28 Perkumpulan

Gadis Elf yang tertidur lelap, perlahan-lahan memejamkan matanya untuk bangun dari tidurnya. Seo Suinwood, itulah nama dari gadis imut yang berasal dari ras elf ini.

Ia beranjak dari tempat tidurnya, merapikannya terlebih dahulu dengan tubuh yang sedikit kaku dan pegal. Seo melangkahkan kakinya menuju meja di samping tempat tidurnya.

Menata kembali penampilannya yang agak kusut, perlahan-lahan Seo menyisir rambutnya dengan tangan dan alat berupa sisir. Setelah selesai dan cukup yakin, Seo beranjak dari tempat duduk lalu membuka jendela yang ada di depannya.

Hembusan angin di pagi hari yang segar, perlahan-lahan Seo menghirupnya cukup dalam lalu melakukannya kembali beberapa kali. Ketika ia melihat ke luar melalui jendela, terdapat Hazama dan Sema sedang berjalan menjauhi markas Night Light.

   "Kapten ... Sema? Mau ke mana mereka berdua di pagi buta seperti ini?"

*Blarr

Ledakan besar terjadi mengguncang markas dan membuat Seo terkejut bergidik. Ia memikirkan dua orang yang pasti jika membuat keributan, yaitu Waka dan Rosetta.

Ia kembali memikirkan Hazama dan Sema, meskipun ia cukup penasaran namun ia tahu untuk memikirkannya hanya buang-buang waktu. Ia berbalik badan lalu berjalan ke pintu kamarnya, berniat untuk pergi ke ruangan depan untuk sarapan di pagi hari ini.

Berjalan di lorong yang menuju ruangan depan, dari kejauhan ia melihat dua orang sedang bertengkar. Pemandangan yang tidak luput setiap harinya yaitu pertengkaran antara Rosetta dan Waka.

   "Ledakan yang tadi berarti berasal dari mereka berdua, apa yang mereka ributkan ... "

Ketika Seo telah sampai di ruang depan, ia melihat Sebas sedang membaca koran ditemani secangkir kopi dan roti gandum. Seo menyapanya dengan lambaian tangan, Sebas menyapanya balik dengan pandangan yang dialihkan kepada Seo.

Sebas memakai pakaian santai, celana pendek berwarna biru dan tubuh bagian atasnya mengenakan kaos hitam.

   "Sebas, apakah kau tahu ke mana Kapten dan Sema pergi?"

   "Ya, aku mendengar bahwa Kapten pergi ke kota untuk suatu urusan."

   "Begitu ya."

Jawab Seo dengan helaan napas, ia pun menyapa Rosetta dan Waka yang sedang bertengkar meskipun ia tahu akan dikacangi.

   "Apakah Kapten saking sibuknya sampai-sampai tidak sarapan?"

* * * * * *

   "Woi Bocah, Belikan aku rokok di toko itu."

   "Siap! Laksanakan!"

Jawab Sema lalu pergi menuju toko yang dimaksud oleh Hazama, toko ini bersifat klontongan dan Sema membeli satu bungkus rokok. Ia kembali lagi ke tempat Hazama berada, dia menguap karena terpaksa bangun pagi akan panggilan dari seseorang.

Sema memberikan rokok yang ia beli kepada Hazama, dia menerimanya lalu memasukkannya ke saku sebelah kanan. Kemudian, Hazama berjalan ke arah istana kerajaan Archdale diikuti dengan Sema yang ada di samping kanannya.

   "Ngomong-ngomong Kapten, mau ke mana kita pergi?"

   "Ke tempat Kaisar Sihir bermuka koala itu, aku harus melapor akan Fallen Beast Raijuu yang telah kalian kalahkan."

   "Kenapa tidak dari kemarin?"

   "Oh ... kemarin aku sibuk mancing."

Jawaban dari Hazama tidak membantu sama sekali, Sema hanya menanggapinya dengan ekspresi yang kecut lalu menghela napas. Keadaan Sema, Sebas, dan Seo yang terdesak ketika melawan Raijuu membuat mereka kewalahan. Sedangkan Pemimpin mereka yaitu Hazama Yuuji yang tidak ada kerjaan, malah pergi memancing.

Karena tempat yang dituju jaraknya agak jauh dari markas Night Light, membutuhkan waktu setidaknya sekitar tiga puluh menit. Para penduduk Archdale pun sudah mulai memenuhi jalanan kota, pasar, dan toko-toko yang mereka jalankan.

*Groaaar

Suara yang menggema berasal dari perut Sema terdengar jelas oleh Hazama yang ada di sampingnya. Sema hanya menunjukkan ekspresi datar, sedangkan Hazama menanggapinya dengan masa bodoh.

   "Kapten, aku akan beli roti gandum sebentar."

   "Pergilah sebelum kau mati kelaparan, belikan juga untukku."

   "Siap."

Sema segera pergi setelah mendapatkan izin dari Hazama, ia pergi menuju toko yang ada di seberang jalan ini. Hazama melihatnya dari belakang dengan wajah yang datar, menoleh ke sebelah kiri terdapat kursi kayu yang memanjang.

Hazama menghela napas sebentar, melangkahkan kakinya menuju kursi tersebut lalu duduk dengan pandangan ke depan dan mengingat suatu hal yang pernah ia alami.

   "Pemandangan ini ... "

Hazama teringat dengan masa lalunya meskipun sekilas, ketika Hazama melamunkan suatu hal. Terdapat seorang pria yang memakai jubah hitam, memiliki sepasang tanduk berwarna biru namun tanduk sebelah kiri patah setengah.

Dia adalah Pemimpin dari faksi kesatria sihir Blue Howling yang bernama Junya, Suami dari Ausregina yang saat ini menjadi kesatria sihir di Night Light. Junya duduk di sebelah kanan Hazama, lalu duduk dengan pandangan yang sama yaitu ke depan.

   "Mau rokok?"

Tanya Hazama seraya menawari Junya satu batang rokok dari bungkusnya yang ia genggam dengan tangan kanan. Junya mengambil satu batang rokok tersebut dan berterima kasih atas tawaran dari Hazama.

Junya menempatkan rokok tersebut di antara mulutnya, menyalakannya dengan sihir miliknya yang berupa api berwarna biru. Menghisapnya perlahan-lahan lalu menghembuskan asap rokok kembali seperti merelakan beban hidup.

   "Junya, apakah kau pernah mendengar Fallen Beast yang dikalahkan dan inti dari kekuatannya masuk ke tubuh manusia?"

   "Intinya? Aku pernah mendengar cerita itu dari Pahlawan bodoh yang mengayunkan pedangnya ke sana ke sini meskipun dia bisa menghancurkan satu kerajaan hanya dengan satu sihirnya."

   "Oh ... berarti kasus ini tidak langka ya, salah satu anggotaku dimasuki inti dari Sacred Beast Raijuu."

   "Anggota? Apakah orang itu remaja yang kau rekrut ketika di tes?"

Tanya Junya, Hazama menyalakan rokoknya terlebih dahulu sebelum menanggapinya lalu menghisapnya dan menghembuskan kembali asapnya.

   "Begitulah, dan saat ini ... dia sedang menuju ke sini."

Jawab Hazama dengan pandangannya ke depan, si Jomblo itu sedang berjalan pelan dengan kedua tangannya yang sibuk menahan kantong kertas yang berisi roti gandum yang baru diangkat dari panggangan.

Junya melihat ke depan karena arahan dari Hazama, ia melihat seorang remaja yang sedang berjalan ke arah mereka berdua.

   "Ngg ... bukankah itu Suami dari Mbak Ausregina?"

Tanya Sema dalam hati seraya melihat dua Pemimpin dari faksi kesatria sihir yang berbeda. Apa yang dipikirkan saat ini adalah membuat kesan yang bagus di hadapan Pemimpin dari Blue Howling.

   "Kapten, aku kembali."

Sahut Sema seraya memberikan roti gandum yang ukurannya sebesar kepalan tangan dan memiliki bentuk yang bulat dan adonannya mengembang. Sema pun menyapa Junya seraya menawarinya roti gandum yang sama seperti Hazama.

Junya menerimanya dengan tangan kanan lalu menatap sepasang mata yang kini tertuju padanya. Junya merasa ada suatu hal yang menarik dari Sema, entah apa yang dipikirkannya saat ini.

   "Kau ini ... Jomblo ya?"

   "Njing!?"

* * * * * *

Di dekat mereka saat ini ...

Kasuvi dan Levius yang baru saja pulang dari belanja di pasar, untuk mendapatkan stok persediaan bahan makanan. Melewati sebuah gang yang menuju jalan besar dan di seberang jalan tersebut terdapat Sema yang saat ini tengah bersama dengan dua pria yang memiliki kekuatan sihir yang besar.

   "Ngg ... Kasuvi, bukannya itu Sema?"

Tanya Levius kepada Kasuvi dengan telunjuk tangan kanan yang mengarah kepada Sema, karena tangan kirinya saat ini tengah memegang kantong kertas. Karena ucapan dari Levius yang membicarakan tentang Sema, Kasuvi yang sedang berjalan di depan Levius langsung menoleh ke belakang dengan wajah yang curiga dan menarik perhatian.

   "Di mana?"

   "Itu di sana."

Sahut Levius yang masih menunjuk ke arah Sema berada, Kasuvi menoleh ke seberang jalan ini dan pandangannya langsung tertuju kepada Sema yang sedang memegang kantong kertas.

Di dalam pikirannya saat ini adalah Sema terlihat sedang dipalak maupun ditindas oleh dua orang tersebut. Dengan pemikiran yang seperti itu, Kasuvi kesal dan berniat melibas dua orang yang bersama dengan Sema.

   "Levius, pulanglah terlebih dahulu."

Sahut Kasuvi seraya menyerahkan kantong kertas yang ia bawa kepada Levius. Levius hanya menanggapinya dengan alis yang berkedut-kedut namun menerima kantong kertas yang diberikan kepadanya.

Hanya ada satu tujuan yang ada di pikirannya saat ini yaitu melindungi Sema dari kedua orang itu. Dengan berjalan cukup cepat meskipun kehadirannya sudah diketahui oleh dua orang tersebut terkecuali Sema.

Tiba-tiba saja Sema terkejut karena seorang gadis manis mengerahkan tangan kanannya seperti melindungi seseorang. Biasanya isyarat tersebut memiliki makna bahwa 'orang ini adalah milikku' seperti itulah.

   "Kau tidak apa, Soutarou?"

Tanya Kasuvi dengan sedikit menoleh ke belakang, Sema yang terbingungkan dengan keadaan saat ini hanya bisa menganggukkan kepala sedikit ragu. Hazama dan Junya yang sedang duduk mulai saling bertatapan mata, beberapa detik kemudian mereka sepakat untuk melakukan rencana yang mereka buat.

Hazama cukup tertarik dengan seorang gadis manis yang tiba-tiba datang, sedangkan Junya ... reaksi yang ia tunjukkan sedikit berbeda.

   "Kasuvi? Kenapa dia ada di sini?"

   "Junya? Kalau begitu Ausregina juga ada di sini?"

Pikir mereka berdua dengan saling berpandangan mata, Junya menggelengkan kepalanya dan ia melirik tajam ke arah Sema.

Dengan tiba-tiba, Hazama dan Junya segera beranjak dari tempat duduk lalu berdiri dengan menunjukkan wajah yang sangar.

   "Ada apa dengan Kasu- gadis manis ini, jangan ganggu kami!"

Sahut Junya dengan menunjukkan wajah sangar dengan tatapan yang kesal, Hazama pun melakukan hal yang sama.

   "Itu benar! Pergi dari sini adek manis, kami tidak ada urusan denganmu."

Sahut Hazama dengan menunjukkan wajah yang benci dan terlihat agak muram karena ia tidak terlalu terbiasa dengan sandiwara dadakan ini.

Kasuvi terlihat terkejut karena apa yang ia pikirkan selama ini terjadi bahwa Sema ditindas apalagi penindasnya adalah Junya. Dan saking begonya lagi, Sema terbengong karena situasi yang mendadak apalagi sifat Hazama dan Junya yang bertolak belakang dari sifat yang tadi.

   "Soutarou, pergi dari sini, biar aku yang mengatasinya."

Bisik Kasuvi dengan kekhawatirannya kepada Sema, ekspresi yang ditunjukkan olehnya terlihat memiliki makna yang mendalam. Akan tetapi, si Jomblo ini semakin bingung dan tidak mengerti dengan kode yang diisyaratkan oleh Kasuvi.

   "Kasuvi, sebetulnya ... mereka berdua adalah atasanku."

Ucap Sema dengan kalem dan datar, suasana hening sebentar dan Kasuvi mencernanya dengan wajah yang bingung. Hazama dan Junya terlihat kaget dengan membuka mulutnya seperti ikan koi.

Dengan kesal, Hazama menarik kerah kaos hitam Sema yang ia pakai lalu mengangkatnya dengan kedua tangan.

   "Woi ampas!? Malah dibongkar, dasar mulut ember."

   "Sialan, padahal aku ingin bersandiwara setelah sekian lamanya seperti penjahat."

Hazama dan Junya langsung saja blak-blakan karena Sema menghancurkan semua rencana mereka berdua yaitu bersandiwara menjadi orang jahat.

   "Lah!? Malah marah!? Salahku apa coba!? Tapi terima kasih atas pujiannya!"

Seru Sema dengan panik dan ia bingung kenapa dirinya selalu serba salah di mata orang lain. Perlahan-lahan Hazama mulai malas, ia pun melepaskan kedua tangannya dari kerah kaos Sema.

   "Hah ... aku jadi malas, kita sudahi saja."

Sahut Hazama, Junya pun sependapat dengan anggukan kepala dua kali. Kasuvi terlihat bingung akan situasinya, ia menoleh ke samping kanan dan kiri beberapa kali karena tidak mengerti dengan keadaannya.

Setelah agak tenang, Sema menjelaskannya lalu memperkenalkan Junya dan Hazama kepada Kasuvi. Kasuvi jugs memperkenalkan dirinya kepada Hazama dan Junya.

   "Aku Kasuvi, saat ini aku bekerja di sebuah bar yang dikelola oleh Soutarou."

   "Ngomong-ngomong ... kau siapanya dia?"

Tanya Hazama seraya menyalakan rokok yang baru, karena rokok yang sebelumnya sudah habis.

   "Saat ini, Soutarou adalah kekasihku dan mungkin ... di masa depan nanti kami berdua akan menikah."

Jelas Kasuvi dengan wajah yang amat bahagia ketika menjelaskannya, Sema, Junya, dan Hazama terkejut dengan mulut yang menganga apalagi rokok Hazama yang baru dinyalakan jatuh ke permukaan tanah.

   "Hei Jomblo!? Sejak kapan kau punya adek manis seperti ini!? Ampas!?"

Hazama marah seraya menunjuk-nunjuk Sema dengan jari telunjuknya, Sema mencoba untuk menyangkalnya. Namun, Kasuvi terlihat malu dengan pipi yang merona dan itu juga membuat Sema malu setengah mati.

Sema menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan karena ia tidak ingin wajahnya yang memerah dilihat oleh tiga orang yang bersamanya terutama Kasuvi. Hazama terlihat membuang wajahnya dengan kesal dan Junya malah menunjukkan ekspresi yang bahagia.

   "Mereka berdua mirip sekali dengan diriku yang bersama Ausregina ketika dulu."

Pikir Junya seraya menunjukkan senyuman kecilnya yang perasaannya kini berbunga-bunga. Hazama yang ada di sampingnya mulai jijik dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh Junya.

   "Jijik woi!? Jangan-jangan ... apakah aku sendiri yang Jomblo di sini!?"

Dan akhirnya, Hazama sadar bahwa dirinya sendiri yang Jomblo.

* * * * * *

   "Numpang lewat."

Sahut Hazama seraya membuka pintu bangunan cukup megah dan mewah yang isinya berisikan Pemimpin dan wakil dari setiap anggota faksi sihir. Dan pada saat ini juga Sema sadar, ia dipaksa ikut untuk menjadi Wakil Pemimpin dari Night Light.

   "Sialan, aku tertipu lagi."

Umpat Sema dengan wajah yang kesal karena Hazama mempermainkannya. Junya yang sedang bersama mereka berdua, pamit sebentar untuk menghampiri salah satu wakilnya dari Blue Howling.

Ketika Sema melihat kepergian Junya, Sema menyadari sebuah kehadiran yang terus menatapnya. Ia menoleh ke samping kanan dan terdapat serigala kecil dengan rambut berwarna putih yang duduk menatapi dirinya.

Serigala yang dilihat oleh Sema tubuhnya sedikit bercahaya, ekornya digerakkan ke sana ke sini seperti memberikan kode kepada Sema.

   "Kapten, aku pamit sebentar."

   "Oh begitu ya, jangan kelamaan bokernya."

   "Siapa bilang mau boker!?"

Kesal Sema akan perkataan dari Hazama, meskipun ekspresi wajahnya seperti minta ditampol. Sema melangkahkan kakinya menuju serigala yang sedari tadi memperhatikan sosok Sema.

Akan tetapi, ketika Sema menghampiri serigala tersebut, ia malah pergi menjauh. Karena rasa penasarannya, Sema mengikuti ke mana perginya serigal tersebut pergi yaitu keluar dari bangunan ini.

Sesekali serigala tersebut menoleh ke belakang, ya ... Sema mengerti bahwa serigala tersebut ingin membawa Sema ke suatu tempat. Ketika Sema di bawa memasuki wilayah taman yang ada di halam kerajaan, serigala kecil tersebut berhenti lalu berbalik badan menatap sosok Sema yang mengikutinya.

Ia menunjukkan senyuman kecil dan wajah yang bahagia meskipun Sema tidak melihat jelas wajah serigala tersebut. Perlahan-lahan, Sema menghampirinya lalu jongkok di hadapannya.

Dia mengusap-usap kepalanya dengan lembut, serigala kecil itu terlihat senang ketika Sema mengusap-usapnya. Lalu, Sema agak kaget ketika serigala kecil yang ada di hadapannya kini menaiki tubuhnya dan berdiam diri pundak Sema.

   "Apa yang kau lakukan? Kau mau ikut bersamaku?"

Tanya Sema, serigala kecil itu menanggapinya dengan mengusap-usap pipi Sema menggunakan kepalanya dengan rambut yang lembut. Karena Sema juga tertarik, ia pun membawanya dan segera kembali ke tempat yang tadi.

Pada saat ia melangkahkan kaki kanannya memasuki bangunan megah nan mewah. Hazama terlihat saling berhadap-hadapan dengan Abiel dari Dark Rebellion.

Aura hitam nan pekat dan energi sihir yang meluap-luap, membuat para kesatria sihir yang hadir di sini menjauh dari mereka berdua. Sema menelan ludahnya, karena mereka berdua terlihat ingin bertarung.

Abiel memakai perlengkapannya berupa baju besi lengkap tanpa helm, sedangkan Hazama memakai seragam formal dengan bunga mawar di dada sebelah kiri seperti waktu perekrutan kesatria sihir.

Hazama dan Abiel yang sudah mengeluarkan aura yang pekat, mengangkat tangan kanan mereka berdua dengan serentak. Kemudian Hazama mengepal tangannya sedangkan Abiel menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah seperti gunting.

   "Sip, aku menang."

   "Sial, kalah lagi!?"

   "Malah suit!? Njeng!?"

To Be Continue ....

avataravatar
Next chapter