54 Rencana Somplak

Pagi hari yang damai. Sema tengah menyusun rencana yang akan mereka laksanakan. Ditemani dengan segelas kopi hitam, ia menyusun semua skenario di dalam otaknya.

Duduk di atas kasur yang cukup berantakan, sinar mentari pagi yang menembus sela-sela kaca jendela. Menikmati aroma kopi yang memenuhi ruangan ini, membuat dirinya fokus akan apa yang ia pikirkan.

Ketika ia tenggelam dalam pikirannya. Ia menyadari suatu hal yang luput dalam pandangannya. Ya, dirinya sendiri dan Levius yang belum mempersiapkan semua hal yang mereka berdua butuhkan.

   "Amaha, Nephne. Bisakah kalian pergi ke dalam Kerajaan Erinu untuk membeli bahan-bahan?"

Tanya Sema seraya tangan kirinya yang menghasilkan serpihan roh membentuk dua wujud manusia. Nephne dan Amaha muncul di hadapan Sema, mereka berdua menerima permintaan Sema dengan tanggap.

   "Ada beberapa barang yang aku butuhkan. Kuharap ... semuanya berjalan dengan lancar."

* * * * *

Pagi hari menjelang siang. Leona, Nephne, dan Amaha pergi ke dalam Kerajaan Erinu. Leona akan menghadapi Ayah tirinya atau sang raja. Sedangkan Nephne dan Amaha, mereka berdua disuruh Sema untuk membeli beberapa bahan yang ia butuhkan.

Kini, Leona dikawal oleh beberapa pasukan yang memiliki tingkatan sihir cukup hebat. Ia diantar menuju kastil kerajaan, mendapati gerbang besar yang dibuka oleh para pasukan yang mengawalnya.

Sosok Raja Erinu yang tinggi badannya satu meter dan tubuh yang gemuk. Terlihat menikmati buah-buahan yang dihidangkan oleh para pelayan yang ada di sebelah kanan. Sedangkan di sebelah kirinya, terdapat menteri yang memberi nasihat kepadanya.

Leona melangkahkan kakinya memasuki aula kerajaan yang megah. Interior dan etalase yang mewah ini, membuat Leona sesak akan keserakahan dari Ayah tirinya. Menghadap Raja Erinu, tanpa bertekuk lutut dan hanya berdiri menatap sosok yang duduk di atas singgasana Raja.

   "Akhirnya kau kembali, wahai Leona kesayanganku."

   "Ya, aku ... berubah pikiran."

   "Hahaha! Baguslah, kita bisa merayakan pernikahanmu yang akan dilaksanakan tiga hari lagi."

Raja bertepuk tangan atas kegembiraannya. Namun, Leona meminta beberapa syarat agar pernikahan dapat dilaksanakan tanpa ada halangan lagi.

   "Ayah, ada temanku yang ingin menikah. Karena itu, aku ingin pernikahan temanku itu dilaksanakan bersamaan dengan pernikahanku."

   "Hoo ... temanmu yang akan menikah. Hanya itu saja? Baiklah, akan aku kabulkan permintaanmu. Lagipula, pernikahan itu harus meriah!"

   "Terima kasih, Ayah."

Leona sedikit membungkukkan badannya sebagai penghormatan sebelum meninggalkan posisinya. Namun, Raja Erinu menghentikan niatnya dan menyuruhnya untuk diam sejenak di hadapannya.

   "Leona, bisa kau beritahu temanmu yang akan menikah?"

Pertanyaan dari Raja Erinu, membuat pikiran Leona kacau balau setelah ia senang dengan rencana yang ia susun berhasil. Ia kebingungan untuk mencari sebuah nama, memberitahu nama asli Sema dan Levius bagaikan bunuh diri di tempat.

   "Gawat! Mereka berdua merupakan buronan yang ada di Kerajaan Erinu!? Jika seperti ini ... "

Ketika Leona dalam kepanikannya. Ia mencari beberapa nama yang tidak menjurus pada nama Levius dan Sema. Akhirnya, ia mendapatkan pencerahan setelah putar otak dua kali.

   "Sang mempelai laki-laki bernama Sousou dan nama mempelai perempuan bernama Levira."

* * * * * *

Matahari sudah berada di posisi atas kepala. Nephne dan Amaha membawa satu kantong kertas yang berisi bahan-bahan yang dibutuhkan oleh Sema. Mereka berdua tidak salah beli, karena mereka telah diberitahu oleh Leona di mana letak toko dan semua bahan yang dibutuhkan.

Nephne dan Amaha disibukkan dengan membawa satu kantong kertas yang cukup berat. Ketika mereka berdua akan melewati gang selanjutnya, terdapat Leona yang tengah duduk di pinggir jalan dekat taman kota.

Nephne menyerukan namanya. Suara panggilan darinya dapat disadari oleh Leona yang tengah menunggu kedatangan mereka berdua. Sebelumnya, mereka sudah berjanji untuk bertemu di tempat ini setelah semuanya selesai.

   "Apakah kau sudah menunggu lama?"

Tanya Nephne seraya menghampiri Leone yang menyambut kedatangan mereka berdua dengan berdiri. Leona menggelengkan kepala seraya menunjukkan senyuman kecilnya.

   "Kita akan berpisah dan bertemu lagi tiga hari lagi. Aku percayakan kepada kalian. Ada sebuah syarat untukku kepada kalian, tolong sampaikan kepada yang lainnya."

Ucap Leona yang sudah berniat untuk mengucapkan salam perpisahan dan menyampaikan sebuah syarat. Nephne menganggukkan kepala, menerima kepercayaan dari Leona dengan lapang dada.

Setelah itu, Leona pergi meninggalkan tempat ini. Begitu pula dengan Nephne dan Amaha, mereka berdua segera meninggalkan Kerajaan Erinu dan kembali ke kediaman Ruilla dan Carilla.

* * * * *

Ketika Nephne dan Amaha kembali. Sema langsung saja mengeluarkan semua bahan-bahan yang dibeli oleh Nephne dan Amaha. Memilihnya menjadi tiga jenis. Kebutuhan, berbahaya, dan herbal.

   "Mmm ... Carilla, apakah di sini ada gunting?"

Tanya Sema kepada Carilla yang tengah membaca sebuah buku sastra klasik. Duduk di atas sofa yang sama dengan Sema di samping kanannya, mereka berempat ada di ruangan tengah. Carilla menganggukkan kepala, ia menggunakan jaring laba-laba yang sudah terikat pada jari kelingkingnya.

Menariknya dengan segera. Jaring laba-laba yang terikat dengan gunting, dengan sekejap mata dapat diraih olehnya. Ia memberikannya kepada Sema dengan senyuman kecilnya, kembali membuka bukunya dan mulai tenggelam pada imajinasi melalui buku yang ia pegang.

   "Di antara kalian semua, ada yang bisa mencukur rambut?"

Suasana hening sebentar. Terdapat suara langkah kaki yang cepat tengah menghampiri ruangan tengah. Pintu yang menuju lorong terbuka, terdapat Kasuvi yang menawarkan dirinya mencukur rambut Sema.

   "Yah ... ini akan aman, kan?"

* * * * *

Di ruang tengah. Kasuvi mencukur rambut Sema perlahan-lahan sedikit demi sedikit. Rambut Sema yang terlalu panjang, terlalu mengganggu menurutnya.

Ia meminta potongan rambut yang cukup keren. Kasuvi hanya tersenyum seraya mencukur rambutnya perlahan-lahan. Sedangkan Sema sendiri, ia sibuk dengan mencampurkan bahan-bahan alami yang akan digunakan sebagai warna rambut alami.

Ia memilih warna merah yang agak gelap. Dengan seperti itu, rambut hitam kecoklatan miliknya akan selaras dengan warna yang ia pilih. Setelah proses memotong rambut, Kasuvi mencelupkan sebuah kuas dan ia warnai rambut Sema dengan pewarna alami.

   "Ngomong-ngomong Soutarou, kenapa kau ingin mewarnai rambutmu? Warna rambut alami milikmu sudah bagus."

   "Oh ... ini hanya sebagai penyamaran. Lagipula warna rambut ini hanya akan bertahan satu bulan. Dan juga ... bagaimana dengan Levius?"

   "Tenang saja, Levius hanya malu ketika mengenakan pakaian yang diperuntukkan pengantin. Ruilla sangat ahli dalam membuatnya, makanya kami menyerahkan tugas itu kepada Ruilla."

   "Begitu ya, dan satu lagi ... ba-"

Perkataan Sema terpotong ketika melihat sosok Zile yang menggunakan pakaian formal serba putih. Ya, Zile mendapatkan peran untuk menjadi Wali dari Levius. Meskipun begitu, ia cukup khawatir jika Leona gagal dalam mempercayakan Ayah tirinya.

   "Keren juga kau, Zile."

Puji Sema seraya melihat manusia kadal berotot yang tengah berjalan menghampirinya. Zile menunjukkan wajah yang datar, ia terlihat kesulitan karena mengenakan seragam yang ketat.

   "Begitulah, tetap saja ... pakaian sebagus ini akan rusak jika pertarungan terjadi."

Ucap Zile, Sema hanya menanggapinya dengan anggukan kepala dan ia dimarahi oleh Kasuvi karena terlalu banyak bergerak. Proses mewarnai rambut selesai. Sema berdiam diri dulu sekitar sepuluh menit agar warna rambutnya merata.

Setelah batas waktu yang telah ditentukan tiba. Sema segera pergi mencari Levius dan menyuruhnya membantu keramas rambut di luar rumah. Setelah itu, Sema mengeringkan rambutnya dengan handuk putih yang sudah ia bawa.

   "Untuk sekarang, aku harus membuat barang berbahaya 'itu'.

* * * * *

Sema, Raijuu, dan Zile berkumpul di ruangan Sema sendiri. Sema tengah sibuk memilih bahan-bahan cair yang akan digunakannya membuat barang berbahaya. Sedangkan Zile dan Raijuu, melihat tingkah Sema di hadapannya seraya melihat bahan-bahan yang dimasukkan Sema ke dalam gelas kayu.

   "Pertama-tama asam sulfur lalu air yang dihasilkan dari kelelawar yang ada di gua. Kedua adalah Asam nitrat, dan yang terakhir adalah ... "

Sema memasukkan bahan terakhir dengan pelan-pelan. Bahan kimia tersebut merupakan asam belerang yang cukup berbahaya. Untuk mendapatkan asam belerang, taruhannya adalah nyawa.

Sema mencampurkan semua bahan tersebut dalam gelas kayu. Setelah itu, Sema memasukkannya perlahan-lahan ke dalam botol kaca dengan sangat hati-hati.

   "Ngomong-ngomong apa yang sedang kau buat? Bau asam belerang itu mengganggu penciumanku."

Sindir Raijuu seraya tiduran di samping Zile yang tengah memperhatikan Sema dengan seksama. Ia belajar pengetahuan baru dari Sema, meskipun ia baru kali ini melihat bahan-bahan tersebut.

   "Baiklah, benda berbahaya yang bernama campuran asam telah dibuat. Satu tetes saja, bisa membuat kita hancur berkeping-keping."

   "Apa!?"

Panik Zile dan Raijuu setelah mendengar ucapan dari Sema. Sema menyuruh mereka diam agar tidak terjadi keributan. Karena jika saja mereka ribut, kemungkinan besar cairan campuran asam akan meledak.

   "Ini nitrogliserin. Benda ini tidak bisa diremehkan, jadi kalian berdua anak baik jangan mencobanya di rumah."

   "Bukannya kau sudah membuatnya!?"

Bentak Zile dan Raijuu, Sema hanya menanggapi mereka berdua dengan wajah yang masa bodoh dengan semua itu. Sema segera memindahkan botol yang berisi nitrogliserin itu ke atas meja.

   "Untuk sisanya, kita akan bertaruh kepada Leona. Jika semua rencanaku gagal, kita akan berakhir."

   "Maksudmu?"

Tanya Raijuu seraya menatap Sema sedang berjalan menuju kasur. Sema menaiki kasur, mengambil bantal yang ada di samping kanannya kemudian memeluknya.

   "Kerajaan Erinu memiliki Arch Gear Bettenou. Kekuatannya yang memanipulasi dan memberikan ilusi sangatlah menyusahkan. Kemungkinan besar, yang hadir di pernikahan tersebut hanya keluarga besar dari Raja Erinu. Tempatnya adalah ... gereja."

Ketika Sema menjelaskannya, perlahan-lahan menggenggam erat kedua lengannya. Sesuai prediksi Sema, pernikahan akan dilaksanakan di gereja di mana kedua tangan Sema dipotong.

   "Karena itu, aku mengandalkan kalian berdua. Dan satu hal lagi, syarat dari Leona cukup membuat pergerakan kita akan menyempit."

   "Maksudmu?"

   "Ya, syarat dari Leona adalah ... "

To Be Continue .....

avataravatar
Next chapter