebas, Hazama datang ke dapur untuk mengambil buah apel yang tersedia.

   "Kapten, bisakah kau gunakan apimu untuk memasak?"

Tanya Sema dengan polosnya, Hazama cukup bingung dan heran karena bagaimana caranya Ausregina memasak kalau tidak ada api dari dulu? Karena ia jarang melihat ke dapur jika Ausregina sedang memasak.

Hazama merapal sihir di bawah tungku, api tersebut berwarna hitam pekat karena elemen sihir Hazama merupakan kegelapan. Sema langsung saja meletakkan panci berukuran cukup besar dan menuangkan satu liter air.

   "Apa yang sedang kau buat?"

Tanya Sebas seraya melihat tingkah Sema dari belakang, Sema yang sedang menunggu air mendidih menoleh ke belakang.

   "Karena aku terbiasa hidup sendiri, biasanya aku membuat bajigur."

   "Bajigur?"

Suatu nama yang asing dan baru terdengar oleh Sebas, Sema memasukkan gula pohon palem agak banyak lalu membiarkannya larut.

Setelah mendidih dan berwarna kecoklatan, Sema memasukkan jahe, garam secukupnya, lalu daun pandan kemudian didiamkan beberapa menit seraya diaduk.

Setelah cukup lama, Sema memasukkan santan kelapa yang ada pada mangkok kayu yang tersedia.

Aroma yang menghangatkan tercium oleh Seo yang sedang tidur-tiduran, karena rasa penasaran dan ia belum pernah sekalipun mencium aroma wangi ini.

Dengan segera, ia beranjak dari tempat tidurnya lalu mengikuti aroma wangi yang memenuhi lorong. Ia pergi ke ruang tengah yang saat ini terdapat Hazama, dan Waka.

   "Waka, aroma apa ini? Harum dan enak dihirup."

Tanya Seo kepada Waka yang sedang bersandar di sofa sedangkan Hazama sedang merokok di sofa yang satunya lagi.

   "Sema, entah apa yang dia buat. Coba cek saja olehmu, mungkin kau penasaran dengan apa yang dia buat."

Sahut Waka dengan cukup malas untuk menjelaskannya, Seo menanggapi ucapannya dengan anggukan kepala lalu pergi ke dapur atas usul dari Waka.

Perlahan-lahan ia berjalan ke lorong yang menuju dapur, ruangan yang terang sudah terlihat dari kejauhan. Suara rintikkan hujan menyertai langkah kaki yang pelan dengan iringan melodi dan alunan yang selaras.

Pada saat itu, ia mendapati Sebas yang kegirangan meminum minuman yang dibuat oleh Sema dengan nama minuman tersebut yaitu bajigur.

   "Seo? Kau mau, minumlah minuman ini. Baru kali ini aku merasakan minuman enak yang memiliki aroma kuat ini, cobalah meskipun sedikit."

Sahut Sebas yang entah kenapa suasana hatinya sedang bagus. Sema yang sudah mempersiapkannya segera menyuguhi Seo dengan segelas bajigur pada gelas kayu.

Aroma kuat dari minuman yang dibuat Sema membuat Seo yang merupakan ras Half-Elf sedikit ragu. Para Elf memiliki penciuman, perasa, pendengaran dan indera lainnya yang di atas rata-rata manusia normal.

Sedikit demi sedikit dengan ragu ia menyeruput bajigur yang disuguhkan oleh Sema. Rasa manis dan agak pedas dari jahe membuat indera pengecapnya tajam.

Wajahnya menunjukkan ekspresi agak kusut dan kecut karena bau menyengat dari bajigur itu sendiri. Namun, ia menyukai rasa dari minuman yang dibuat oleh Sema karena dapat menghangatkan badan.

   "Sebas, tolong antarkan sisanya kepada Kapten dan Waka. Untuk Mbak Ausregina mendingan di panci dulu."

   "Siap, kalau begitu aku antarkan dulu."

Jawab Sebas seraya meletakkan gelas yang ia genggam lalu membawa dua gelas lainnya berisi bajigur untuk Hazama dan Waka. Ia pergi dengan mood yang bagus, Sema menoleh ke belakang lalu meminta masukkan atas bajigur yang ia buat.

   "Ya, ini enak, namun ... bagaimana caranya kau tahu membuat minuman yang seperti ini?"

Tanya Seo lalu menyeruput bajigur, Sema menghela napas sebentar karena topik pembicaraan kali ini melibatkan dirinya sendiri.

   "Kadang-kadang aku hidup sendiri karena orang tuaku yang selalu berpergian. Hanya ketiga temanku yang selalu berkunjung ke rumahku untuk main, dan pada saat itu aku berpikir untuk hidup mandiri dan menangani semuanya sendirian."

   "Apakah kedua orang tuamu ... "

   "Tidak, mereka berdua belum meninggal. Namun entah sejak kapan, aku mulai terbiasa dengan semua ini dan setiap harinya terasa menyenangkan."

Sema menunjukkan senyuman kecilnya, Seo menyeruput kembali bajigur seraya menatap wajah Sema yang menunjukkan kehangatan.

Pada saat ini juga, Seo berpikir untuk menemani Sema yang telah memberitahukannya akan masa lalu dirinya. Seo pikir dirinya spesial karena Sema hanya menceritakan jati dirinya kepada Seo sendiri.

Hanya memikirkannya, wajah Seo memerah namun ia menutupi wajahnya dengan sedikit menundukkan kepala. Perlahan-lahan ia meletakkan gelas kayu yang ia pegang dengan kedua tangannya lalu berjalan pelan ke arah Sema.

Ketika Sema menyadarinya, Seo sudah ada di samping kanannya dengan wajahnya yang tidak terlihat akan poni yang menutupi karena menundukkan kepala.

   "Sema, jadilah ... kekasihku."

To Be Continue ....

avataravatar
Next chapter