51 Sebentar Lagi

Siang hari ...

Hari keempat yang penuh dengan kesomplakkan. Sema terlibat dalam pertarungan antara Orthros dan Orc yang sedang berebut wilayah. Kini, posisinya ada di tengah-tengah dua makhluk tersebut dengan tangan kirinya yang sudah terpasangi zirah knuckle.

   "Kurang hoki."

Sema meningkatkan fisiknya dengan Overflow 10% dan mencoba untuk kabur dari tempat ini. Namun, dua monster itu bukannya saling bertarung. Malah mengejar Sema yang tengah kabur dengan panik karena ia melawan dua monster sekaligus.

   "Lah!? Salahku apa!?"

Sema dikejar-kejar memang dirinya tidak bersalah. Namun, dua monster itu tidak tahan dari bau yang berasal dari Sema. Ya, bau seorang Jomblo.

Sema terus berlarian hingga dirinya menemukan lahan yang cukup luas di dalam hutan. Seketika langsung, ia berhenti lalu berbalik badan dengan cepat. Ketika ia berniat untuk memfokuskan api biru pada tangan kirinya, dia tidak sengaja memanggil Gemini.

Tangan kirinya bersinar biru, menghasilkan dua serpihan roh yang membentuk dua wujud manusia di hadapannya. Amaha dan Nephne membuka kedua matanya perlahan-lahan lalu menguap karena dipanggil mendadak.

   "Kenapa kau mendadak memanggil kami ketika kau berniat untuk tidak bergantung pada kami?"

Tanya Nephne seraya meregangkan tubuhnya yang dibantu oleh Amaha. Amaha menganggukkan kepala pertanda setuju dengan ucapan dari Kakaknya.

   "Yah ... aku sedikit panik. Ngomong-ngomong ... kau membaca pikiranku?"

Tanya Sema seraya melihat Nephne dan Amaha yang melakukan lompatan kecil beberapa kali. Nephne menjelaskan sedikit, bahwa tidur mereka terganggu ketika Sema memikirkan banyak hal dalam satu waktu.

   "Oh ... kami berdua belum menunjukkan kekuatan kami yang asli. Amaha, kita lakukan itu."

Ucapan dari Nephne ditanggapi oleh Amaha dengan anggukan kepala. Sema tidak mengerti dengan ucapannya, dengan kata lain. Mereka berdua belum menunjukkan kekuatan mereka yang sebenarnya.

   "Divine Element: Twin Almighty ... tapi bo'ong."

Tiba-tiba saja, Amaha dan Nephne memutuskan untuk kembali ke inangnya. Yaitu tangan kiri Sema. Sema terdiam ketika wujud mereka berdua menjadi serpihan roh yang mengelilingi tangan kirinya.

   "Tidak mengejutkan, perempuan pemberi harapan palsu."

Pikir Sema seraya bersiap-siap menghadapi Orthros dan Orc yang pergerakannya terhenti. Ketika keberadaan Nephne dan Amaha muncul, terdapat sebuah kemungkinan besar. Mereka berdua takut pada Nephne dan Amaha.

Sema mengatur napasnya berulang kali. Pernapasan diafragma seraya mengalirkan kekuatan pada kedua kakinya. Dalam sekejap, ia menghindari serangan Orc yang memakai pentungan besar dengan merunduk.

   "Setiap keadaan, lampaui batasanmu."

Sema langsung berdiri lalu melompat dengan Overflow 10%. Di hadapan Orc saat ini, ia mengepalkan tangan kanannya dan siap meluncurkan hantamannya.

*Bukk

Sema menghantam bagian dada, Orc itu tidak tumbang. Hanya saja keseimbangannya tidak stabil, dia menggunakan kesempatan itu untuk melakukan tendangan menyamping pada kaki kiri Orc.

Sehingga, Orc yang berbadan dua kali lipat dari tubuhnya terjatuh. Orthros yang ada di sampingnya, segera menerkam Sema seraya menunjukkan gigi tajamnya yang akan menggigit.

Sema membiarkan tangan kirinya yang terlapisi zirah knuckle agar digigit oleh kedua kepala Orthros. Sema membakar zirah tangan kirinya, kedua kepala Orthros mengalami luka bakar.

Dengan segera, Sema mengayunkan tangan kanannya dan menghantam kepala sebelah kanan Orthros dengan sangat kuat.

   "Terima kasih Mu*ammad Ali. Karena melihatmu bertarung ... aku termotivasi dan menerapkan teknikmu."

Sema melanjutkan serangannya dengan melakukan pukulan rendah yang ada pada seni bela diri Judo. Ia menghantam wajah Orc yang tengah berbaring di atas permukaan tanah. Pukulan rendah tangan kanannya, membuat remuk struktur wajah Orc tersebut.

   "Bagus, seni bela diri yang aku pelajari. Akhirnya dapat kuterapkan."

* * * * * *

Di waktu yang sama di suatu tempat ...

   "Kasuvi, aku bertemu Sema. Kemarin di dekat air terjun."

Sahut Levius seraya menatap sosok Kasuvi yang tengah duduk di atas batang pohon yang tumbang. Dalam dirinya terguncang ketika Levius menjelaskan keadaan kemarin, ketika ia bertemu Sema.

   "Lalu?"

Tanya Kasuvi yang kedua tangannya memegang buku bersampul hitam milik Sema. Karena Levius tidak merasakan hawa pembunuh dari Kasuvi, ia melanjutkan penjelasannya.

Levius menutup kedua matanya lalu menghela napas. Perlahan-lahan, ia menenangkan dirinya.

   "Kemarin malam, kami berdua bermalam di dekat air terjun."

Ketika Levius selesai mengucapkannya, perlahan-lahan membuka kedua matanya dan melihat Kasuvi yang sudah berdiri membelakanginya. Tangan kanan dan kaki kirinya sudah terpasangi zirah ringan naga merah.

   "Modar sana!"

Sahut Kasuvi seraya berbalik badan lalu mengarahkan tangan kanannya ke depan. Ia menembakkan sihir bola api dengan energi sihir yang cukup kuat.

Levius dengan wajahnya yang datar, memunculkan senjatanya berupa jangkar. Ia melakukan pukulan Home Run terhadap bola api yang ditembakkan Kasuvi kepadanya. Bola api itu memantul ke atas langit, meledak dengan efeknya yang cukup hebat.

   "Kenapa kau menangkisnya!?"

   "Tentu saja bodoh! Bisa-bisa aku mati!"

Levius mulai menunjukkan kemarahannya kepada Kasuvi yang ngegas terus. Perlahan-lahan, ia mulai memikirkan ucapannya yang dilontarkannya kepada Kasuvi.

   "Memangnya apa yang aku katakan salah ya? Apakah aku membuatnya salah paham?"

Pikir Levius seraya menurunkan jangkarnya ke atas permukaan tanah. Ia menggenggam bagian gagang jangkar dengan tangan kanannya.

   "Maaf Kasuvi, karena aku tidak menjelaskannya dengan rinci. Sehingga, kau menjadi salah paham."

Levius meminta maaf kepada Kasuvi yang tengah berniat untuk menyerang Levius menggunakan sihir. Niatnya pupus, ia juga meminta maaf kepada Levius karena tiba-tiba menyerangnya.

   "Akan aku jelaskan kembali. Kasuvi, kemarin malam ... kami berdua tidur di dekat air terjun."

   "Modar sana!"

   "Lah!? Memangnya apa yang aku katakan salah!?"

* * * * *

Hari kelima ...

   "Sialan, perut sudah demo minta makan."

Pikir Sema seraya menekan perutnya dengan tangan kanan. Perlengkapan yang ia gunakan sudah lusuh hanya dalam lima hari ini. Ia berpikir untuk membeli beberapa peralatan baru di Kerajaan Erinu, hanya saja hal tersebut membahayakan nyawanya.

   "Tinggal beberapa hari lagi."

Pikir Sema seraya melirik ke atas tumpukan batang pohon yang tumbang. Batang pohon yang mulai membusuk, ditumbuhi beberapa jenis jamur yang dapat dimakan.

   "Pepes jamur ... "

Pikir Sema, ia segera memetik jamur-jamur yang ukurannya sebesar jari telunjuk. Mengambilnya dengan ukuran dua genggaman kedua tangannya, ia segera pergi ke tempat di mana ada air terjun tempat kemarin.

Mengumpulkan beberapa kayu bakar, mencari daun pohon yang dapat digunakan sebagai bungkus pepes. Beberapa buah yang dapat dijadikan bumbu, seperti halnya jeruk liar, daun yang memiliki bau enak, dan hasil tanaman lainnya.

Membakar tumpukan kayu bakar dengan api biru yang ada pada zirah knuckle tangan kiri. Membungkus jamur beserta beberapa bumbu pada daun yang tahan panas dan tidak mudah terbakar, seperti daun pisang.

Sembari menunggu, Sema melepas pakaian atasnya dan hanya menyisakan celana pendeknya. Ia melakukan latihan fisik seperti crunch, push up, sit up, squat jump, shadow boxing, dan plank.

Semua latihan berada pada jangka waktu yang pendek. Dalam lima belas menit ia berlatih fisik, seluruh otot pada tubuhnya langsung terbebani. Latihan fisik itu biasa ia lakukan olehnya ketika di dunia yang dulu.

Sema bersandar pada pohon yang cukup dekat dengan pembakaran. Seraya menunggu jamur pepes matang, ia menenangkan tubuhnya yang baru beberapa hari ini mulai kembali kekuatannya.

Otot yang jarang dilatih dan mulai dilatih lagi, membuat kekuatan yang dimilikinya dulu mulai kembali. Masa-masa remaja ia habiskan bersama teman-temannya seraya melatih fisik.

Tubuh yang dilatih seperti halnya untaian benang yang sangat banyak. Ketika tubuh dilatih, otot yang layaknya untaian benang itu akan meregang dan satu jaringan otot akan putus.

Satu jaringan otot putus, akan digantikan dengan tiga jaringan otot yang baru. Dengan seperti itu, tubuh akan terus terbentuk jika melakukan latihan ringan. Namun memiliki banyak pengulangan yang berulang kali.

   "Apakah dengan semua ini ... aku harus pergi dari Kerajaan Archdale? Sebas, Seo, Hazama, Waka, Rosetta, Mbak Ausregina ... mungkin, aku tidak bisa bertemu dengan mereka kembali. Tujuanku saat ini adalah ... perut kenyang, semua masalah selesai."

To Be Continue ...

avataravatar
Next chapter